Anda di halaman 1dari 33

BST

Demam Tifoid

Kiki Ratnawati,S.Ked

Pembimbing: dr.Irawan Anasta, P, Sp.A


Pendahuluan
Demam tifoid penyakit sistemik akut akibat infeksi
Salmonella Typhi.

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat


menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
wabah.

Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik. Penderita


dewasa muda sering mengalami komplikasi berat berupa
perdarahan dan perforasi usus yang tidak jarang berakhir
dengan kematian.1,2
Pendahuluan
Case fatality rate (CFR) demam tifoid di tahun 1996
sebesar 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia. Namun
demikian berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT Depkes RI) tahun
1995 demam tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit
dengan mortalitas tinggi.2

Peluang kesembuhan demam tifoid tergantung dari umur,


keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan
virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Angka kematian pada anak-anak sebesar 2,6%, dan pada
orang dewasa 7,4%, dengan rata-rata 5,7%.4
Identitas Pasien
Nama penderita : An.a
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 tahun
MRS tanggal : 24 November 2016
Berat Badan : 27 kg
Agama : Islam
Alamat :pondok meja, Prov Jambi
Keluhan Utama : demam sejak 8 hari yang lalu.

Keluhan tambahan : Batuk (+) & Nyeri sendi (+)

Demam sejak 8 hari yang lalu. naik turun. Meningkat sore dan
malam hari, turun pada pagi hari. Menggigil (+), berkeringat
(+).Turun dengan Obat penurun panas kemudian naik,BAB encer
sejak 3 hari yang lalu, 3 kali sehari, lendir (-), darah (-), mual (+),
muntah (-).

Os mengaku sering makan jajanan di sekolahnya. Nyeri saat BAK (-)


dan frekuensi normal. Nyeri pada telinga (-). Batuk (+), Pilek (-),
Nyeri sendi (+), berdebar-debar (-).

Riwayat bepergian dalam 2 minggu terakhir ke daerah endemik


malaria disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya Os tidak pernah mengalami gejala yang sama
dan belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Riwayat Malaria disangkal
Riwayat DBD disangkal
Riwayat demam tifoid disangkal

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit dalam keluarga dengan keluhan yang sama
disangkal.
Riwayat anggota keluarga dengan penyakit malaria disangkal
Riwayat anggota keluarga dengan penyakit DBD disangkal
RIWAYAT IMUNISASI
BCG : 1 kali, usia 0 bulan, scar (+).
DPT : 5 kali, usia pemberian ibu lupa.
Polio : 6 kali, usia pemberian ibu lupa
Campak : 2 kali, usia pemberian ibu lupa
Hepatitis B : 3 kali, usia 0 bulan dan 1 bulan.
Kesan : imunisasi dasar lengkap.

Status gizi
Seorang anak perempuan, usia 10 tahun dengan
berat badan 27 kg dan tinggibadan135 cm
IMT : 27/(1.2)2 = 27/1.44 =18,7
Interpretasi : normal
Kesan : gizi cukup
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :Tampak sakit Kulit
sedang Sianosis:(-)
Kesadaran :Compos mentis (E:4 Turgor :Cepat kembali < 2 detik
V:5 M:6) Kelembaban :cukup
Berat Badan : 25 kg Pucat:(-)
Kepala
Tinggi badan : 135 cm
Bentuk : Normochepal
Gizi : cukup
Rambut
Tanda-tanda vital
Warna :Hitam
Nadi : 90 x/menit Tebal / tipis :Tebal
RR : 20 x/menit Distribusi :Normal
Suhu : 36,8C Mata
TD : 100/70 mmHg Palpebra :Edema (-/-), cekung (-/-)
Konjungtiva :Anemis (-/-)
Sklera :Ikterik (-/-)
Pupil :Isokor +/+
Refleks cahaya :+ / +
Kornea :Jernih
PEMERIKSAAN FISIK
Telinga Lidah
Bentuk : Simetris Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada Pucat : -
Serumen : ada Kotor : +
Nyeri : Tidak ada Warna : Merah muda
Hidung
Faring
Bentuk : Simetris
Hiperemis: -
Pernapasan cuping hidung : -
Edema : -
Sekret : -/-
Tonsil
Epistaksis : -/-
Warna : merah muda
Mulut
Pembesaran : T1 T1, tidak
hiperemis
Bentuk : Simetris
Leher
Bibir : Mukosa kering (-)
Pembesaran KGB : -
Gusi : Mudah berdarah (-)
Massa : -
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Jantung
Inspeksi Iktus kordis : Tidak terlihat
Palpasi Apeks : Dapat diraba
Thrill : - Palpasi Fokal fremitus :Getaran sama antara kiri dan
Perkusi Batas kiri : ICS VLMCS kanan
Batas kanan : ICS IV LPSD Perkusi : Sonor / Sonor
Batas atas : ICS II LPSD Auskultasi Suara nafas dasar : Vesikuler (+/+) Normal Suara
nafas tambahan : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Batasbawah : ICS VI
Abdomen
Auskultasi Suara dasar: S1-S2 reguler, Bising Inspeksi Bentuk:Datar
: murmur (-)Gallop (-) Umbilikus :tidak menonjol
Paru
Inspeksi Bentuk :Simetris Turgor :Cepat kembali
Retraksi :- Auskultasi :Bisingusus (+) normal
Dispnea :- Palpasi Nyeritekan :-
Pernapasan :Thorakoabdominal Nyerilepas :-
Bendungan vena : - Hepar :teraba 2 jari di bawah arcus costae
Sternum :Ditengah Lien :tidakteraba
Massa :tidakteraba
Perkusi Timpani
Asites (-)

Ekstremitas : Deformitas (-) akral hangat, edema (-), sianosis


(-) CRT 2 detik
Genitalia : Tidak diperiksa
Tanda-tanda vital
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4, M6, V5)
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi napas : 20 x/menit
Frekuensi nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Pemeriksaan Laboratorium
25 november 2016

Darah Rutin
WBC 12.8 103/mm3 3.5 10.0
RBC 5.91 106/mm3 3.80 5.80
HGB 13.7 g/dl 11.0 16.5
HCT 43.9 % 35.0 50.0
PLT 224 103/mm3 150 390
PCT .158 % .100 .500
MCV 74 L fl 80 97
MCH 23.2 L pg 26.5 33.5
MCHC 31.2 g/dl 31.5 35.0
RDW 13.5 % 10.0 15.0
MPV 7.0 fl 6.5 11.0
PDW 14.4 % 10.0 18.0
Pemeriksaan Laboratorium
25 november 2016

Diff. Count
%LYM 20.0 % 17.0 48.0
%MON 5.3 % 4.0 10.0
%GRA 74.7 % 43.0 76.0
#LYM 2.5 103/mm3 1.2 3.2
#MON 0.6 103/mm3 0.3 0.8
#GRA 9.5 103/mm3 1.2 6.8

Elektrolit
Natrium (Na) 135.87 mmol/L 135 148
Kalium (K) 4.14 mmol/L 3,5 5,3
Chlorida (Cl) 101.23 mmol/L 98 110
Calcium (Ca) 1.16 mmol/L 1,12 1,23
101.23

1.16
Diagnosis:
Suspek Demam Tifoid

Terapi awal:
Diagnosis banding:
IVFD RL 12 tetes/menit
Malaria
Sanmol infus 27 cc jika
ISK suhu tubuh > 38 0C
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr
Inj. Ondansentron 3x
Amp
Follow up 24 november 2016

S : Demam naik turun, nyeri sendi (+), mencret (+)


O : Tampak sakit ringan, GCS 15 (E4, V5, M6)
TD: 100/70 mmHg RR: 21 x/menit SpO2: 100%
HR: 87 x/menit T: 36,50C
DDR : (-)
Tes Widal : O = 1/160
H = 1/320

A : Demam Tifoid
P : - Bed Rest
- Diet Lunak
- Ganti RL dengan IVFD D5 NS 15 gtt/mnt
- Inj. Cefriaxone 1 x 1,5 gram dalam D5% 100 cc habis dalam 1
jam
- Paracetamol 3 x 250 gram
- Urine Rutin
- Feses Rutin
Follow up 25 november 2016

S : Demam naik turun , sakit kepala (+), Nyeri sendi (+), Mencret 1 x
O: Compos mentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
TD: 100/60 mmHg RR: 19 x/menit
SpO2: 100% HR: 85 x/menit T: 36,80C Lidah kotor (+)

Urine rutin
Warna : kuning muda
Leukosit : 3-4 LPB
PH : 6,5
Eritrosit : 1-2 LPB
Epitel : 2-4 LPB

Glukosa dan Protein (-)

Feses Rutin
Warna : Coklat Eritrosit: 0-2 LPB
Konsistensi : Cair Leukosit : 1-3 LPB
Lendir dan Darah : (-)

A : Demam Tipoid
P : -Lanjutkan
-Tes Widal
- Darah Rutin
Follow up 26 november 2016

S : Demam (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), nyeri sendi (-),
O : Compos mentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
TD: 100/70 mmHg RR: 18 x/menit SpO2: 100%
HR: 75 x/menit T : 36,20C Lidah kotor (-)

Widal : O = 1/80 H = (-)

WBC = 8400
RBC = 5.14 x 10
Hb = 12.3
Ht = 37.7
PLT = 221.000
A : Demam Tipoid
P : Pasien dipulangkan
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Tifoid

Definisi
Penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Ditandai dengan:
Demam berkepanjangan (> 1 minggu)
Adanya gangguan pada saluran pencernaan

Epidemiologi
Indonesia endemis demam tifoid dilaporkan
umur 3-19 tahun mencapai 91 % kasus
16 33 juta / tahun 500.000 (meninggal)
Etiologi
Salmonella thypi gram negatif, flagela (+),
kapsul (-), spora (-), fakultatif anaerob
3 Antigen : Antigen Somatik (O)
Antigen Flagel (H)
Antigen Envelope (Vi/K)
Faktor Risiko
Sanitasi lingkungan
Personal Hygiene
Mengkonsumsi makanan dalam kondisi mentah dan minum air
yang tidak direbus
Pasteurisasi susu yang tidak baik
Cara pengolahan dan penyajian makanan dan minuman yang
tidak baik
Patogenesis dan Patofisiologi:

Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer patch


Bakteri bertahan hidup dan multiplikasi di makrofag
Peyers patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-
organ ekstra intestinal sistem res
Bakterimia
Produksi eksotosin me kadar cAMP keluar
elektrolit dan air ke lumen intestinal
Manifestasi Klinis

Masa Inkubasi pada anak 10-14 hari


Step ladder temperature chart
Demam lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pada
pagi hari
Gejala Prodormal infeksi akut
Konstipasi atau diare
Lidah kotor
Gejala sistemik lain (pusing, malaise, anoreksia, nausea, mialgia,
nyeri perut, radang tenggorokan)
Gejala GI tract
Bradikardi relatif (jarang pada anak)
Hepatosplenomegali
Gangguan kesadaran
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Pemeriksaan Darah


hematologis Anemia : normositik normokrom
Biakan darah Leukopenia/Leukositosis
Limfositosis relatif
Uji Widal
Aneusinofilia
Uji Tubex Trombositopenia
Uji Typhidot
Uji IgM Dipstick Pemeriksaan Biakan Darah

Positif 40-60% kasus pada minggu


Diagnosis pertama
Anamnesis demam tifoid
Gold Standar biakan Negatif belum tentu bukan demam
tifoid
kuman
Pemeriksaan penunjang
lain
Uji widal

Menentukan adanya aglutinin dalam serum akibat infeksi S.typhi


Aglutinin O dan H makin tinggi makin besar kemungkinan deemam tifoid
Positif jika titer aglutinin diperiksa 160 atau kenaikan 4 kali lipat.
Aglutinin Vi karier

Uji tubex
Uji semikuantitatif
Positif : terdapat infeksi Salmonella grup D
Negatif : tidak terinfeksi / infeksi S. Parathpii
Hanya dapat mendeteksi IgM bukan IgG (tidak bisa mendeteksi infeksi lampau)

Uji thipoidot
Dapat mendeteksi IgG dan IgM secara spesifik terhadap antigen S.Thypi
Uji Igm dipstic

Mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap S. typhi pada


spesimen serum atau whole blood
Menggunakan strip mengandung atigen lipopolisakarida
(LPS) S. typhoid dan anti IgM (sebagai kontrol), reagen
deteksi yang mengandung antibody anti IgM yang dilekati
dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum
diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung
uji.Secara kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji
dengan membandingkannya dengan reference strip
Diagnosis
Gejala klinis
Demam
Gangguan gastrointestinal
Diagnosis pasti dapat ditegakkan melalui isolasi S. Typhi
dari darah pada 2 minggu sakit, dapat juga dengan
biakan spesimen empedu yang hasilnya cukup
memuaskan.
Penatalaksanaan
Tirah baring
Diet
Kebutuhan Cairan
Nutrisi
Makanan mudah dicerna
Medikamentosa
Antibiotik
Simptomatik
Teori
Demam > 7 minggu
Analisa Kasus Demam Tifoid
Demam Malaria
ISK
Os datang dengan keluhan
Demam muncul pada sore atau
demam yang sudah dirasakan
sejak 8 hari yang lalu. Demam malam hari dan turun pada pagi
dirasakan naik turun dan terus hari
menerus. Demam muncul saat Demam Tifoid Stepladder
sore hari dan malam hari, Malaria Jenis Plasmodium +
turun pada pagi hari. TRIAS malaria
Menggigil (+), berkeringat Nyeri sendi merupakan gejala
(-), mimisan (-) nyeri sendi prodormal demam atau
(+) berdebar-debar (-). mungkin gejala klinis penyakit
Demam juga turun ketika lain Demam Rematik
diberikan obat lalu naik lagi.
Diare
Demam Thypoid Gangguan GI
tract (Diare/ Konstipasi)
Kasus Faktor Resiko transmisi S. thypii
makan jajanan sembarangan
Os juga mengaku buang air Teori
besar encer sejak 3 hari yang Lidah kotor bisa didapatkan pada
lalu dengan frekuensi > 5 kali pasien demam tipoid, HIV, pasien
sehari, ampas (+), lendir (-), dengan imunusupresif
darah (-), mual (+), muntah (-). Nyeri tekan pada abdomen
Os mengaku sering makan bagian umbilikus bisa
jajanan di sekolahnya. menandakan adanya kelainan
organ dibawahnya.
Namun kedua manifestasi ini juga
Kasus belum dapat menunjukkan gejala
Pada pemeriksaan fisik ditemukan yang khas untuk diagnosis
Lidah kotor dan nyeri tekan spesifik dari suatu penyakit
pada abdomen bagian
umbilikus
Teori
Tipoid
Kasus
Leukopeni/Leukositosis
Pemeriksaan laboratorium
Trombositopenia
darah rutin dbn
Aneusinofilia
DDR : negatif
Limfositosis Relatif
CRP : Positif
Anemia
ASTO : negatif DDR : positif pada malaria
Uji Widal CRP : positif menunjukkan adanya
H 1 rawatan proses inflamasi dan nekrosis
Titer O : 1/80 Titer H : RA, Demam Rematik, Ca Mamae,
negatif Inflamasi Usus, PID, Inf
H 4 rawatan bakteri, SLE, Hodgkin
Titer O : 1/160 titer H :
1/320 Teori
Tatalaksana
Tirah baring
Kasus Isolasi yang memadai
Penatalaksaanaan Pemenuhan kebutuhan cairan
Dirawat di RS Nutrisi
Pemberian Cairan dengan Pemberian antibiotik
RL Simptomatis
Nutrisi dengan diet lunak
Pemberian obat
simptomatis
Teori
Ringer Laktat merupakan salah satu cairan
fisiologis tubuh yang digunakan untuk
Kasus rehidrasi. Pemberian cairan Ringer Laktat
IVFD RL 14 gtt/mnt
pada pasien ini sudah tepat.
Paracetamol injeksi bila
Kebutuhan cairan pada pasien ini:
suhu >38 1500 + 20(7) = 1640cc/jam
Ranitidine 2x1 ampul,
1640/24 jam = 68,3 cc/ jam
Ondansentron 3x Makro = (68,3 cc x 20) / (60) = 22 tpm
ampul
Mikro = (68,3 cc x 60 ) / (60) = 68 tpm
Ceftriaxone 1,5 g
Dosis Paracetamol anak
10-15mg/kgBB
BB : 27
27 x (10 15) = 270 405mg
Syr : 5 ml = 120 mg Inj : 10mg/mL
RanitidinDosis 150mg/hari
Ampul: 50mg/2ml
OndansentronDosis Anak 4mg
Ampul: 4mg/2ml
Selesai
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai