Anda di halaman 1dari 15

ELITE NELAYAN DAN

INSTITUSIONALISASI SEKTOR
PENANGKAPAN IKAN (1905 -
1925)
By `
Riska Zuraida

Lets go
Begining!!!
Rizka Sejarah Maritim
Elite Nelayan
Kelompok-kelompok tertentu di kalangan
nelayan yang menempati posisi yang
menguntungkan
Kelompok pelepas uang = penyedia modal
Kelompok juragan = kepemilikan sarana
produksi
Kelompok pelepas Uang
Pelepas uang pada umumnya kalangan orang Cina,
Arab, dan juga penduduk asli setempat.
Menjalin hubungan kerja dengan juragan, meyalurkan
modal pada mereka dan berusaha menciptakan
hubungan hutang-piutang diantara mereka.
Misal: apabila kelompok juragan memerlukan uang
kontan, mereka dapat meminjam kepada kongsi
dengan persyaratan khusus, yakni ikan yang mereka
jual kepada kongsi dinilai 10% lebih rendah dari harga
pasar, sampai hutang mereka terbayar lunas.
Kebutuhan operasional (bahan makanan) disediakan
juga oleh kongsi dengan harga yang sangat mahal.
Lanjutan...
Kongsi berusaha mengikat nelayan agar selama
mungkin terikat hutang.
Kelompok pemodal menguasai perdagangan ikan.
Contohnya: Kelompok punggawa di Sapeken, yakni
pedagang-pedagang ikan bermodal yang berasal dari
kelompok elite masyarakat setempat. Sapeken
merupakan pusat penangkapan ikan yang terletak di
kepulauan Sapudi di arah timur pulau Madura dan
termasuk wilayah Kebupaten SUmenep. Sampai tahun
1900, daerah ini merupakan salah satu pusat
penangkapan ikan terpenting di Madura.
Lanjutan
Menjelang akhir tahun 1910-an, posisi
punggawa sangat kuat.
Pada tahun 1908, pemerintah mulai
melarang perdagangan garam di Sulewesi
dan memberi wewenang penguasa di
Sumenep menyalurkan garam subsidi
dilakukan di tempat-tempat tertentu.
Kelompok Juragan
Disamping kelompok penyedia modal,
kelompok juragan juga semakin kuat
juga posisinya. Peralatan produksi yang
umumnya dibeli dengan menggunakan
uang pinjaman lama-kelamaan
sepenuhnya menjadi milik juragan
sebagai pihak yang menerima hutang.
Lanjutan
Investasi modal dari pemerintah tidak banyak merubah keadaan.
Selain jumlahnya kecil, kredit dari bank menunjukkan
kecenderungan yang sama, sehingga hanya kelompok tertentu yang
dapat menikmatinya. Para nelayan belum bisa mendapatkan kredit
dari pemerintah.
Bank hanya menyalurkan kredit untuk usaha pertanian, industri kecil
dan perdagangan, belum mau menyalurkan kredit untuk usaha
penangkapan ikan. Alasannya: karena tidak ada kepastian bahwa
para nelayan akan dapat mengangsur hutang mereka secara teratur.
Pada tahun 1907, Sekretariat Negara mengeluarkan edaran bahwa
pemerintah akan menyalurkan kredit untuk perikanan, khususnya
untuk usaha pertambakan dan usaha penangkapan ikan. Tetapi
pada prakteknya penyaluran kredit hanya terbatas untuk kelompok-
kelompok tertentu saja.
Meningkatnya Perdagangan Ikan
di daerah Pedalaman
Sejak pertengahan tahun 1910-an, sektor penangkapan
ikan di Jawa dan Madura mengalami perubahan
penting, yakni makin meningkatnya dan makin
meluasnya jangkauan jaringan perdagangan ikan.
Pemerintah mendirikan bangunan-bangunan,
membangun jalan raya, jembatan, irigasi fasilitas
perkebunan, dan perusahaan Negara. Yang terpenting
yaitu fasilitas perkeretaapian, pos dan telegraf.
Fasilitas perkeretaapian menghubungkan hampir
seluruh daerah pedalaman. Hal tersebut sangat
mengungtungkan dalam perdagangan, termasuk
perdagangan ikan.
Lanjutan
Tumbuhnya pasar di daerah pedalaman ikut
mendorong naiknya jumlah absolute
permintaan produksi ikan (terutama ikan
segar).
Karena banyaknya permintaan ikan, Pada
bulan Mei 1907 dinas perkeretaapian
mengoperasikan gerbong khusus untuk
pengangkutan ikan di jalur kereta daerah
eksploitasi Jawa bagian timur. Hal tersebut
dapat berpengaruh langsung terhadap
meningkatnya harga ikan.
Pengolahan dan pengawetan
ikan: Industri Rumah Tangga

Perdagangan ikan asin juga ikut mengalami


peningkatan. Pemerintah enerapkan sistem
pemusatan pengolahan ikan, awal tahun 1907
membangun tempat-tempat pengasinan ikan di
sejumlah tempat pendaratan ikan di sepanjang
pantai utara Jawa dan Madura.
Hanya di pusat pengasinan ikan pemerintah
menyalurkan garam subsidi. Para nelayan
harus memproses ikan di tempat tersebut dan
mengangkutnya apabila ikan telah siap dijual.
Lanjutan
Tahun 1936, penggunaan garam mengalami
peningkatan karena turunnya harga subsidi.
Menimbulkan usaha rumah tangga untuk
membuat ikan. Umumnya nelayan memilih
proses pengolahan yang sedikit menggunakan
garam, seperti pemindangan, pengasapan,
pengeringan atau dijual sebagai ikan segar.
Munculnya organisasi Kenelayanan

Awal tahun 1920-an, ketika organisasi social


ekonomi bermunculan di kalangan nelayan,
menyebabkan pola investasi di sector
penangkapan ikan dan juga menyebabkan makin
tumbuhnya perdagangan bebas produksi ikan.
Organisasi pertama di kalangan nelayan yaitu
gerakan perkoperasian nelayan. Bergerak dalam
usaha simpan-pinjam, sektor pertanian, industri,
atau perkebunan.
Koperasi menangani masalah perkreditan dan
penjualan ikan di pusat-pusat pendaratan ikan.
Lanjutan
Setiap organisasi nelayan mengoperasikan
pusat pelelangan ikan => proses pelembagaan
sektor penangkapan ikan meliputi:
1. Di bidang perdagangan, proses pelembagaan
ini mendorong makin berkembangnya
perdagangan bebas produksi ikan
2. Di bidang permodalan, proses ini berakibat
makin meluasnya jangkauan kredit pemerintah
untuk nelayan penangkap ikan
Investasi, Pembaruan Teknologi,
dan Produksi Ikan
Meskipun pendapatan sektor penangkapan
ikan membaik, tetapi nelayan belum
mengalami surplus pendapatan. Akumulasi
modal dan investasi belum tampak
Disebabkan karena tidak adanya tenaga
profesional di bidang perikanan yg
menyebabkan kurang berhasilnya
pemerintah dalam usaha mempromosikan
pembangunan industri penangkapan ikan
(menurut Sunier)
Lanjutan
Karena kegagalan ini, tidak terjadi
pembaharuan-pembaharuan teknologi
penangkapan ikan.
Produksi ikan laut Jawa dan Madura,
sulit diharapkan tidak banyak
mengalami peningkatan yang signifikan
pada masa selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai