Anda di halaman 1dari 14

Referat

GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING


(NOISE INDUCED HEARING LOSS)

Nefri Tiawarman
10101047
PENDAHULUAN
Menurut WHO tahun 2000 terdapat 250 juta penduduk dunia
menderita gangguan pendengaran dan 75-140 juta diantaranya
terdapat di Asia Tenggara.
Gangguan pendengaran umumnya disebabkan bising setelah
bertahun-tahun pajanan.
Industri yang terutama risiko kehilangan pendengaran antara
lain :
Pertambangan

Penggalian (peledakan, pengeboran)

pekerjaan mengemudikan dengan mesin pembakaran yang


kuat (pesawat terbang, truk, bajaj, kendaraan konstruksi)
ANATOMI PENDENGARAN
BAKU TINGKAT KEBISINGAN (NILAI
AMBANG BATAS NAB)
Peruntukan kawasan / lingkungan kegiatan
Tingkat kebisingan (dB)
Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :- Bandar udara- Stasiun Kereta Api - Pelabuhan
Laut- Cagar Budaya 70
Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah dan sejenisnya 55
3. Tempat ibadah dan sejenisnya 55
TULI AKIBAT BISING
Definisi
.
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Secara umum gambaran ketulian pada tuli
akibat bising ( noise induced hearing loss )
adalah bersifat sensorineural, hampir selalu
bilateral, jarang menyebabkan tuli derajat
sangat berat ( profound hearing loss ).
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Kendala komunikasi perlu juga ditanyakan

pada pekerja lain atau pada pihak keluarga


Pekerja mengalami kesulitan berbicara di

lingkungan yang bising


Tinitus
Pemeriksaan fisik
Tidak tampak kelainan anatomis telinga luar sampai

gendang telinga.
Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan perlu

dilakukan secara lengkap dan seksama untuk


menyingkirkan penyebab kelainan organik yang
menimbulkan gangguan pendengaran seperti infeksi
telinga, trauma telinga karena agen fisik lainnya
pemeriksaan saraf pusat perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya masalah di susunan saraf
pusat yang (dapat) menggangggu pendengaran
AUDIOMETRI
Audiometri : sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level
pendengaran seseorang
Pada pemeriksaan audiometri, pasien menggunakan headphone
sesuai dengan telinga yang diperiksa (warna merah untuk telinga
kanan dan biru untuk telinga kiri)
Pemeriksaan dimulai frekwensi 1000 Hz, selanjutnya 2000 Hz, 4000
Hz & 8000 Hz. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan pada 1000Hz dan
menurun (500 Hz, 250 Hz, 125 Hz).
Pada masing-masing frekuensi pemeriksaan ambang dengar dimulai
dengan intensitas diatas perkiraan ambang dengarnya, selanjutnya
diturunkan sampai pasien tidak mendengar stimulus bunyinya (tidak
menunjuk jari). Ambang dengar pasien adalah intensitas terkecil
yang dapat didengar oleh pasien.
Pemeriksaan audiometri dilakukan pada ruangan kedap suara atau
jika tidak ada dapat digunakan ruangan yang sunyi.
PENATALAKSANAAN
Gunakan alat pelindung telinga terhadap bising saat bekerja
seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan
pelindung kepala (helmet).
bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan
berkomunikasi dengan volume percakapan biasa pemsangan
alat bantu dengar/ ABD (hearing aid)
Apabila pendengaran sudah sedemikian buruk, sehingga
dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi
denga adekuat perlu dilakukan psikoterapi.
Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral
dapat dipertimbangkan untuk pemasangan implan koklea
(cochlear implant).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai