Anda di halaman 1dari 12

PRENTASE PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN BATU KAPUR LABAH


KABUPATEN MUNA SEBAGAI BAHAN FILLER
CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC-WC)
Latar
Belakang
Pembangunan prasarana jalan yang berkelanjutan menuntut tersedianya jumlah bahan
bangunan yang mencukupi dan memenuhi spesifikasinya
Kapur padam bertindak sebagai anti-stripping agent yang dapat meningkatkan durabilitas atau
keawetan kinerja campuran beton aspal dalam menerima repetisi beban lalu lintas seperti
berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan
keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, atau perubahan temperatur
Di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tepatnya di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten
Muna terdapat pegunungan kapur yang cukup luas dan belum dimanfaatkan secara maksimal
Dilihat dari letak dan fungsinya inilah membuat lapis perkerasan tipe AC-WC sangat rentang
terhadap kerusakan baik oleh pengaruh cuaca maupun oleh repetisi beban lalu lintas. dan
pengaruh pengaruh lainnya

Bagaimana pengaruh penggunaan filler dari


batu kapur Labaha Kab. Muna terhadap nilai
Rumusan
Marshall campuran aspal AC-WC?
Berapa kadar filler maksimum yang dapat Masalah
digunakan pada campuran AC-WC tersebut?
Mengetahui pengaruh penggunaan filler dari batu kapur
Tujua Labaha Kab. Muna pada campuran aspal AC-WC.
Menentukan kadar filler maksimum penggunaan batu
n kapur Labaha sebagai filler dalam campuran aspal AC-
WC
Dengan mengetahui kinerja
penggunaan filler batu

Manfaat
kapur Labaha, dapat
diupayakan perencanaan
dan pelaksanaan yang lebih
baik dengan
mengoptimalkan, sehingga
dapat meningkatkan
stabilitas dan durabilitas
campuran yang pada
akhirnya akan
meningkatkan kinerja lapis
Batasan Masalah
Campuran aspal yang ditinjau adalah Lapis Aspal Beton
Aus atau Asphal Concrete Wearing Course (AC-WC)
berdasarkan spesifikasi Bina Marga 2010
Metode pengujian menggunakan metode Uji Marshall
dengan perendaman standar 30 menit dan 2x75 kali
tumbukan.
Parameter campuran aspal yang dikaji adalah
Stabilitas, flow, density, VIM, VMA,VFB, MQ.
Proporsi penggunaan filler kapur batu labaha terhadap
debu batu dirancang dengan variasi 0/10; 10/90; 30/70;
50/50; 70/30 dan 100/0.
Bahan agregat kasar dan halus berasal dari hasil mesin
pemecah batu (stone crucher) dengan sumber material
dari batu moramo. Bahan filler menggunakan debu batu
dan kapur Labaha Muna. Bahan aspal menggunakan
Waktu &
Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dimulai
April 2017 dengan tempat penelitian yaitu
Laboratorium Pengujian Bahan dan Konstruksi
Program Studi S1 Teknik Sipil UHO Kendari

Agregat kasar, halus, filler debu batu dari batu


gunung moramo
Batu kapur labaha dari Kab. Muna sebagai bahan
Bahan baku filler.
Aspal keras (AC 60/70)
Air Aquades untuk pengujian daktalitas
Pelumas
Alat
Alat pemeriksaan fisik agregat meliputi : saringan agregat kasar dan agregat halus, alat uji abrasi
dengan mesin los angeles, alat uji kelekatan terhadap aspal, pengukuran berat jenis,
pemeriksaan sand equivalent..
Alat pemeriksaan fisik aspal meliputi : alat ukur penetrasi, alat ukur daktilitas, alat ukur titik
lembek, alat ukur titik nyala dan alat uji kehilangan berat.
Alat uji Marshall merupakan alat tekan (desak), yang terdiri dari kepala penekan berbentuk
lengkung, cincin penguji berkapasitas 2500 kg yang dilengkapi dengan arloji tekan dengan arloji
tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001) dan alat pengukur kelelehan plastis (flow-meter).
Cetakan benda uji, alat untuk membuat briket-biket (benda uji) dengan diameter 10 cm (4) dan
tinggi 7,5 cm (3).
Ejektor yaitu alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan.
Alat penumbuk untuk memadatkan benda uji yang mempunyai permukaan rata, berbentuk
silinder dengan berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm (16).
Perlengkapan lainnya seperti :
1) Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20C.
2) Oven untuk memanaskan bahan, kompor pemanas, panci alumunium untuk memanaskan
agregat, sendok pengaduk dan spatula untuk menusuk-nusuk campuran benda uji.
3) Termometer berkapasitas 420C dan timbangan.
Alat Bantu lainnya
Palu dan plat besi
Spidol
Kaos tangan
Termometer
Talam
Plastik
Timbangan konvensional dan digital
Sendok
Perlakuan Perancangan
Percobaan
Agregat Kasar : tertahan diatas saringan 2,36
mm / no.8.
Ketentuan dilihat pada Tabel 3.1

Agregat Halus : ukuran nominal maksimum 2,36


mm
Ketentuan dilihat pada Tabel 3.2

Filler : Lolos saringan no.200. Bahan pengisi yang


Pengujian diuji pada penelitian ini adalah batu kapur Muna
Karakteristik dan abu batu
Bahan Susun Ketentuan dilihat pada table 3.3
Aspal : Aspal Pen 60 dari Pertamina.
Pada penelitian ini, data pengujian aspal
menggunakan data sekunder. Kecuali untuk
pengujian berat jenis dilakukan pengujian
ulang untuk memvalidasi data sekunder
sebab data ini digunakan dalam analisis
Marshall.
Ketentuan pengujian berat jenis aspal dilihat
pada Tabel3.4
Perancangan benda uji diawali dengan perancangan gradasi
gabungan dari agregat kasar, halus dan filler. Masing-masing fraksi
agregat diperiksa distribusi ukuran partikelnya melalui pengujian
Perancangan Gradasi analisa saringan sesuai standar SNI untuk agregat kasar dan agregat
halus. Adapun filler kapur Muna dan abu batu yang digunakan
adalah 100% lolos saringan No. 200. Persyaratan gradasi gabungan
campuran AC-WC dilihat pada Tabel 3.5.

Perkiraan kadar aspal optimum sesuai dengan spesifikasi


teknis didekati dengan formula empiris sebagai berikut:
Perkiraa
n Kadar
Aspal Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (%Filler)
Optimu + Konstanta
m
Rancangan dan Jumlah Benda Uji

Tabel 3.5. Rancangan benda uji dengan variasi filler batu kapur Muna
Prosedur
Percobaan
1. Pembuatan Benda Uji Marshall : Detail prosedur dapat
dilihat pada proposal hal. 24
2. Pengujian Benda Uji Marshall : Detail prosedur dapat
dilihat pada proposal hal. 24-25

Pengumpulan data dilakukan mulai dari pembuatan benda


Pengumpulan & Analisis uji sampai pengujian Marshall selesai dilakukan pada seluruh
Data benda uji. Analisis pengujian dilakukan dan didapatkan nilai-
nilai stabilitas, flow, Marshall Quotient (MQ), density, VMA,
VFWA dan VITM untuk tiap komposisi kadar filler dan kadar
aspal. Nilai stabilitas dan kelelehan plastis (flow) langsung
didapatkan dari hasil pembacaan alat Marshall.
Setelah data dikumpulkan dan dianalisis selanjutnya dibuat
dalam bentuk tabel dan grafik untuk menentukan nilai kadar
aspal optimum. Pada kondisi kadar aspal optimum tersebut
dapat ditentukan karakteristik marshal yang terdiri dari nilai
density, stabilitas, VMA, VFWA, VITM, flow dan MQ. Nilai-nilai
yang didapatkan dari masing-masin penggunaan filler
dibandingkan dengan spesifikasi campuran HRS-WC
SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai