KELOMPOK IV
ANI
DEVI
EVI MAYA
LISTIYOWATI
TRI
Perencanaan perpajakan atau tax planning merupakan tahap awal untuk melakukan analisasi secara
sitematis berbagai alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan
kewajiban perpajakan minimum.
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak
orang pribadi subjek pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
PEMBAHASAN
Masalah perpajakan yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, Sehubungan dengan pemberian jasa selain
yang terdiri dari pengacara, pegawai dan tenaga ahli, yang dalam
akuntan,arsitek,dokter, pemberian jasanya mempekerjakan orang
konsultan,notaris,penilai, dan aktuaris, lain sebagai pegawainya dan atau
dikenakan tarif 50% (lima puluh persen) dari
melakukan penyerahan material atau
jumlah penghasilan bruto. Ini berlaku bagi
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, bahan, dikenai sebesar Tarif PPh Ps. 17
sehingga PPh pasal 21 yang dipotong sebesar ayat 1 huruf a dari Nilai Proyek.
50% x Nilai Proyek x Tarif PPh Pasal 17 ayat 1
huruf a.
Kita lihat ilustrasi honorarium pemberian jasa oleh orang berikut ini :
Net (tidak Gross-Up) Gross Up
Nilai Pekerjaan 10.000.000 Nilai pekerjaan 10.000.000
PPh 5% 500.000 PPh 5% 526.316
Nilai kontrak(net) 10.000.000 Nilai kontrak 10.526.316
Catatan :
.
1. Tarif honorarium untuk pemberian jasa oleh orang pribadi adalah tarif Pasal 17 dari nilai bruto dan PPh yang ditanggung
pemberi kerja sebesar Rp 500.000 tanpa gross up dan tidak mengubah nilai kontrak, maka sejumlah PPh tersebut tidak dapat
dibiayakan.
2. PPh dihitung dengan metode gross-up akan menambah nilai kontrak sebesar 5% : Rp 10.000.000 X 100/(100-5) = Rp 526.316.
Masalah prosedur pembayaran uang saku dalam perjalanan dinas, pendidikan, ataupun jenis pengeluaran
perusahaan lainnya juga seringkali menimbulkan aspek pajak berbeda.
Sejak belakunya UU PPh Thun 2000, makanan dan minuman bagi kaeyawan
sudah boleh dibiayakan di PPh Badan(deductible expense)
Dari sisi PPh Badan , dengan asumsi jumlah beban yang sama, keduanya
tidak menimbulkan pengaruh apapun, karena sama-sama bisa dibiayakan
( lihat Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh 2008, tetapi pemberian tunjangan
makan akan mengakibatkan bertambahnya PPh Pasal 21.
5. Memberikan Tunjangan Kesehatan atau Fasilitas Pengobatan
Untuk biaya kesehatan,perusahaan memiliki pilihan, memberikan tunjangan kesehatan, menyediakan fasilitas
pengobtan bagi karyawan, atau menggunakan method reimbursement biaya pengobatan
Bila perusahaan memilih memberikan tunjangan kesehatan, maka perlakuan
pajaknya bersifattaxable-deductible.Artinya, tunjangan kesehatan merupakan objek
PPh Pasal 21 bagi karyawan (penghasilan) dan merupakan biaya bagi perusahaan.
Bila perusahaan menyediakan fasilitas pengobatan, maka perlakuan pajaknya
bersifat non taxable-non deductable. Artinya hal itu bukan penghasilan bagi
karyawan dan bukan biaya bagi perusahaan.
Penerapan Tax Planning Dalam PPh Pasal 21, antara lain dengan cara :
Pada perusahaan yang PPh badannya tidak dikenai pajak bersifat final,pengeluaran tesebut
tidak dapat dibebankan sebagai biaya bagi perusahaan. Sebagai gantinya untuk kesejahteraan
pegawai diberikan dalam bentuk tunjangan, sehingga bisa dibiayakan (mengurang profit).
Untuk perusahaan yang PPh badannya dikenakan pajak bersifat final, memberikan tunjangan kepada
karyawan dalam bentu natura atua kenikmatan merupakan salah satu pilihan untuk menghindari
lapisan tariff maksimum PPh pasal 21. Pemberian dalam bentuk kenikmata/natura atau dalam bentuk
tunjangan tidak mempengruhi PPh Badan karena pendapatan perusahaan sudah dikenadi PPh
final.Tetapi untuk tujuan komersial ,baik pemberian dalam natura,kenikmatan atau dalam bentuk
tunjangan tetap, bisa menjadi pengurang penghasilan brutto untuk menghitung penghasilan netto.
b. Gross Method
Merupakan metode pemotongan pajak di mana karyawan menaggung sendiri jumlah pajak
penghasilannya, yang biasanya dipotong langsung dari gaji karyawan yang bersangkutan.
c. Gross-Up Method
Merupakan metode pemotogan pajak, di mana perusahaan memberikan tunjangan pajak. PPh
Pasal 21 yang diformulasikan jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak PPh pasal 21 yang akan
dipotong dari karyawan.
Bahwa pada metode net besarnya Pph pasal 21 yang ditanggung oleh
perusahaan tersebut tidak dimasukkan sebagai tunjangan pajak di SPT PPh
pasal 21 , sedangkan pada metode gross up , besarnya tunjangan pajak PPh
Pasal 21 tersebut dimasukkan sebagai elemen penghasilan dari tunjangan
pajak yang dicantumkan di SPT PPh Pasal 21
Bahwa pada metode net, besarnya PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh
perusahaan tidak bisa dibiayakan( non deductible) sedangkan pada metode
gross up seluruh tunjangan pajaknya bisa dibiayakan (deductible).