METODE LOWRY Metode Bradford Metode Bradford didasarkan pada pengikatan secara langsung zat warna Coomassine Brilliant Blue G250 (CBBG). Reagen CBBG bebas berwarna merah-kecoklatan (maks 465 nm), sedangkan dalam suasana asam reagen CBBG akan berada dalam bentuk anion yang akan mengikat protein membentuk warna biru (maks 595 nm). Reagen Coomassie Blue G250; sebanyak 100 mg Coomassie Blue G250 dilarutkan dalam 50 mL etanol 95%. Larutan ini kemudian dicampur dengan 100 mL asam fosfat 85%, diencerkan hingga 1 L dengan akuades. Reagen kemudian disaring dengan kertas Whatman No. 1 sebelum disimpan pada suhu kamar. Reagen ini stabil untuk beberapa minggu, meskipun akan terjadi sedikit pengendapan. Prosedur Ambil 100 L larutan (sampel/standard), masukkan ke tabung. Tambahkan 5 mL reagen, homogenkan. Hindari terjadinya gelembung (busa). Ukur absorbansi pada 595 nm terhadap blanko (larutan PBS). Metode FeCl3 Kompleks asam tannat yang terjadi dapat bereaksi dengan ion Ferri membentuk kompleks stabil berwarna merah. Sebelumnya, kelebihan asam tannat harus dihilangkan dengan pencucian menggunakan larutan NaCl fisiologis. Metode ini mempunyai kelebihan: cepat, mudah dikerjakan, dan akurat. Metode ini bisa memiliki batas deteksinya hingga 5 ug/mL, dan recovery 98-103%. Interferensi yang bisa terjadi pada metode ini adalah bila terdapat senyawa yang bisa membentuk kompleks dengan ion Ferri. Reagen
Larutan NaCl 1.5 M
Asam Tannat 1 mM; dibuat dengan melarutkan 1.7 g asam tannat dalam akuades (yang mengandung 1 g asam benzoat) hingga 1 L. Larutan FeCl3 10 mM; dibuat dengan melarutkan 1.625 g dalam pelarut air- trietanolamin (1:1) hingga 1 L. Metode Lowry Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya. Prosedur Ambil 0.5 mL larutan (sampel protein/standard), masukkan ke dalam tabung sentrifuse. Tambahkan 0.5 mL larutan NaCl 1.5 M dan 0.5 mL asam tannat 1 mM, vortex. Setelah 5 menit, lakukan sentrifugasi selama 10 menit pada 3000 rpm. Dekantir supernatan, tuntaskan dengan membalikkan tabung pada kertas saring. Tambahkan 5 mL larutan NaCl pada endapan, vortex, sentrifugasi, dan buang supernatan untuk memcuci endapan. Tambahkan 2 mL air dan 0.5 mL reagen FeCl3 pada endapan, vortex. Setelah 5 menit, ukur absorbansinya pada 510 nm terhadap blanko (2 mL air + 0.5 mL FeCl3). Reagen Reagen pembentuk kompleks: Siapkan segera sebelum digunakan campuran dari ketiga larutan-larutan berikut dengan perbandingan 100:1:1 Larutan A: 2%b/v Na2CO3 dalam aquades Larutan B: 1%b/v CuSO4.5H2O dalam akuades Larutan C: 2%b/v Kalium Natrium tartrat dalam akuades NaOH 2N Reagen Folin-Ciocalteu 1N Ke dalam labu alas bulat 1500 mL masukkan 100 g sodium tungstate, 25 g sodium molibdate, 700 mL akuades, 50 mL asam phosphate, dan 100 mL HCl. Campuran direfluks selama 10 jam, tambahkan 150 mL lithium sulfat, 50 mL akuades dan beberapa tetes bromine (Br2). Didihkan campuran (tanpa pendingin) sekitar 15 menit (hingga kelebihan bromine habis). Dinginkan, encerkan dengan akuades hingga 1 L, saring (filtrat berwarna kehijauan). Sebelum digunakan, encerkan 1 bagian filtrat dengan 5 bagian akuades. Prosedur Ambil 1 mL sampel atau standard, tambahkan 1 mL NaOH 2N. Hidrolisis pada 100oC selama 10 menit pada penangas air. Dinginkan pada suhu ruangan, tambahkan 5 mL reagen pembentuk kompleks. Biarkan larutan selama 10 menit pada suhu kamar. Tambahkan 0.5 mL reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex, biarkan selam 30-60 menit (jangan sampai lebih dari 60 menit) Baca absorbansi pada 660 nm jika konsentrasi protein di bawah 500 g/mL atau 550 nm jika konsentrasi protein antara 100 - 2000 g/mL. Contoh
Analisis Asam amino dalam Tepung
Ikan & Bungkil Kedelai Bahan Kimia yang dibutuhkan Larutan HCl 6 N dan 0,1 N Larutan penyangga trisodium sitrat 2H2O dengan 3 variasi pH yaitu pH 3,25, pH 3,95, dan pH 6,4 Larutan litium asetat terdiri atas 168 g Li(OH)3, 600 ml asam asetat glasial, dan 400 ml air bebas ion Larutan Ninhidrin Larutan standar asam amino Contoh tepung dan bungkil kedelai yang sudah dikeringkan dalam freeze drier Tahapan Metode Hidrolisis protein Pengeringan hasil analisis Penetapan asam amino Sebanyak 100 l diinjeksikan pada alat Asam amino Analyzer Beckman tipe CL 119 yang menggunakan resin penukar ion. Perhitungan Diagram perubahan asam Amino pada standar Diagram hasil pemisahan asam Amino pada contoh tepung ikan Analisis MSG