Anda di halaman 1dari 14

Gizi pada Lanjut Usia

ALFI ABDINA
M. RIDHO
HIDAYATULLAH
M. AMIN ZAM ZAMI
Lanjut Usia

tahap akhir dalam kehidupan manusia


ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja
tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi
organ-organ tubuh
Lanjut Usia

Berdasarkan WHO (Setianto,2007), lansia dibagi


menjadi tiga golongan:
Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun.
Umur tua (old) : usia 76-90 tahun.
Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun
Status Gizi pada Lansia

Status gizi merupakan keseimbangan antara asuapan


zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi tersebut.
Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh
berbagai hal.
Perubahan Fisiologis

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka


kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan
fungsional atas organ tubuhnya makin besar.
fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu
persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun
Perubahan Fisiologis

Komposisi Tubuh
Akibat penuaan pada lansia massa otot berkurang sedangkan
massa lemak bertambah.
Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak 6,3%,
sedangakan sebanyak 2% massa lemak bertambah dari berat
badan perdekade setelah usia 30 tahun
Jumlah cairan tubuh berkurang dari sekitar 60% berat badan
pada orang muda menjadi 45% dari berat badan wanita usia
lanjut
Perubahan Fisiologis

Gigi dan Mulut


Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh,
berwarna lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal
Dengan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan
oklusi gigi atas dan bawah dan akan mengakibatkan daya
kunyah menurun
Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi
ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan
mempengaruhi kesehatan umum
Perubahan Fisiologis

Indera Pengecap dan Pencium


Penurunan indera pengecap dan pencium pada lansia
menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat
lagi menikmati aroma dan rasa makanan.
Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati
makanan dan mengalami pemurunan nafsu makan dan
asupan makanan.
Gangguan rasa pengecap juga merupakan manifestasi
penyakit sistemik pada lansia disebabkan kandidiasis mulut
dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng
Perubahan Fisiologis

Gastrointestinal
Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang.
Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi berkurang
sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan
osteomalasia pada lansia.
Pada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang
sensitif dengan adanya makanan.
motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga
menyebabkan konstipasi sering terjadi pada lansia
Perubahan Fisiologis

Hematologi
Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut
sebagai akibat dari proses menua pada sistem hematopoetik
pada batas umur tertentu, sumsum tulang mengalami involusi,
sehingga cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun
Anemia kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk kelainan
hematologi yang sering dialami pada lansia .
Menurunnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin) dan enzim-
enzim pencernaan proteolitik mengakibatkan pencernaan
protein tidak efisien
Perencanaan Menu untuk Lansia

Secara umum:
Makanan yang diberikan haruslah mengandung zat gizi.
Porsi makan diatur secara merata dalam satu hari.
Membatasi memberikan makanan yang manis-manis,
berminyak, serta yang banyak mengandung lemak, seperti
mentega, santan, dan lainnya.
Banyak minum dan mengurangi asupan garam. Air putih
bermanfaat dalam memperlancar pengeluaran sisa makanan
dan mengurangi makanan yang asin. Hal ini dapat
meringankan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
seperti hati, telur, daging rendah lemak, dan syuran hijau.
Perencanaan Menu untuk Lansia

untuk mengurangi risiko terkena konstipasi dan


hemoroid:
Perbanyak konsumsi makan berserat tinggi, seperti
sayuran, sereal, roti dan buah-buahan.
Mengonsumsi air putih minimal 8 gelas perhari untuk
melembutkan feses.
Tidak menggunakan laksatif secara rutin, guna
menghindari ketergantungan.

Anda mungkin juga menyukai