Dian Natalia
405110103
LO 1
Menjelaskan definisi, struktur,
klasifikasi virus
DEFINISI
Salah satu diantara golongan agen infeksi yang
sangat kecil, dengan beberapa pengecualian (contoh
: pox virus) tidak dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya,dan ditandai dengan tidak ada metabolisme
yang independen dan hanya mampu bereplikasi
dalam sel pejamu yang hidup. (Dorland ed. 29)
Virus
peralihan antara benda mati dan benda
hidup.
Benda matidapat dikristalkan dan tidak
mempunyai protoplasma atau aseluler
Benda hidupkarena mempunyai DNA/RNA dan
dapat bereproduksi
Hanya memiliki DNA atau RNA saja.
Ukuran < bakteri,sekitar 200-300 mm.
Bentuk virus ada yg poligonal, bulat, T, dsb.
Struktur Virus
Kapsid Lapisan protein yang meliputi bahan
genetik
Nukleokapsid kapsid bersama inti
Genom inti, bahan genetik terdiri dari RNA atau
DNA
Kapsomer unit yang membentuk kapsid
Protein spike ada duri-duri mengandung protein
(glikoprotein)
Envelop selubung yang meliputi kapsid
(pembungkus)
Penyusun kapsid yg tdr dr
molekul protein
asam nukleat (RNA/DNA), sering
bergabung dengan protein,
Sehingga disebut nukleoprotein
Bahan genetik + kapsid
protein
Melindungi bahan genetik virus
terhadap bahan nuklease asal host
Adenoviridae
Papovaviridae Parvoviridae
Macam macam bentuk virus DNA
2. RNA VIRUS
Virus RNA
Bunyaviridae
Macam macam bentuk virus RNA
Klasifikasi berdasarkan asam nukleatnya:
PERAKITAN PEMBEBASAN
VIRION PARTIKEL
ATTACHMENT
Berlandaskan:
Mekanisme elektrostatik
Dipermuda oleh ion logam (ex: Mg)
Stetelah adanya tumbukan antar sel dan virion pada reseptor spesifik
PENETRASI
virion atau asam nukleat virus masuk ke sitoplasma sel dgn berbagai cara
TRANSLASI
RNA ditranslasikan menjadi protein pada poliribosom
sitoplasma
Protein yang merupakan produk proses ini:
Polipeptida struktural virion
Enzim virion
Enzim yang tdk bersifat struktural dan berhubungan dgn transkripsi
atau sintesis DNA
Protein yang mengatur supresi transkripsi atau tyranslasi sel
Protein yang mengatur supresi ekspresi gen awal virus
REPLIKASI
PERAKITAN VIRION
Penyebaran virus
Pelepasan virus
Masuknya virus dapat melalui membran
mukosa dan atau secara parenteral
Infeksi virus dapat bersifat:
Lokal : virus mereplikasi diri hanya pada portal of
entry saja
Umum : virus menginfeksi organ tubuh melalui
aliran darah, limfe, dan saraf.
Replikasi virus menyebabkan degenerasi sel.
Ekskresi virus
Traktus respiratorius
Saliva
Kulit
Traktus digestivus: tinja
Urine
Sperma
ASI: CMV, Retrovirus (HTLV-1, HIV)
Virus excretion
Pengeluaran virus baru dari sel host
tergantung dari lokasi replikasi virus.
Perlu diingat! simptom pada infeksi virus
merupakan akibat dari destruksi sel dan
pengeluaran anak2 virus yg br dibentuk.
Seseorang sudah dapat menularkan virus,
sebelum mereka benar2 sakit.
Reproduksi virus dalam sel
1. Penempelan virus infektif pada reseptor yang ada
dipermukaan sel
2. Virus masuk ke dalam sel pejamu
3. Dengan bantuan organel-organel sel, genom virus
membentuk komponen-komponen nya
4. Perakitan komponen-komponen struktural
5. Virus dilepaskan dari dalam sel
Masa Inkubasi
PENDEK (1-5 hari)
Penyakit lokal (infeksi respiratorius)
Kecuali: WART/ KUTIL/ INFLUENZA
LAMA/PANJANG (10-20hari)
Virus harus diseminasi dan mencapai target organ
(VARICELLA, RUBELA, MORBILI)
Kecuali: ARBOVIRUS
Sifat Penyakit Viral
Penyakit Masa inkubasi Penularan Masa Insiden
(hari) penularan Subklinik
Influenza 1-2 Pernafasan Sebentar Sedang
Common cold 1-3 Pernafasan Sebentar Sedang
DBD 5-8 Inokulasi Sebentar Sedang
Poliomielitis 5-2 Per oral Lama Tinggi
Morbili 9-12 Pernafasan Sedang Rendah
Variola 12-14 Pernafasan Sedang Rendah
Varicella 13-17 Pernafasan Sedang Sedang
Parotitis 16-20 Pernafasan Sedang Sedang
Rubella 17-20 Pernafasan Sedang Sedang
Mononukleosis 30-50 Per oral Lama Tinggi
Hepatitis A 15-40 Per oral Lama Tingi
Hepatitis B 50-150 Inokulasi Sangat lama Tinggi
Veruca vulgaris 50-150 Inokulasi Lama Rendah
Rabies 30-100 Inokulasi Tidak Tidak
Patogenesis dan Imunopatogenesis
HOST AGENT
ENVIRO
NMENT
Vektor
Cara Penularan
Faktor HOST
Umur
Jenis kelamin
Jumlah anggota keluarga
Status perkawinan
Jenis pekerjaan
Ras
Kebiasaaan hidup
Daya tahan tubuh
Faktor AGENT
Pathogenicity
kemampuan menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh
Virulensi
- derajat kerusakan yang ditimbulkan kuman
- ukuran keganasan kuman
Antigenicity
kemampuan merangsang mekanisme pertahanan tubuh
penjamu
Infectivity
kemampuan mengadakan invasi, adaptasi, & berkembang biak
dalam tubuh penjamu
Faktor ENVIRONMENT
Lingkungan Fisik
Lingkungan Biologi
Lingkungan Sosial-Ekonomi
Faktor yang memberi kontribusi pada
terjadinya penyakit virus
Perubahan lingkungan ( penebangan hutan,
pembendungan, perubahan lain apada ekosistem air,
banjir atau kemarau, dan kelaparan)
Perilaku manusia (perilaku seksual, penyalahgunaan
obat, rekreasi di alam)
Fenomena sosio-ekonomi dan demografi (perang,
kemiskinan, pertumbuhan dan migrasi populasi,
rusaknya kota)
Lalu lintas dan perdagangan ( jalan layang, lalu lintas
udara international)
Faktor yang memberi kontribusi pada
terjadinya penyakit virus
Produksi makanan (globalisasi suplai kiriman, perubahan
metode pemrosesan dan pengemasan mkanan)
Perawatan kesehatan (alat kedokteran baru, transfusi
darah, transplantasi organ dan jaringan, obat-obatan
yang menyebabkan imunosupresi, penggunaan antibiotik
yang luas)
Adaptasi mikroba ( perubahan virulensi, perkembangan
resistensi obat, kofaktor pada penyakit kronik)
Tindakan kesehatan masyarakat
Mekanisme respon imun humoral dan seluler
Y
Y
Sel B Netralisasi
Keadaan antiviral
Y
h
h
NK sel Sel terinfeksi Pemusnahan Sel terinfeksi Pemusnahan
CD8+
Sel terinfeksi Sel terinfeksi
CTL
Eradikasi infeksi
Imunitas nonspesifik humoral dan
selular
Prinsip mekanisme imunitas nonspesifik terhadap
virus adalah mencegah infeks
Efektor yang berperan adalah IFN tipe 1 dan sel NK
Infeksi virus sekresi INF tipe 1 mencegah
replikasi virus didalam sel terinfeksi dan sel
sekitarnya yang menginduksi lingkungan anti - viral
Sel NK efektor imunitas penting terhadap infeksi
dini virus, sebelum repon spesifik bekerja. Sel NK
mengenal sel terinfeksi yang tidak
mengekspresikan MCH 1
Imunitas spesifik
a) Imunitas spesifik humoral
Respon imun tergantung dai lokasi virus dalam
pejamu
Efektor dalam imunitas spesifik humoral adalah
antibodi dan hanya efektif terhadap virus dalam
fase ekstraseluler sebelum virus masuk
kedalam sel atau bila dilepas oleh sel yang
terinfeksi yang dihancurkan
Antibodi menetralkan virus, mencegah virus
menempel pada sel dan masuk ke sel pejamu
a) Imunitas spesifik Humoral
Antobodi dapat berperan sebagai opsonisasi ang
meningkatkan eliminasi partikel virus oleh
fagosit
IgA yang disekresi di mukosan berperan
terhadap virus yang masuk kedalam tubuh
melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna
b) Imunitas spesifik Seluler
Virus yang berhasil masuk ke dalam sel, tidak lagi
rentan terhadap efek antibodi
Respon imun terhadap virus intraseluler terutama
tergantung pada sel CD8+ / CTL yang membunuh
sel yang terinfeksi
Kebanyakan CTL mengenal antigen virus yang
sudah dicerna dalam sitosol, biasanya disintesis
endogen yang berhubungan dengan MCH 1
dalam setiap sel yang bernukleus
Strategi pertahanan virus
1. Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak
menyebabkan kerusakan sel disebut virus non sitopatik
(non cytopathic virus). Bila terjadi kerusakan sel, maka hal
ini akibat reaksi antigen antibodi. Virus ini dapat menjadi
persisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh
adalah virus hepatitis B
2. Virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel
kemudian menghilang dari tubuh, dan virus seperti ini
disebut virus sitopatik (cytopathic virus), sebagai contoh
infeksi virus HIV, infeksi hepatitis virus lain, dan
sebagainya.
3. Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons
inflamasi
4. Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusak
LO 4
Prosedur diagnostik
Membedakan cara diagnosis infeksi
bakteri dan virus
Bakteri Virus
Demam stabil dan tidak meningkat secara Demam bervariasi sesuai jenis virusnya dan
tiba2 dan kenaikan suhu tidak ekstrim ada rasa pegal linu
(subfebris) Suhu naik mendadak dan ekstrim
Diberi antipiretik panas tidak turun secara Diberi antipiretik panas turun beberapa saat
signifikan lalu naik kembali
VZV HSV
Hemmaglunation Assay (HA)
Virus / Bakteri Mempunyai kemampuan
mengikat SDM Menimbulkan
penggumpalan
Varicella
Immunocompetent host Acyclovir Oral
Herpes zoster
Immunocompetent host Valacyclovir Oral
Famciclovir Oral
Immunocompromised host Acyclovir Oral
Acyclovir IV
Famciclovir Oral
Influenza A and B
Prophylaxis Oseltamivir Oral
Zanamivir Inhaled orally
Amantadine or Rimantadine Oral
Treatment Osetalmivir Oral
Zanamivir Inhaled orally
Amantadine Oral
Rimantadine Oral
ANALOG NUKLEOTIDA
INHIBITOR PROTEASE
INHIBITOR FUSI
Analog Nukleosida
Kerjameghambat replikasi asam nukleat
inhibisi polimerase replikasi asam nukleat.
Beberapa analog dpt digabungkan ke dlm
asam nukleat dan menghambat sintesis
selanjutnya atau mengubah fungsinya.
Analog dpt menghambat enzim selular serta
enzim-enzim yg disandi virus.
Analog yg paling efektifmampu secara
spesifik melakukan inhibisi enzim yg disandi
virus,melalui inhibisi minimal terhadap enzim
sel pejamu analog.
Contoh analog nukleosida:
Asiklovir (acycloguanosine)
Lamivudin (3 TC)
Ribavirin
Vidarabin (Adenin Arabinose)
Zidovudin ( Azidothymidine AZT)
Analog Nukleotida
Analog nukleotida = analog nukleosida
memiliki gugus fosfat yg menempel.
Kemampuan utk tetap berada dalam sel waktu
lama meningkatkan potensinya.
Contoh Cidofovir (HPMPC)
Inhibitor Reverse Transcriptase Non
Nukleosida
Nevirapinanggota pertama gol.inhibitor
reverse transcriptase non nukleosida.
Tidak memerlukan fosforilasi utk aktivitas dan
tidak bersaing dgn nukleosida trifosfat.
Bekerja dgn mengikat secara langsung ke
reverse transcriptase dan mengganggu tempat
katalisasi enzim.
Inhibitor Protease
Saquinavirinhibitor protease pertama yg
disepakati utk pengobatan infeksi HIV.
Obat tsbagen peptidomimetik yg dirancang
dgn menggunakan model komputer sbg
molekul yg pas utk tempat aktif enzim
protease HIV.
Kerjamenghambat protease virus yg
diperlukan pada stadium lanjut siklus replikasi.
Inhibitor Fusi
Fuzeonpeptida besar yg menghambat virus
dan langkah fusi membran selular yg terlibat
pada masuknya HIV-I ke dlm sel.
Non Farmako
Isolasi untuk mencegah penularan
Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
Upayakan agar vesikel tidak pecah
Jangan menggaruk vesikel
Kuku jangan dibiarkan panjang
Bila hendak mengeringkan badan, cukup
tepal-tepalkan handuk pada kulit.Jangan
digosok
LO 6
Upaya pencegahan
Pencegahan
Primer : semua upaya untuk menghindarkan
terjadinya sakit atau kejadian yang
mengakibatkan seseorang sakit atau
menderita cedera atau cacat.
Vaksin untuk melemahkan varicella
direkomendasikan untuk semua anak-anak >1
tahun ( sampai 12 tahun) yang tidak terinfeksi
chickenpox dan untuk orang tua dikenal sebagai
seronegatif untuk VZV.
Pencegahan
Sekunder : apabila dengan deteksi dini,
diketahui adanya penyimpangan kesehatan
seorang bayi atau anak sehingga intervensi
atau pengobatan perlu segera diberikan untuk
koreksi secepatnya.
Varicella-zoster immunoglobulin (VZIG) diberikan
kepada individu yang rentan terhadap resiko tinggi
komplikasi varicella. Produk ini harus diberikan
dalam waktu 96 jam.
Pencegahan
Tersier : membatasi berlanjutnya suatu penyakit
atau kecacatan dengan upaya pemulihan seorang
yang telah menderita agar ia dapat hidup tanpa
bantuan orang lain atau hidup mandiri
terapi antiviral bisa diberikan sebagai profilaksis pada
individu yang beresiko tinggi yang tidak bisa di vaksin
atau lebih dari 96 jam setelah kontak langsung. Dapat
menggunakan asiklovir, valasiklovir atau famsiklovir.
Terapi dilakukan 7 hari setelah pembukaan yang
hebat. Pada saat ini, host berada pada periode
inkubasi.
Penatalaksanaan
PREVENTIF TERAPI