Anda di halaman 1dari 25

KEJANG DEMAM

ARDITO FIRRIZQI
30101306881
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Kanza Yulia Azahra
Usia : 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuaan
Alamat : Kudunrejo
Tanggal Masuk : Jumat 19-05-2017
Tanggal Pulang : kamis 25-05-2017

IDENTITAS ORANGTUA
Nama Ayah : Tn. A. S
Usia : 39 th
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Ny Intan
Usia : 34 th
Pekerjaan : ibu rumah tangga
ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis dengan pasien dan ibu pasien pada tanggal 20
Mei 2017 di bangsal Boegenvile RSUD Purwodadi:
Keluhan Utama
Kejang 1x jumat pagi

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD bersama orang tuanya dengan keluhan kejang 1 kali
sejak pagi. Saat itu pasien sedang tidur, tiba-tiba kejang selama kurang
lebih 5 menit , kejang terjadi pada seluruh badan pasien, dengan tangan
tegak lurus ke bawah, mata mendelik keatas dan mulut terkunci lalu kejang
berhenti sendiri. Pada saat kejang pasien dalam keadaan sadar. Demam (+),
mual (-), muntah (-), BAB/BAK (+), riwayat trauma kepala (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat kejang sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat kejang.

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah seorang petani. Ibu tidak bekerja. Biaya pengobatan ditanggung
sendiri (umum).
Kesan : Ekonomi rendah
Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Riwayat pemeriksaan : Ibu mengatakan sangat jarang melakukan
pemeriksaan di bidan maupun dokter
Riwayat penyakit selama kehamilan : Ibu mengaku tidak pernah
menderita penyakit selama kehamilan
Riwayat perdarahan selama kehamilan: Disangkal
Riwayat trauma selama kehamilan
Disangkal
Riwayat konsumsi obat : Minum obat tanpa resep dokter dan jamu
disangkal.
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal kurang baik.

Riwayat Persalinan
Anak Laki Laki lahir dari ibu G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu,
lahir secara normal di bidan, langsung menangis, berat badan lahir
2800 gram, panjang badan saat lahir (ibu lupa), lingkar kepala dan
lingkar dada saat lahir ibu lupa.
Kesan: neonatus aterm, lahir normal pervaginam.
Kesan : Z score diantara-2 dan 2, status gizi normal
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
BB lahir : 2800 gram
PB lahir : Orang tua pasien lupa
BB sekarang : 9 kg
TB sekarang : 63 cm
Usia : 10 bulan
BMI : 22,67 kg/m2
Perkembangan : ibu mengatakan anak telah bias merangkak, menyebut suku kata ma-ma, mengenal
orang yang sudah di kenal

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia

Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, imunisasi dasar sudah lengkap. Imunisasi namun masih kurang imunisasi
campak dikarenakan anak sedang sakit.
Kesan: Riwayat imunisasi sesuai umur, tanpa disertai bukti KMS.

Riwayat Makan dan Minum Anak


ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan, ASI ekslusif sampai 6 bulan. Sejak usia 6 bulan
diberikan makanan tambahan berupa bubur, sayur, susu.
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 19 Maret 2017, di bangsal Anggrek RSUD dr.
Soedjati Purwodadi:
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 104 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
Pernapasan : 36 x/menit, reguler, adekuat
Suhu : 37,2 0C

Status Generalis
Kepala : bentuk dan ukuran normal, UUB datar, rambut hitam tidak mudah
dicabut.
Mata : conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), reflek pupil (+/+), pupil isokor
Telinga : normotia, low set ear (-), discharge (-)
Hidung : secret (-) , napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-) lidah tremor,
pernapasan mulut (-)
Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5 linea midclavikula 2 cm ke medial, pulsus
parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi :
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula 2 cm ke medial
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Kesan: Normal
Paru
Inspeksi : Pengembangan hemithoraks simetris
Palpasi : Sterm fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Rhonki (-),Wheezing(-)
Abdomen
Inspeksi : Datar.
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : Tymphani di seluruh kuadran
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba besar
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Gerakan Bebas Bebas


Kekuatan 5 5
Refleks fisiologis
(+) N / (+) N (+) N / (+) N

Refleks patologis
(-) / (-) (-) / (-)

Tonus
Normotonus/ Normotonus Normotonus/ Normotonus

Klonus (-) / (-)

Kesan : Normal
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal (anak)

Hemoglobin 10.4 12-16 gr/dl


gr/dl

Leukosit 6.320 4000-10.000/mm3


Eosinofil - 1-5
Basofil - 0-1
Batang - 3-5
Segmen - 37-50
Limfosit - 25-40
Monosit - 1-6
Trombosit 458.000 150 450 x 103/ul

Eritrosit 4.750.000 4,5- 5,5 juta


HT 34.4 %
GDS - 74-110 mg/dl
K+ 4,03 3,6 5,5 mm/L

Na+ 144,9 135 155 mm/L

Cl- 95,2 95 108 mm/L

Ca+ - 2,2-2,9

Kesan : hemoglobin menurun


DAFTAR MASALAH
Anamnesis
Kejang 1 kali dirumah berlangsung kurang lebih 5 menit
Kejang seluruh tubuh terutama kedua tangan dan kaki
Kejang diawali demam tinggi
Px. Penunjang
Laboratorium : haemoglobin menurun
DIAGNOSIS BANDING
Kejang Demam Simpleks
Kejang Demam Komplek
Kejang psikogenik

DIAGNOSIS SEMENTARA
Kejang Demam Simpleks
INITIAL PLANNING
Initial Plan Diagnosis:
EEG

Initial Plan Terapi:


Non medikamentosa
Mencegah resiko jatuh
Medikamentosa
Infus RL 10 tpm
As. Valproat po
Dosis 10 mg/KgBB/hr dibagi 2-4 dosis, max 40mg/KgBB/hr (2 kali 3 cc)
Sanmol sirup 3x I cth
Pamol infus 90 mg
Sibitol 50 mg
Ondan 3 ampul
Viccilin Sx 3x300 mg (alergi)
Cefixim 2x40 mg
Valisanbe

Initial Plan Monitoring


Monitoring gejala klinis (kejang , muntah)
Monitoring keadaan umum , TD, HR, RR, suhu pasien, renjatan kejang (frekuensi, lama, jenis
kejang).
Monitoring adanya gangguan neurologis
Monitoring hasil laboratorium
Monitoring respon terapi
Initial Plan Edukasi
Memberitahukan pada keluarga pasien tentang penyakit kejang demam
Meyakinkan bahwa banyak jenis kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Memberitahukan cara penanganan bila terjadi kejang kembali yaitu :
Tetap tenang dan tidak panik.
Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
Jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut meski lidah tergigit
Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
Tetap bersama pasien selama kejang.
Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang menjadi lebih sering dan lebih lama dari biasanya
Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien kepada orang tua serta bagaimana
pengobatannya
Keluarga diminta untuk lebih memperhatikan pasien, untuk mengetahui tanda-tanda awal kejang,
pencetus, dan mengetahui bentuk dan durasi kejang
Mengedukasi orang tua pasien mengenai tindakan yang benar dan aman jika pasien kejang
Sigap untuk membawa pasien ke rumah sakit jika kejang tidak berhenti dengan pemberian diazepam,
kejang yang berulang dalam sehari atau kejang yang tidak berhenti selama 15 menit.
Menjelaskan kepada orang tua untuk tidak memberikan makanan yang merangsang seperti
berpengawet, berpemanis
Kompres hangat apabila anak panas.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh seperti suhu rektal >38 oC yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Menurut Consensus Statement on Febrile
Seizures kejang demam adalah suatu kejadian
pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur
3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan
demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu.
EPIDEMIOLOGI
Insiden kejang demam di Amerika berkisar
antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun.
Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan
lebih tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang
demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang
angka kejadian kejang demam adalah 9-10%.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun. Bila anak berumur kurang
dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului dengan demam pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf
pusat atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama
demam.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Pewarisan sifat secara autosomal dominan
diperkirakan sebesar 60-80%.
Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman
dan virus) respon alergik atau keadaan imun yang
abnormal oleh infeksi
Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang
ringan atau yang tidak diketahui
Ensefalopati toksik sepintas
Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan
setelah imunisasi pertusis (DPT) dan morbili
(campak).
Gabungan semua faktor diatas
KLASIFIKASI
Kejang demam sederhana. Kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh
kejang demam.
Kejang demam kompleks. Kejang yang berlangsung
selama >15 menit. Kejang fokal atau parsial satu sisi,
atau kejang umum didahului kejang parsial.Berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
PATOFISIOLOGI
Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik,
dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron
sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari
ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan
letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik
berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Suatu sifat khas
serangan kejang ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah
pengaruh neuron-neuron sekitar fokus lesi. Selain itu juga
sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin
agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan
memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan
suatu serangan kejang terhenti ialah kelelahan neuron-neuron
akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak
GEJALA
kejang pada suhu badan yang tinggi >38 oC
tidak didapatkan gejala neurologis lain
Anak segera sadar setelah kejang berlalu.
refleks patologis dan tes rangsang meningeal
negatif
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat,
rinci dan menyeluruh. Anamnesis menanyakan
tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan
metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan
obat-obatan tertentu.
2.Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan
yang berhubungan dengan kejang, seperti trauma
kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus
Pemeriksaan penunjang
a. Elektro ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien kejang dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
rnenegakkan diagnosis kejang. Hasil EEG dikatakan bermakna jika
didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan
umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik
atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk
melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan
dengan CT Scan maka MRl lebih sensitif dan secara anatomik akan
tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan
hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu terapi pembedahan.
Penatalaksaan
Penatalaksaan yang direncanakan jika terjadi serangan kejang adalah
pemberian diazepam suppositoria 10 mg. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB,
diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 35 menit
dengan dosis maksimal 20 mg. Untuk memudahkan orang tua di rumah dapat diberikan
diazepam rektal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat badan <10 kg, 10 mg. Obat
yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah fenobarbital, sodiumvalproat/asam
valproat, dan fenitoin. Fenobarbital dengan dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.
Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang yaitu perubahan sifat
anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif
atau fungsi luhur. Sodium valproat/asam valproate dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal
dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan
hepar, pankreatitis. Fenitoin diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan
gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau
kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini
dilanjutkan sekurang kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan
pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis
selama 3 atau 6 bulan. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
EDUKASI
Tetap tenang dan tidak panik
Kendurkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung
Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu kedalam mulut
Ukursuhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
Tetap bersama pasien selama kejang
Berikan diazepam rektal, tetapi jangan diberikan bila kejang
telah berhenti
Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai