Undang- PERPU
SISTEM ENERGI
undang ENERGI KEN Adhi Prayogatama
ENERGI
Deli kusuma wardani
Latar Belakang
Sistem energi saat ini menghadapi tantangan sangat serius. Tantangan tersebut dapat
dibagi paling tidak dalam tiga kelompok besar, yaitu tingkat elektrifikasi yang masih rendah,
ketergantungan pada sumber energi fosil, dan ketergantungan pada pemanfaatan energi
biomassa secara tradisional.
Dalam World Energy Outlook 2002 (Anonim, 2002) dipaparkan bahwa sekitar 1,6
milyar penduduk dunia (sekitar seperempat penduduk dunia) masih belum bisa menikmati
listrik, sementara di Indonesia, rasio elektrifikasi baru mencapai 53,4%. Rasio elektrifikasi
rendah terutama terjadi di daerah pedesaan.
Sistem energi saat ini juga masih terlalu bertumpu pada sumber energi fosil. Sekitar
79,6% pasok energi dunia berasal dari minyak bumi, gas bumi, dan batubara (Anonim 2003).
Pasok energi Indonesia 49%-nya dipenuhi dari minyak bumi, sementara porsi gas bumi dan
batubara masing-masing adalah 23% dan 18%.
Sistem Energi
UUD 1945
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
PERATURAN DAERAH
UUD 1945
Filosofi dan Tujuan yang Kuat Kemandirian Energi, Kemakmuran Rakyat, Ketahanan Nasional
Wilayah Pemecahan Masalah Skala Nasional dengan Menjangkau Seluruh Pelosok Negeri
Pasal 4
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan Blueprint Pengelolaan
Energi Nasional setelah dibahas dalam Badan Koordinasi Energi Nasional.
Blueprint Pengelolaan Energi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat sekurang-kurangnya:
a. kebijakan mengenai jaminan keamanan pasokan energi dalam negeri.
b. kebijakan mengenai kewajiban pelayanan publik (public service obligation).
c. pengelolaan sumber daya energi dan pemanfaatannya.
Blueprint sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi penyusunan
pola pengembangan dan pemanfaatan masing-masing jenis energi.
Peraturan Daerah
Kebijakan Energi Nasional
Pasal 2
Kebijakan Energi Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam
mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri.
Sasaran Kebijakan Energi Nasional adalah :
a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025.
b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan
masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional :
1) minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
2) gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
3) batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).
4) bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
5) panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
6) energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir,
tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima
persen).
7) batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% (dua
persen).