Aminah Zahra 1 4 1 8 0 11 0 1 2
Desty Marini 1 4 1 8 0 11 0 5 3
Emeraldha Theodorus 1 4 1 8 0 11 0 7 0
Lantani nafisah H 1 4 1 8 0 1111 6
M.Ahdi Shidik 1 4 1 8 0 111 2 8
M.Iz Zuddin Adha 1 4 1 8 0 111 2 0
Natasha Naomi Harli 1 4 1 8 0 111 4 5
P u t u Ay u L a k s m i Am r i t a K i r a n a 1 4 1 8 0 111 6 7
Rian Parsaoran AS 1 4 1 8 0 111 8 4
Selvi Hardiani 1 4 1 8 0 11 2 0 0
Kejang Bersaudara
Bayi Fatan berusia 3 bulan diantar oleh ibunya ke IGD RSP
Unila dengan kejang dan panas tinggi. Kejang dialami sekitar 30
menit. Ada riwayat batuk pilek 1 minggu sebelumnya. Demam
tinggi dialami sejak 1 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Kaku kuduk (-). Pemeriksaan laboratorium dan
pungsi lumbal dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan febris dengan suhu 39C. Riwayat kejang umumnya 1
kali saat berumur 2 bulan. Kejang selalu didahului demam tinggi.
Saat dokter menanyakan riwayat kejang dan penyakit
keluarga, Ibu Fatan menceritakan tentang kakanya Fatan yang
berusia 11 tahun tampak sering melamun saat dikelas, terkadang
tampak membuka mulutnya selama 10-20 detik, kemudian saat
sadar kembali tidak ingat apa yang dilakukan sebelumnya. Nilai
pelajarannya pun turun. Saat berobat ke dokter hanya diberi
resep obat anti kejang.
STEP 1
Kejang Demam : kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh 38 derajat
Celsius atau lebih yang disebabkan proses di luar otak
Kaku Kuduk : suatu keluhan Nyeri Kepala yang menjalar ke tengkuk dan
punggung.
STEP 2
1. Patofisiologi demam & kejang
2. Etiologi kejang demam bayi Fatam
3. Hubungan kejang saat umur 2 bulan + 3 bulan
4. Hubungan penyakit Fatan dengan kakaknya
5. Diagnosis penyakit kakak Fatan
6. PP bayi Fatan
7. Tatalaksana bayi Fatan
8. Pertolongan pertama pada kejang demam
STEP 3 1. PATOFISIOLOGI DEMAM
Memicu mekanise
peningkatan panas Hipotalamus anggap PG meningkatkan
(menggigil, suhu tubuh lebih patokan termostat di
vasokonstriksi kulit) rendah hipotalamus
Meningkatkan
Suhu tubuh naik ke
produksi panas dan
patokan baru
penurunan
(demam)
pengeluaran panas
1. PATOFISIOLOGI KEJANG
2. Etiologi kejang demam bayi fatan
Etiologi dari kejang demam diantaranya adalah
a) Prenatal
Primipara dan multipara
Usia hamil muda
Hipertensikehamilan
b) Natal
Asfiksia
Prematur
Postmatur
c) Perinatal
Trauma
Asi toksik
Pada Skenario etiologi yang paling memungkinkan atas terjadinya kejang
pada bayi tatan adalah ISPA
3. Hubungan kejang saat umur 2
bulan & 3 bulan
Pencitraan
Pemeriksaan berupa MRI, CT-Scan, X Ray
kepala
Diindikasikan bila terdapat kelainan neurologik
fokal, paresis nervus VI, dan papilodema
7. Tatalaksana
KEJANG
Diazepam rektal
< 10 kg = 5 mg
> 10 kg = 10 mg
Diazepam IV 0,3-0,5/kgBB
Fenobarbital
Diulang interval
< 1 bln = 30 mg IM
3-5 menit
1-12 bln = 50 mg
> 1 thn = 75 mg
Kejang Menetap
4 jam kemudian
Phenobarbital 8-10 mg/kgBB Bolus phenobarbital
2 dosis (2 hari) 10-20 mg/kgBB
1. DD kejang demam
2. Epilepsi
3. Pemeriksaan Kaku kuduk dan pungsi lumbal
4. PP kejang demam
5. Peresepan obat
STEP 6
Belajar Mandiri
Chris Tanto, Frans Liwang, Sonia Hanifati, 2014. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 4. Jakarta:Media Aesculapius
Haslam Robert H. A. 2000. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Vol. 3, Edisi 15. Jakarta:EGC
Harsono.2007.Epilepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. 2006. Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta:Unit Kerja Koordinasi
Neurologi IDAI
STE 7 1.DD kejang demam
Ensevalitis Virus
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Gejala Klinis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan LCS
Peningkatan konsentrasi protein
Glukosa normal
CSF pleiositosis (> 5 sel/uL)
CSF PCR diagnostik utama (CMV, EBV, VZV, HHV-6, dan entereovirus)
Pemeriksaan antibodi HSV-CSF)
Pemeriksaan neuroimaging
CT-Scan kepala plus kontras
MRI kepala plus kontras (lebih sensitif)
Pemeriksaan EEG
Perbandingan karakter css pada jenis meningitis yang berbeda
FAKTOR RISIKO
Status immunocompromised
Trauma tembus cranial
Fraktus basiss cranii
Infeksitelinga
Infeksi sinus nasalis
Infeksi paru
Penyakit kronis
Diagnosis
Anamnesis
Trias maningitis yaitu sakit kepala, demam, meningeal sign.
Gejala terdapat, fotofobia, mual, muntah, penurunan
kesadaran, kejang, bingung, hemiparese, dan defisit
neurologis.
Pemeriksaan Fisik
Rangsangan meningeal sign (+)
Perubahan kesadaran
Kejang
Peningkatan intrakranial
Disfungsi saraf kranisl
Hemiparises, demensia, paralisis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan LCS (Pemeriksaan baku)
Pemeriksaan radiologis : CT-scan, MRI
Tatalaksana
Terapai cairan
Apabila tanda syok : berikan cairan bolus IV Nacl 0,9% 20
mg/kgBB dalam interval 5-10 menit.
Menurunkan cairan intrakranial
Meninggikan bagian kepala sebesar 30 derajat dan
hiperventilasi untuk mempertahankan paCO2 berkisar
antara 27 dan 30 mmHg
Terapi Farmakologi
Terapi antibiotik : cefalosporine gen ke-3, yaitu
ceftriaxone atau cefotaxim. Diberikan 10-14 hari .
Anti inflamasi : dexametasone 10mg/6 jam selama
4 hari
Osmotik : menitol 20% dan urea yang akan
menarik cairan dalam sel otak sehingga mengurangi
edema cerebri.
Antikonfulsan
4. EPILEPSI
Pegertian :
suatu keadaan yg ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang,
berselang lebih dari 24 jam yg timbul tanpa provokasi.
Partial Generalized
Simple
Partial
Complex
Partial
Secondarily
Generalized
ILAE
CLASSIFICATION OF
SEIZURES
Seizures
Partial Generalized
Absence
Myoclonic
Atonic
Tonic
Tonic-
Clonic
KLASIFIKASI
Berdasarkan tanda klinik Kejang umum terbagi atas:
dan data EEG, kejang dibagi Tonic-clonic convulsion =
grand mal
menjadi :
merupakan bentuk paling
kejang umum(generalized banyak terjadi
seizure)----jika aktivasi pasien tiba-tiba jatuh,
terjadi pd kedua hemisfere kejang, nafas terengah-engah,
otak secara bersama-sama keluar air liur
kejang parsial/focal--- jika bisa terjadi sianosis,
ngompol, atau menggigit lidah
dimulai dari daerah tertentu
terjadi beberapa menit,
dari otak kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala
atau tid
Abscense attacks = petit mal
jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak
disadari
Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal
Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan
Otot---atuh, tapi bisa segera recovered]
Kejang parsial terbagi menjadi :
Simple partial seizures
pasien tidak kehilangan kesadaran
terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh
Complex partial seizures
pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Types of
s
(focal) Primary
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
1. Melakukan Anamnesis, mulai dari onset gejala, frekuensi,
sampai riwayat dalam keluarga, infeksi, trauma, tumor dll
2. P. FISIS UMUM
Amati tanda2 gangguan yg berhub dgn epilepsi, mis:
trauma kepala, infeksi telinga, kongenital, kecanduan
alkohol, kelainan kulit (neurofakomatosis), dll
3. P. FISIS NEUROLOGIS
Amati adanya gejala neurologik fokal atau difus, Todds
paralysis, dll
4. Pemeriksaan Penunjang
EEG, Brain Imaging, Laboratorium
Tatalaksana terapi
Non farmakologi:
Amati faktor pemicu
Menghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau
alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat
makan, dll.
Farmakologi : menggunakan obat-obat
antiepilepsi
Tujuan pengobatan : membebaskan penderita dari serangan
epilepsi dengan dosis yang memadai tanpa menimbulkan
gejala toksik
Dianjurkan pengobatan dengan satu jenis obat
pengobatan epilepsi : sifat individual dan berlangsung lama,
minimal 2-3 thn bebas serangan
Sekitar 75% kasus dapat ditanggulangi baik dengan satu /
kombinasi obat
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal Na akan mengakibatkan penurunan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproate
A. Pungsi Lumbal
Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka
tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan
ketentuan :
Bayi < 12 bulan : diharuskan
Bayi 12-18 bulan : dianjurkan
Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali kalau ada
tanda meningitis
Adapun yang harus dipertimbangkan :
Bayi 6-12 bulan dengan status imunisasi Haemophillus
influenzae tipe B/streptococcus pneumoniae negatif atau
tidak dapat dipastikan
Pasien telah mendapat AB, karena AB dapat menutupi tanda
dan gejala meningitis
B. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak rutin dianjurkan
Indikasi :
Mencari penyebab kejang demam, atau
Mengevaluasi sumber penyakit
Meliputi: darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit serum
(kalsium, fosfor, magnesium), ureum, kreatinin, urinalisit,
biakan darah , urin atau feses
C. Pemeriksaan Ensefalografi (EEG)
Tidak diperlukan, terutama pada KD sederhana/tanpa
defisit neurologis. Pemeriksaan ini biasanya
dipertimbangkan pada keadaan kejang demam kompleks,
kejang fokal, dan kesadaran menurun.
Abnormaktar EEG dapat berkaitan dengan risiko epilepsi,
namun bukan indikasi terapi profilaksis
D. Pemeriksaan Radiologi
Indikasi :
Adanya riwayat trauma kepala
Adanya tanda klinis trauma kepala
5. Peresepan obat