Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN, PENERAPAN EFISIENSI DAN PENGHINDARAN SANKSI

PAJAK PPH PASAL 21

KELOMPOK IV
ANI
DEVI

EVI MAYA
LISTIYOWATI

TRI

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 1


BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan Negara untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat,
guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.

Perencanaan perpajakan atau tax planning merupakan tahap awal untuk melakukan analisasi secara
sitematis berbagai alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan untuk mencapai pemenuhan
kewajiban perpajakan minimum.
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak
orang pribadi subjek pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Pajak Untuk PPH 21


Perencanaan pajak dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara
lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber
daya.
Salah satu fungsi manajemen pajak adalah perencanaan pajak (tax planning). perencanaan pajak itu
sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi
pajaknya. tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak
yang akan dibayar. Dalam penyusunan perencanaan pajak harus sudah memahami secara mendalam
tentang peraturan-peraturan perpajakan dan selalu mengikuti perkembangan dan perubahan agar
perencanaan pajak dapat berfungsi dengan baik dan tidak terjadi suatu kesalahan

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 3


Prinsip-prinsip perencanaan pajak untuk PPh Pasal 21
1. Bagi Wajib Pajak yang menderita kerugian, mengganti pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam
bentuk natura menjadi tunjangan berupa uang hanya akan menaikkan PPh Pasal 21, sementara PPh badan tetap
Nihil karena masih merugi;
2. Bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki penghasilan kena pajak dengan jumlah yang melebihi Rp 100 juta,
diusahakan sesedikit mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura, agar dapat
mengurangi penghasilan bruto perusahaan. Karena memindahkan pengenaan pajak dari PPh Badan kepada PPh
Pasal 21 akan lebih menguntungkan perusahaan, dimana tarif progresif PPh Orang Pribadi akan dimanfaatkan
oleh semua karyawan

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 4


Prinsip-prinsip perencanaan pajak untuk PPh Pasal 21
3. Bagi wajib Pajak Badan yang memiliki penghasilan kena pajak dengan jumlah melebihi Rp 100 juta, dan memiliki karyawan
yang memperoleh penghasilan di atas Rp 200 juta, maka lebih baik setiap tambahan penghasilan kepada karyawannya
diberikan dalam bentuk natura. Hal ini dikarenakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, tarif pajak tertinggi adalah 35% untuk
lapisan penghasilan di atas Rp 200 juta, sedangkan untuk PPh Badan menggunakan tarif tertinggi 30%;
4. Untuk biaya-biaya berupa natura/kenikmatan/fasilitas yang merupakan keharusan, sebaiknya diberikan dalam bentuk natura
karena dapat dibiayakan secara fiskal, dan bukan objek Pajak Penghasilan bagi karyawan yang menerimanya, yaitu :
Makanan dan minuman yang dimanfaatkan untuk seluruh maupun hanya oleh sebagian karyawan;
Diwajibkan oleh Peraturan Keselamatan Kerja, semisal helm proyek;
Di daerah terpencil;
Tuntutan situasi lingkungan pekerjaan, semisal seragam satpam, seragam karyawanm yang melayani pelanggan, dan
sebagainya;
Fasilitas mobil dan ponsel, pengeluarannya dapat dibebankan sebesar setengahnya;
Pendidikan dan pelatihan karyawan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 5


2.2 Perlakuan Mengefisiensikan Beban Pajak PPh 21
Ada beberapa item yang berkaitan dengan perencanaan pajak PPh pasal 21 yaitu :
1. Klausal Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja

Masalah perpajakan yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, Sehubungan dengan pemberian jasa selain
yang terdiri dari pengacara, pegawai dan tenaga ahli, yang dalam
akuntan,arsitek,dokter, pemberian jasanya mempekerjakan orang
konsultan,notaris,penilai, dan aktuaris, lain sebagai pegawainya dan atau
dikenakan tarif 50% (lima puluh persen) dari
melakukan penyerahan material atau
jumlah penghasilan bruto. Ini berlaku bagi
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, bahan, dikenai sebesar Tarif PPh Ps. 17
sehingga PPh pasal 21 yang dipotong sebesar ayat 1 huruf a dari Nilai Proyek.
50% x Nilai Proyek x Tarif PPh Pasal 17 ayat 1
huruf a.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 6


2. Pajak Ditanggung Pemberi Kerja atau Tunjangan Pajak secara Gross Up

Kita lihat ilustrasi honorarium pemberian jasa oleh orang berikut ini :
Net (tidak Gross-Up) Gross Up
Nilai Pekerjaan 10.000.000 Nilai pekerjaan 10.000.000
PPh 5% 500.000 PPh 5% 526.316
Nilai kontrak(net) 10.000.000 Nilai kontrak 10.526.316
Catatan :
.
1. Tarif honorarium untuk pemberian jasa oleh orang pribadi adalah tarif Pasal 17 dari nilai bruto dan PPh yang ditanggung
pemberi kerja sebesar Rp 500.000 tanpa gross up dan tidak mengubah nilai kontrak, maka sejumlah PPh tersebut tidak dapat
dibiayakan.
2. PPh dihitung dengan metode gross-up akan menambah nilai kontrak sebesar 5% : Rp 10.000.000 X 100/(100-5) = Rp 526.316.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 7


Pph sejumlah itu menjadi unsur biaya yang bersifat deductible expenses, karena bagi penerima hal ini
menjadi unsur penghasilan. Bagi perusahaan mana yang lebih menguntungkan?Harus dipertimbangkan
lebih jauh lagi.
- Jika secara fiskal perusahaan masih merugi, gross-up akan menambah beban PPh Pasal 21 tanpa
mempengaruhi PPh Badan terutang, pengaruhnya pada kompensasi kerugian. Dari cash-flow timbul
pegeluaran yang justru lebih besar, dan jika mempertimbangkan time value of money, manajemen bisa
memilih untuk tidak melakukan gross-up.
- Sebaliknya jika perusahaan mendapat laba fiskal dan sudah dikenai PPh pada lapisan tetinggi, metode
gross-up akan menghasilkan penghematan dari selisih tariff antara PPh Badan dengan tariff PPh pasal 21
yang dikenakan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 8


3. Pemberian Uang Saku Secara Lump-Sum arau Reimbursement.

Masalah prosedur pembayaran uang saku dalam perjalanan dinas, pendidikan, ataupun jenis pengeluaran
perusahaan lainnya juga seringkali menimbulkan aspek pajak berbeda.

Pembayaran secara lump-sum akan Sedangkan dalam prosedur


mengakibatkan PPh Pasal 21 dihitung dari reimbursement, pembayaran disertai
seluruh nilai yang dibayarkan,meskipun di dengan kewajiban untuk
dalamnya mungkin terdapat biaya lainnya, mempertanggungjawabkan penggunaan
misalnya transportasi, dan akomodasi. dana dengan meminta bukti pengeluaran.
Pengertian lump-sum perusahaan Apabila terjadi kelebihan, harus
memberikan sekaligus dalam jumlah tertentu dikembalikan ke perusahaan, apabila
yang meliputi uang saku, transport, terjadi kekurangan dapat dimintakan
akomodasi, atau unsure biaya lainnya, tanpa kembali (reimbursement). PPh Pasal 21
disertai dengan pertanggung jawaban dan hanya akan dihitng dari uang saku atau
bukti atas penggunaannya. tunjangan berupa uang lainnya yang
benar-benar diterima atau diperoleh
karyawan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 9


4. Pemberian Tunjangan Makan atau Menyiapkan Makan Bersama

Sejak belakunya UU PPh Thun 2000, makanan dan minuman bagi kaeyawan
sudah boleh dibiayakan di PPh Badan(deductible expense)
Dari sisi PPh Badan , dengan asumsi jumlah beban yang sama, keduanya
tidak menimbulkan pengaruh apapun, karena sama-sama bisa dibiayakan
( lihat Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh 2008, tetapi pemberian tunjangan
makan akan mengakibatkan bertambahnya PPh Pasal 21.
5. Memberikan Tunjangan Kesehatan atau Fasilitas Pengobatan

Untuk biaya kesehatan,perusahaan memiliki pilihan, memberikan tunjangan kesehatan, menyediakan fasilitas
pengobtan bagi karyawan, atau menggunakan method reimbursement biaya pengobatan
Bila perusahaan memilih memberikan tunjangan kesehatan, maka perlakuan
pajaknya bersifattaxable-deductible.Artinya, tunjangan kesehatan merupakan objek
PPh Pasal 21 bagi karyawan (penghasilan) dan merupakan biaya bagi perusahaan.
Bila perusahaan menyediakan fasilitas pengobatan, maka perlakuan pajaknya
bersifat non taxable-non deductable. Artinya hal itu bukan penghasilan bagi
karyawan dan bukan biaya bagi perusahaan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 10


6. Meminimalkan Tarif Pajak (PPh Pasal 21)

Penerapan Tax Planning Dalam PPh Pasal 21, antara lain dengan cara :
Pada perusahaan yang PPh badannya tidak dikenai pajak bersifat final,pengeluaran tesebut
tidak dapat dibebankan sebagai biaya bagi perusahaan. Sebagai gantinya untuk kesejahteraan
pegawai diberikan dalam bentuk tunjangan, sehingga bisa dibiayakan (mengurang profit).

Untuk perusahaan yang PPh badannya dikenakan pajak bersifat final, memberikan tunjangan kepada
karyawan dalam bentu natura atua kenikmatan merupakan salah satu pilihan untuk menghindari
lapisan tariff maksimum PPh pasal 21. Pemberian dalam bentuk kenikmata/natura atau dalam bentuk
tunjangan tidak mempengruhi PPh Badan karena pendapatan perusahaan sudah dikenadi PPh
final.Tetapi untuk tujuan komersial ,baik pemberian dalam natura,kenikmatan atau dalam bentuk
tunjangan tetap, bisa menjadi pengurang penghasilan brutto untuk menghitung penghasilan netto.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 11


Strategi Perencanaan Pajak untuk Mengefisienkan Beban Pajak
Tujuan perencanaan pajak adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan
jumlah pajak yang aka ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran
pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindakan
pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. ( Mohammad Zain, 2003 :67).

Dalam perhitungan PPh Pasal 21 terdapat 3 (tiga ) metode yang bisa


diaplikasikan , yakni metode net, metode Gross, dan metode Gross up.
a. Net Method
Merupakan metode pemotongan pajak di mana perusahaan menanggung Pph pasal 21 karyawan.

b. Gross Method
Merupakan metode pemotongan pajak di mana karyawan menaggung sendiri jumlah pajak
penghasilannya, yang biasanya dipotong langsung dari gaji karyawan yang bersangkutan.
c. Gross-Up Method
Merupakan metode pemotogan pajak, di mana perusahaan memberikan tunjangan pajak. PPh
Pasal 21 yang diformulasikan jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak PPh pasal 21 yang akan
dipotong dari karyawan.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 12


Perbedaan prinsipil antara Net Method dengan Grosss-Up Method adalah sebagai berikut :

Bahwa pada metode net besarnya Pph pasal 21 yang ditanggung oleh
perusahaan tersebut tidak dimasukkan sebagai tunjangan pajak di SPT PPh
pasal 21 , sedangkan pada metode gross up , besarnya tunjangan pajak PPh
Pasal 21 tersebut dimasukkan sebagai elemen penghasilan dari tunjangan
pajak yang dicantumkan di SPT PPh Pasal 21
Bahwa pada metode net, besarnya PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh
perusahaan tidak bisa dibiayakan( non deductible) sedangkan pada metode
gross up seluruh tunjangan pajaknya bisa dibiayakan (deductible).

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 13


Rumus Tunjangan Pajak dengan Metode Gross up yang sesuai dengan UU PPh No. 36 tahun 2008

1. PKP Rp 0 s/d 50.000.000


Pajak = 1/0,95 (PKP X 5% )

2. PKP di atas 50.000.000 s/d 250.000.000


Pajak = 1/0,85 { ( PKP X 15% ) 5 juta } .

3. PKP di atas Rp 250.000.000 s/d 500.000.000


Pajak = 1/0,75 { (PKP X 25%) 30 juta }

4. PKP di atas Rp. 500.000.000


Pajak = 1/0,70 {(PKP X 35%)- 55 juta ].

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 14


Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode Gross Up yang sesuai UU PPh NO.36 tahun 2008, harus
dilakukan 2 tahap.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 15


Perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode Gross Up yang sesuai UU PPh NO.36 tahun 2008, harus
dilakukan 2 tahap.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 16


2.3 Penghindaran Sanksi Pajak PPh 21
Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu
perencanaan pajak (tax planning):

Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu


perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan
perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan
mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh
perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan
pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
Bukti-bukti pendukungnya yang memadai.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 17


Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu
dikuasai dan dilaksanakan yaitu :

1. Memahami ketentuan dan peraturan perpajakan. Dengan mempelajari


peraturan perpajakan seperti UU, PP, Keppres, KMK, SK, dan SE DitJen
Pajak, kita dapat mengetahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk menghemat beban pajak.
2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat. Pembukuan
merupakan sarana yang sangat penting dalam menyajikan informasi
keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk LK dan menjadi dasar
dalam menghitung besarnya jumlah pajak (UU KUP pasal 28).
.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 18


Pengendalian pajak (tax control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah
memenuhi persyaratan formal maupun materil. Dalam pengendalian pajak
yang penting adalah pengecekan pembayaran pajak. Oleh sebab itu
pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi
penghematan pajak, misalnya pembayaran pajak dilakukan saat akhir tentu
lebih menguntungkan dibandingkan membayar lebih awal. Pengendalian
pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih
besar dari jumlah pajak terutang.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 19


Kesimpulan
Perencanaan Pajak ( Tax Planning )
Banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak.
Keenganan ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontra prestasi langsung yang diberikan
akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh mereka dianggap sebagai beban
sehingga ada usaha-usaha untuk menguranginya. Untuk perusahaan besar, mengatur jumlah pajak
seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada aliran kas (cash flow) yang
nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian
untuk pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok perusahaan.
Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang harus dibayar sehingga seminimal
mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang peraturan-peraturan perpajakan itu sendiri.
Karena, hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah atau hal-hal yang belum diatur
dalam undang-undang (loopholes).
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar
yaitu penggeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi, penghindaran (avoidance) dan
penyelundupan (evasion). Semua strategi di atas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning
memberikan suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara sistematis jumlah
pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini, ada item-item yeng nantinya harus menjadi
pusat perhatian dari wajib pajak atau apabila menggunakan konsultan adalah tax planner.

5/26/17 MANAJEMEN PERPAJAKAN 20

Anda mungkin juga menyukai