KELOMPOK 7 Judul : Evaliating Nursing Documentation Research designs and methods: Systematic riview Penulis : Kaija Saranto & Ulla-Mari Kinnunen Apa alasan tema/ topik jurnal?
Dokumentasi keperawatan memiliki banyak
tujuan dan kegunaan. Tujuan dan kegunaan yang paling penting adalah dokumentasi harus menyediakan informasi tentang efektivitas, kualitas, dan biaya dari perawatan serta sumber alokasi dananya. Seiring perkembangan jaman, metode dokumentasi keperawatan semakin berkembang. Mulai dari manual sampai dokumentasi elektronik. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat metode dokumentasi apa yang paling efektif digunakan dalam keperawatan. Bagaimana pelaksanaannya? Penelitian dilakukan pada 3 tema, yaitu Nursing Documentation, Patient-centre Documentation, dan Standardized Documentation. Penelitian mengguakan metode retrospektif dan data diambil dari rekam medis pasien. Sebagian besar hasil menunjukan bahwa fokus penelitian adalah pada Patient-centre Documentation. Audit instrumen digunakan untuk menilai dokumentasi keperawatan di sebagian besar penelitian. Hasilnya menunjukan bahwa dokumentasi keperawatan tersebut memiliki banyak efek positif dan penggunaan dengan komputer lebih mudah. Bagaimana evaluasinya? Penggunaan metode dokumentasi elektronik lebih efektif digunakan karena cakupannya lebih besar. Untuk mengakses data pasien juga lebih mudah, serta lebih mudah menilai dokumentasi tersebut dalam mengukur keberhasilan intervensi keperawatan. Namun, data seharusnya diperoleh dari pasien atau keluarganya secara langsung ketika mengevaluasi dokumentasi. ANALISIS ARTIKEL Judul : Tak Beri Rekam Medik, RSCM Dilaporkan Penulis : Asep Candra Apa masalahnya? Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dilaporkan karena dianggap telah merugikan seorang pasien bernama Lina. RSCM dinilai telah mengabaikan hak pasien terkait permintaan rekam medis Lina. Suami pasien telah mengirimkan surat kepada Dirut RSCM, LBH (Lembaga Bantuan Hukum) juga telah mengirimkan surat dua kali untuk meminta salinan rekam medis yang langsung ditujukan kepada Dirut RSCM, tetapi semuanya tak dihiraukan. PENYEBAB? Masalah tersebut berawal ketika Lina ingin melepas selang kencing setelah tiga minggu menjalani perawatan di rumah. Sebelumnya Lina sempat dirawat di RSUD Cibinong dan didiagnosa mengidap penyakit flek paru. Karena sudah membaik maka pihak keluarga memutuskan untuk melepas selang kencing tersebut di RSCM. Sesampainya di RSCM, pasien disuruh menginap satu malam untuk melakukan tes rapid HIV. Setelah dilakukan tes, pihak RSCM mendiagnosa Lina positif mengidap HIV. Melihat adanya kejanggalan, suami pasien mengajukan untuk melakukan tes penyaring rapid HIV. Namun, hasilnya negatif. Tim dokter berdalih bahwa kekebalan tubuh suami Lina kuat sehingga belum terdetesi. Dua minggu kemudian, Suami Lina mengusulkan untuk tes HIV ulang terhadap istrinya. Saat itu, tim dokter mengusulkan untuk dilakukan tes HIV Elisa karena hasilnya lebih akurat daripada tes Rapid. Setelah dilakukan tes ternyata hasilnya negatif. Tim dokter tidak mau disalahkan, malah menyalahkan alat tes HIV tersebut. Saat keluarga pasien meminta rekam medis ketika pasien didiagnosa HIV positif, tidak diberikan oleh pihak RSCM. Namun saat pasien didiagnosa HIV negatif, rekam medis diberikan kepada keluarga. Rekam medis merupakan hak pasien yang dijamin dalam undang-undang. Apa solusinya? Menurut kami, seharusnya pihak RSCM terbuka tentang rekam medik tersebut. Kemudian dilakukan pemeriksaan tentang segala hal terkain tes tersebut, mulai dari alat, metode, dan lain-lain sehingga hasilnya akurat dan pihak RSCM tidak dituduh salah diagnosa. Namun jika memang terjadi kesalahan diagnosa maka seharusnya pihak RSCM meminta maaf atas kesalahan tersebut dan bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan.