Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO 4

BLOK SS
KELOMPOK 13
KELOMPOK 13
AH M A D ALV I N D I C TA R A
E L I Z AB E T H R U T T I N A H U TAG A O L
HANIFAH SALMA RAMADHANI
H E L I M AWAT I R O S I TA
M. AHDI SHIDIK
MUH AMM AD FAKI H ABD U RRO HM A N
MUTIARA KARTIKO PUTRI
N A B I L A A N I N D I T YA
N I M A D E A R I Y U L I A M I S AV I T R I
POPI ZENIUSA
VIKA ANNISA PUTRI
V O N I S YA M U T I A
Sakit Mata Ibu dan Anak
Ibu Risa datang bersama dengan anaknya ke poliklinik mata RS
FK Unila yang sama-sama menderita sakit mata. Ibu Risa mengeluh
mata kirinya merah,terasa perih,silau bila melihat cahaya dan berair
terus menerus,serta adanya sensasi mengganjal pada mata. Beliau
menyangkal adanya penurunan penglihatan. Menurut penuturan ibu
Risa,mata kirinya kemasukan debu saat berjualan di pasar dan
langsung dikucek-kucek. Ia sudah memberikan obat tetes mata
warung,namun tidak ada perubahan yang berarti. Pada
pemeriksaan,dokter mendapatkan bahwa mata kirinya mempunyai visus
mata kiri 6/6,konjungtiva hiperemis,dan terdapat injeksi konjungtiva dan
injeksi siliar.
Sedangkan sang anak mengeluh kelopak mata kanannya
bengkak dan merah selama 3 hari yang lalu. Penurunan penglihatan di
sangkal. Pada pemeriksaan didapatkan visus 6/6 bengkak kemerahan
dan nyeri bila disentuh,pada palpebra atas dan juga ditemukan injeksi
konjungtiva.
Ibu Risa sangat khawatir dengan keadaan matanya,sehingga ia
sangat antusias memberikan pertanyaan kepada dokter. Pertanyaan
mulai dari terapi farmakologi dan non-farmakologi hingga kemungkinan
terjadinya kondisi yang lebih buruk misalnya ulkus kornea.
STEP 1
Injeksi Siliar : Pelebaran pembuluh darah siliar
Injeksi Konjungtiva : Pelebaran Pembuluh darah konjungtiva
Ulkus Kornea : Luka pada kornea,Kerusakan jaringan pada kornea
STEP 2
1. Diagnosis dan diagnosis banding
2. Etiologi
3. Patogenesis dan paatofisiologi
4. Manifestasi klinis pada skenario
5. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksaan pada skenario
7. Komplikasi
8. Pencegahan
STEP 3
1. Ibu dx : mata merah visus normal conjungtivitis
dd : - conjungtivitis
- blefaritis
- dry eyes
Anak dx : hordeolum
dd : - kalazion
- blefaritis
2. Etiologi
conjungtivitis infeksi
non infeksi
hordeolum staphylococcus aureus , hoemon androgen
blefaritis
3. Patogenesis dan paatofisiologi
Pada konjungtivitis, peradangan disebabkan
oleh etiologi injeksi konjungtiva ataupun
vasodilatasi pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior respon imun peradangan
hiperemis dan edema atau terjadi
pembengkakan pada kelopak mata
4. Manifestasi klinis pada skenario
Konjungtivitis=
Hiperemis (injeksi konjungtivitis atau vasodilatasi pembuluh darah
arteri konjungtiva posterior)
Eksudat: cairan serous : virus, sedangkan eksudat purulen atau
makropurulen disebabkan oleh bakteri
Palpebra : edema
Hipertrofi pada papil
Virus dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah
bening preaurikular
hordeolum =
Hiperemis
Edema
Nyeri tekan
Pseudoptosis
Terdapat rasa terbakar
5. PEMERIKSAAN FISIK DAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
konjungtivitis Hordeolum
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
Kultur atau biakkan -Pemeriksaan darah lengkap
Tes diagnosis climedial
Smear atau sitologi Pemeriksaan fisik
Biopsi -inspeksi= konsistensi, tempat
atau likalisasi, warna, motil
Pemeriksaan darah lengkap atau tidak, tonjolan
Fluoresence -Palpasi= nyeri tekan atau
Pemeriksaan fisik tidak
Inspeksi -Visus= pemeriksaan
menggunakan Snellen Chart
Palpasi= kelenjar getah bening
preaurikular, dan tekanan
intraokular
Visus= pemeriksaan
menggunakan Snellen Chart
6. PENATALAKSAAN PADA SKENARIO
Konjungtivitis Hordeolum
-Farmako= anti histamin untuk -Farmako dan non farmako
mengurangi gejala gatal pada mata -Kompres air hangat selama 10-15
-Antibiotik topikal atau oral menit 3-4 kali sehari
-Kompres dengan air dingin untuk -Antibiotik topikal ( tetrasiklin dan
vasokonstriksi pada pembuluh darah kloramfenikol)
yang berdilatasi -Dapat dilakukan insisi jika lebih
-Untuk pemberian antibiotik harus dari 48 jam drainase diberikan
disesuaikan dengan etiologinya salep mata 3*1 selama 3-7 hari
-Untuk konjungtivitis alergika dapat -Pada hordeolum interna,
diberikan kortikosteroid cell mast dilakukan insisi vertikal,
stabilizer sedangkan pada hordeolum
eksterna dilakukan insisi
-Untuk konjungtivitis virus kompres horizontal
air dingin dan antiviral jika diperlukan
-Pencabutan bulu mata kemudian
-Non farmako= menjaga hygiene tangan diberikan antibiotik topikal atau
salep antibiotik
-Memisahkan pemakaian handuk atau
lap secara bersamaan
-Hindari pemakaian kontak lens jika
tidak diperlukan
7. Komplikasi
- ulkus kornea
- keratitis
- keratokonjungtivitis

8. Pencegahan
- menjaga kebersihan lingkungan
- menjaga kebersihan diri sendiri
STEP 4
1. DIAGNOSIS DARI SKENARIO
Diagnosis banding 1 : Diagnosis banding 2 :
konjungtivitis hordeolum
Blefaritis Blefaritis
Keratokonjungtivitis Kalazion
Keratitis Meibomianitis
Ulkus kornea
Mata kering atau Dx : Hordeolum
konjungtivitis dry eyes

Dx : KeratoKonjungtivitis
2. ETIOLOGI PENYAKIT
Konjungtivitis :
Infeksi : Bakteri, dan virus
Non infeksi : Alergi, benda asing, imun mediate
dan mekanik

Hordeolum :
1. Hordeolum internum
Ukurannya lebih besar dibanding eksterna
Infeksi mengenai gland. Meibom
Benjolan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit
Benjolan menonjol ke arah konjungtiva
Letaknya dalam tarsus, jarang memecah sendiri
2. Hordeolum eksternum
Ukurannya lebih kecil dibanding interna (seukuran kacang
hijau)
Infeksi mengenai gland. Zeis atau Moll
Benjolan ikut bergerak dengan pergerakan kulit
Benjolan menonjol ke arah kulit
Bila mengalami supurasi, benjolan memecah sendiri ke arah
kulit
3. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGIS
Konjungtivitis
LANJUTAN....
Hordeolum
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada
tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala mirip Tanda dan gejala mirip
bakterial konjungtivitis : Hordeolum :
Epiphora Tanda radang akut : hiperemis,
Fotofobia edema, nyeri tekan

Eksudasi Tampak gambaran seperti abses


kecil
Edema palpebra
Perasaan tidak nyaman, sensasi
Hiperemia konjungtiva terbakar
Kelenjar preaurikular turut
membesar
Pseudoptosis atau ptosis
(bertambah berat palpebra
karena hordeolum)
5. Pemeriksaan Penunjang dan pemeriksaan fisik

Conjungtivitis Hordeolum
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Penunjang :
Kultur atau biakkan Darah lengkap
Tes diagnosis climedial
Smear atau sitologi Pemeriksaan fisik :
Biopsi Inspeksi : Konstitensi,
Pemeriksaan darah lengkap warna, tempat atau
Fluorensce lokalisasi, motil atau tidak,
tonjolan
Palpasi : nyeri tekan atau
Pemeriksaan fisik : tidak
Inspeksi Visus : snellen chart
Palpasi : Kelenjar getah
bening preaurikular, dan
tekanan intraokular
Visus : snellen chart
6. Penatalaksanaan pada skenario
Hordeolum Konjungtivitis
Non Medikamentosa : Medikamentosa :
Kompres air hangat selama 10-15 Anti histamin untuk mengurangi gejala
menit 3-4 x sehari gatal pada mata, Antibiotik topikal atau
oral
Dapat dilakukan insisi jika lebih dari
konjungtivitis alergika dapat diberikan
48 jam drainase diberikan salep kortikosteroid cell mast stabilizer
mata 3x1 selama 3-7 hari. konjungtivitis virus anti viral bila
Pada hordeoulum interna dilakukan diperlukan .
insisi vertikal, sedangkan pada Konjungtivitis bakteri dapat diberikan
hordeoulum eksterna dilakukan insisi antibiotik berspektrum luas ; penisilin
horizontal topikal maupun oral (tetrasiklin atau
eritromisin)

Medikamentosa :
Non Medikamentosa :
Antibiotik topikal ( tetrasiklin atau Kompres dengan air dingin pada
kloramfenikol ) pembuluh darah yang berdilatasi
Apabila terkena bulu mata, menjaga hygiene tangan agar tidak
dilakukanPencabutan bulu mata menjadi transmisi penyebaran
kemudian diberikan antibiotik topikal Hindari pemakaian contact lens jika tidak
atau salep antibiotik diperlukan
7. LO
8. Pencegahan
kurangi / jauhi penggunaan kontak lens
segera bersihkan makeup yg digunakan didaerah mata
menjaga kebersihan mata
jaga kebersihan tangan
gunakan pengaman / pelindung mata ketika berkendara
atau ketempat yang kira kira banyak debu atau
benda yang bisa menyebabkan trauma.
hidari tetes mata yang telah terkontaminasi
bila sebelah mata terinfeksi jangan dikucek kucek karna
secret dapat menularkan infeksi
STEP 5
1. Patofisiologi mata berair terus-menerus & fotopobia
pada conjunctivitis
2. Penjelasan mengenai Keratitis
3. Komplikasi penyakit pada skenario
4. Macam-macam injeksi
STEP 6
Agur, Anne dan Keith L.M. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:
Hipokrates.
Adams, G., Boies, L. and Higler, P.,1997,Buku Ajar Penyakit
THT,Edisi ke enam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hermani, Bambang, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu kesehatan THT-
KL. Ed.7 Jakarta : FKUI.
Chris T, Frans L, Sonia H, dkk. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran ED.IV Volume 2. Jakarta : Media Aesculapius
STEP 7

1. Patofisiologi
mata berair terus-
menerus & fotopobia
pada conjunctivitis
PATOFISIOLOGI MATA BERAIR
TERUS- MENERUS

Ketika terjadi conjunctivitis dilatasi pembuluh


conjunctiva posterior terjadi hiperemia (kemerahan)
pembengkakan dan hipertrofi di papilla sensasi
benda asing, tergores, panas dan gatal merangsang
sekresi air mata peningkatan jumlah air mata.
PATOFISIOLOGI FOTOPOBIA

Ketika terjadi conjunctivitis dilatasi


pembuluh conjunctiva posterior terjadi
hiperemia (kemerahan) mata peka terhadap
cahaya sensasi berlebih pada mata/fotopobia.

Fotopobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi


iris yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena
reflex yang disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea.
2. Penjelasan mengenai Keratitis
Keratitis adalah peradangan yang terjadi pada kornea
Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya
yaitu:
Keratitis infeksius
Keratitis bakteri
Keratitis virus
Keratitis fungi
Keratitis noninfeksius
KERATITIS BAKTERI
Etiologi Faktor Resiko Manifestasi Klinis

Pseudomonas Pengunaan kontak nyeri


aeruginosa lens. fotofobia
Staphylococcus Trauma, termasuk penurunan tajam
aureus trauma operasi pengelihatan
Streptococcus sp. Penyakit secret purulent
permukaan mata : atau mukopurulen
mata kering,
trikiasis, entropion,
dan penurunan
sensibilitas kornea
Imunosupresi
Diabetes Melitus
Defisiensi vitamin
A
KERATITIS BAKTERI
Pemeriksaan Penunjang
Kerokan kornea
Pewarnaan gram
Kultur untuk identifikasi bakteri dan laporan sensitivitas antibiotic
Terapi (Farmakologi)
Terapi empiris fluorokuinolon (ofloxacin 0.3% , Levofloksasin
0.3%, gantifloxacin 0.3%) + gentamisin (1.5%)
Kokus gram positif : vankomisin (5%), fluorokuinolon (0,3%)
Batang gram negative : gentamisin (1.5%), tetes mata
tobramisin, fluorokuinolon (0.3%), atau ceftazidime (5%)
Terapi (nonfarmakologi)
Hentikan penggunaan lensa kontak dan kenakan pelindung mata
terutama bila terdapat penipisan atau perforasi kornea
KERATITIS FUNGI
Etiologi

Ragi ( Candida sp.)


Kapang (Fusarium sp. Dan Aspergillus sp)

Gejala

Nyeri dengan awitan perlahan


Sensasi benda asing
Fotofobia
Penurunan tajam pengelihatan
Secret berair atau mukopurulen
KERATITIS FUNGI
Pemeriksaan Penunjang
Pemulasan sampel baik dengan pewarnaan gram
dan giemsa atau Periodic acid-Schiff
Kultur dalam agar Sabouraud dektrosa

Tatalaksana
Terapi topical :
Candida : amfoterisin B 0,15%, natamisin 5%
atau flukonazol
Kapang : natamycin 5%, pilihan lain termasuk
amfoterisin B 0.15% dan miconazole 1%
KERATITIS HERPES
SIMPLEKS

Keratitis herpes simpleks terjadi dalam dua bentuk yaitu


infeksi primer dan infeksi rekuren.
Infeksi primer terjadi karena penularan melalui droplet atau
inokulasi langsung (jarang). Bentuk infeksi primer pada
mata biasanya blefaritis dan konjungtivitis folikular
Infeksi rekuren terjadi karena virus dibawa menuju ganglion
sensoris ke dermatom tertentu dan menjadi infeksi laten.
Keratitis herpes simpleks terdapat dalam tiga bentuk, yakni
keratitis epitel, keratitis disciform, dan ulkus neurotropik
3. KOMPLIKASI PENYAKIT PADA
SKENARIO

Konjungtivitis Bakteri
Blefaritis marginal kronik sering
menyertai konjungtivitis stafilokok,
kecuali pada pasien sangat muda yang
bukan sasaran blefaritis.
Parut konjungtiva dapat mengikuti
konjungtivitis pseudomembranosa dan
membranosa
Keratitis, Ulserasi kornea dan perforasi
KOMPLIKASI PENYAKIT PADA
SKENARIO

Konjungtivitis klamidia
Parut konjungtiva sering terjadi pada trakoma dan
dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal mengurangi
komponen akueosa dalam film air mata prakornea
secara drastic, dan komponen mukosanya mungkin
berkurang karena hilangnya sebagian goblet.
Luka parut juga mengubah bentuk palpebral superior
berupa membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau
seluruh tepian palpebral ( entropion) sehingga bulu mata
terus menerus menggesek kornea kondisi ini sering
mengakibatkan ulserasi kornea, infeksi bacterial kornea,
dan parut kornea.
4. Macam-macam
injeksi
Injeksi konjungtiva Injeksi Injeksi episkleral
siliar/perikorneal
Asal Arteri Konjungtiva Arteri silar Arteri siliar longus
Memperdarahi posterior Kornea segmen Intraocular
Lokalisasi Konjungtiva bulbi anterior Episklera
Warna Konjungtiva Dasar konjungtiva Merah gelap
Arah aliran/lebar Merah Ungu Ke sentral (kornea)
Konjungtiva Ke perifer (limbus) Ke sentral (kornea) Tidak ikut bergerak
digerakkan Ikut bergerak Tidak bergerak Tidak menciut
Dengan efinefrin Menciut Tidak menciut Glaucoma,
1:1000 Konjungtiva Kornea, iris, endoftalmitis,
Penyakit + glaucoma panoftalmitis
Sekret Normal - -
Penglihatan Menurun Sangat turun

Anda mungkin juga menyukai