Anda di halaman 1dari 54

Skenario 3

BLOK SS
Kelompok 13
KELOMPOK 13
A H M A D A LV I N D I C TA R A
E L I Z A B E T H R U T T I N A H U TA G A O L
H A N I FA H SA LM A RA M A D H A N I
H E L I M A WAT I R O S I TA
M. AHDI SHIDIK
M U H A M M A D FA K I H A B D U RRO H M A N
MUTIARA KARTIKO PUTRI
N A B I L A A N I N D I T YA
N I M A D E A R I Y U L I A M I SAV I T R I
POPI ZENIUSA
VIKA ANNISA PUTRI
V O N I S YA M U T I A
SAKIT TENGGOROKAN

Badu datang ke praktek dokter diantar oleh ibunya


dengan keluhan demam,nyeri saat menelan,batuk kering dan
disertai dengan suara serak sejak 3 hari yang lalu,sehabis
pulang dari kegiatan perkemahan. Keluhan tersebut semakin
parah karena kebiasaan Badu yang sering membeli gorengan
dan jarang minum air putih setelah makan. Ketika dilakukan
pemeriksaan oleh dokter,didapatkan amandel hiperemis
berukuran T3-T3,faring hiperemis dan teraba pembesaran
kelenjar didaerah submandibular. Ketika dilakukan
laringoskopi didapatkan pita suaranya oedem. Dokter
mengatakan bahwa dengan kondisi seperti ini Badu harus
istirahat bicara. Kemudian,untuk amandelnya,apabila
peradangan pada amandelnya terjadi sangat sering,maka
dokter menyarankan untuk dilakukan operasi untuk
mencegah komplikasi diantaranya sumbatan jalan nafas dan
abses peritonsiler.
STEP 1

Pertonsiler : Komplikasi tonsil akut,penumpukan


abses,nanah
T3-T3 : melewati batas imaginer posterior faring
dengan ovula
Laringoskopi : pemeriksaan pada laring bisa
menggunakan cermin
STEP 2

1. Apakah diagnosis dan diagnosis banding penyakit


pada skenario
2. Etiologi dari diagnosis
3. Patogenesis dan patofisologi diagnosis
4. Manifestasi Klinis
5. Tatalaksana
6. Pencegahan dari diagnosis pada skenario
7. Apa komplikasi penyakit pada skenario
STEP 3

1. Apakah diagnosis dan diagnosis banding penyakit


pada skenario

Diagnosis: faringitis, laryngitis, tonsillitis


Diagnosis banding: faringitis bakteri, dan faringitis
fungal
2. Etiologi dari diagnosis

Faringitis: virus, bakteri, alergi, trauma


Laryngitis: penggunaan suara berlebih, infeksi saluran
nafas atas
Tonsillitis: virus, bakteri, jamur
3. Patogenesis dan patofisologi diagnosis

LO
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi berupa :
Demam,
Rasa kering dan gatal tenggorokan,
Atralgia,
Suara serak/parau,
Disfonia,
Penurunan nafsu makan,
Nyeri menelan,
Pembesaran kelenjar getah bening terutama
submandibularis,
Pada pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan faring : hiperemis faring
Pembesaran tonsil
Laring : edema.
Pita suara hiperemis
Bila etiologinya disebabkan oleh jamur maka terdapat
plak plak putih pada mukosanya
Bila etiologinya virus maka penyembuhan berlangsung
cepat
5. Tatalaksana
Faringitis
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur dengan air hangat
Analgetik Tablet hisap bila perlu
Tonsilitis
Tonsilitis Akut akibat Virus :
Istirahat
Minum Cukup
Analgetika
Antivirus (jika gejala berat dan sulit hilang)
Tonsilitis Akut akibat Bakteri :
AB Spektrum luas (Penicilin, Ampicilin)
Antipiretik
Analgesik
Obat kumur berdisinfektan
Tonsilitis Membranosa :
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan tanpa menunggu kultur
20.000-100.000 Unit berdasar umur dan berat penyakit
AB Spektrum Luas (Penicilin,eritromisin) 25-30 mg/kgBB/3
dosis/14 hari
Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
Antipiretik
Analgesik
Istirahat isolasi 2-3 minggu
Tonsilitis Kronik
Menjaga Higienis mulut dengan obat kumur,obat hisap
Tonsilektomi (mengangkat tonsil unilateral atau bilateral)
terlebih jika dicurigai sumbatan dan neoplasma
Laringitis
Laringitis akut :
Istirahatbicara suara 2-3 hari
Hirup udara Lembab
Menghindari iritasi laring-faring : merokok, makanan
pedas,minum es
AB luas
Antiviral (tergantung etiologi)
Laringitis Kronik
Pengobatan etiologi
Vocal rest
Hindari iritasi laring-faring (hindari rokok, alkohol,
minum es, makan pedas)
6. Pencegahan dari diagnosis pada skenario
Menjaga kebersihan rongga mulut dan makanan
serta minuman yang dimakan dan diminum
Perbanyak minum air putih
Tidak menggunakan suara berlebihan
Istirahat yang cukup
Mencuci tangan sebelum makan
Menggunakan masker saat berkendara sehingga
dapat menghindari polusi
7. Komplikasi dari diagnosis pada skenario
Faringitis:
a.Demam rheumatik
b.Abses peritonsilar
c.Demam scarlet
d.Glomerulonefritis
Tonsilitis:
a.Otitis media
b.Sinusitis
c.Bronkitis
d.miokarditis
Laringitis:
a. Laringitis kronik
b. Perubahan suara
STEP 4

1. Apakah diagnosis dan diagnosis banding penyakit


pada skenario?
Diagnosis: faringitis, laryngitis, dan tonsillitis
2. Etiologi dari diagnosis
Faringitis
Virus: Epstein-bar virus, coxsakie virus, adenovirus,
rhinovirus, retrovirus, respiratory syncytial virus (RSV),
influenza
Bakteri: paling sering dalah bakteri grup A streptokokus
beta hemolitikus (GABHS), yakni terjadi 15-30 persen
kasus anak dan 5-15 persen kasus dewasa
Jamur: faringitis fungal umumnya dalah Candida sp.
Laryngitis
Penyebab tersering faringitis akut adalah penggunaan
suara yang berlebih jangka pendek (vocal abuse) dan
infeksi saluran nafas atas. Pada infeksi yang paling
sering adalah yang disebabkan oleh rhinovirus, virus
parainfluenza, adenovirus, virus respirasi, virus measles,
mumps, Bordetella Pertussis. Laryngitis dapat muncul
bersamaan dengan gejala rhinitis dan sinusitis.
Tonsillitis
Virus : paling ssering penyebabnya adalah virus
Epstein barr (EBV), bias juga hemofilus influenza
virus
Bakteri : paling sering adalah streptokokus beta
hemolitikus grup A, Streptokokus viridian, dan
Sreptokokus piogenes , Corynebacterium
diphtheria
3. Patogenesis dan patofisologi diagnosis?

LO
4. Manifestasi Klinis
Anamnesis : pada anamnesis didapatkan pasien
mengalami nyeri tenggorokan, batuk, demam, suara
serak,
Tanda tanda vital : didapatkan suhu tubuh
meningkat lebih dari 37c, sedangkan nadi, tekanan
darah, dan nafas dapat normal maupun meningkat
Inspeksi Tonsil : terdapat edema, hiperemis, sekret
didinding faring, terdapat bercak kuning keputihan
Laringoskopi indirect : terdapat edem, hiperemis, lihat
pergetaran pita suara, lihat ada/tidak cairan&massa
Palpasi : lakukan pemeriksaan kelenjar getah
bening kepala leher biasanya terdapat
pembesaran pada kelenjar submandibularis
lihatlah :
Lihat jumlah nodul soliter/multiple
Ukuran nodul
Motilitas : motil/terfiksir
Batas : tegas/tidak
Konsistensinya : kenyal, keras, lunak, dan lihat
undulasinya
5. Tatalaksana
a. Faringitis
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur dengan air hangat
Analgetik Tablet hisap bila perlu
Faringitis Akut
Faringitis akut karena virus
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur dengan air hangat
Analgetik Tablet hisap bila perlu
Antiviral (Metisoprinol : Isoprenosine untuk virus herpes
simpleks)
Faringitis akut karena Bakteri
Istirahat cukup
Banyak minum
Kumur dengan air hangat
Analgetik Tablet hisap bila perlu
AB spektrum luas (penicillin,erytromicin,amoxicilin)
Kortikosteroid
Faringitis akut karena Fungal
Nystatin
Analgetik
Faringitis akut Gonorhea
Sefalosporin generasi 3
Ceftriakson (IM)
Faringitis Kronik
Obat Kumur
Jaga kesehatan mulut
Pengobatan untuk rinitis atrofi sebagai faktor predisposisi utama
Faringitis kronik hiperplastik
Pengobatan predisposisi (patologi hidung, sinus paranasal)
Lokal : kaustik faring dengan nitras argenti atau dengan
electrocauter
Simptomatis : Antitusif ( Ekspektoran)

Faringitis Spesifik
Faringitis leutika
Diagnosis tegak : serologi
Penicilin dosis tinggi
Faringitis TB
Terapi TB paru primer
b. Tonsilitis
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Akut akibat Virus :
Istirahat
Minum Cukup
Analgetika
Antivirus (jika gejala berat dan sulit hilang)
Tonsilitis Akut akibat Bakteri :
AB Spektrum luas (Penicilin, Ampicilin)
Antipiretik
Analgesik
Obat kumur berdisinfektan
Tonsilitis Membranosa
Tonsilitis Difteri
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan tanpa menunggu kultur 20.000-
100.000 Unit berdasar umur dan berat penyakit
AB Spektrum Luas (Penicilin,eritromisin) 25-30 mg/kgBB/3 dosis/14 hari
Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
Antipiretik
Analgesik
Istirahat isolasi 2-3 minggu
Angina Plaunt vincent (stomatitis ulsero membranosa)
AB spektrum luas 1 minggu
Perbaiki higienis mulut
Vitamin c
Vitamin B kompleks
Penyakit kelainan darah
Leukimia akut
Angina granulositosis
Infeksi mononukleosis

Tonsilitis Kronik
Menjaga Higienis mulut dengan obat kumur,obat hisap
Tonsilektomi (mengangkat tonsil unilateral atau bilateral)
terlebih jika dicurigai sumbatan dan neoplasma
c. Laringitis
Laringitis akut :
Istirahatbicara suara 2-3 hari
Hirup udara Lembab
Menghindari iritasi laring-faring : merokok, makanan
pedas,minum es
AB luas
Antiviral (tergantung etiologi)
Laringitis Kronik
Pengobatan etiologi
Vocal rest
Hindari iritasi laring-faring (hindari rokok, alkohol,
minum es, makan pedas)
Laringitis Kronik Spesifik
Laringitis TB
Anti TB primer-sekunder
Vocal rest
Laringitis Luetika
Penicillin dosis tinggi
Pengangkatan sekuester
Jika ada sumbatan karena stenosis lakukan trakeostomi
Kongenital laring
Laringomalasi
Intubasi endotrakea, buka dengan trakeostomi
Stenosis subglotik
Stenosis karena kelainan submukosa : Dilatasi atau laser CO2
Kelainan bentuk ukuran kartilagi krikoid
rekonstruksi kartilago krikoid
Laryngeal web
Bedah mikrolaring dengan laringoskopi suspensi
Kista Kongenital
Angkat kista dengan bedah mikrolaring
Hemangioma
Bedah laser
Kortikosteroid
Obat skleroting
Fistel laringotrakea esofageal
6. Pencegahan dari diagnosis pada skenario
Tidak kontak langsung dengan penderita sebelum
mendapat antibiotik
Tidak menggunakan alat-alat makan atau sikat gigi
secara bersamaan dengan penderita
Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
seperti makanan yang berminyak
Berkumur dengan air hangat
Tidak merokok
7. Komplikasi dari diagnosis pada skenario
Faringitis:
a.Demam reumatik, merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi dari faringitis dan dapat
menyebabkan inflamasi sendi atau kerusakan pada
katup jantung.
b.Abses peritonsilar, biasanya disertai dengan nyeri
faringeal, disfagia, demam dan dehidrasi.
c.Demam scarlet, yang ditandai dengan demam dan
bintik kemerahan.
d.Glomerulonefritis akut, merupakan respon inflamasi
terhadap protein M spesifik. Kompleks antigen-
antibodi yang terbentuk terakumulasi pada
glomerulus ginjal sehingga menyebabkan
glomerulonefritis.
Tonsilitis:
a. Peritonsilitis, peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang
berat tanpa adanya trismus dan abses.
b. Abses peritonsilar, kumpulan pus (nanah) yang terbentuk di
dalam ruang peritonsil.
c. Abses parafaringeal, infeksi dalam ruang parafaring dapat
terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah.
d. Abses retrofaring, merupakan pengumpulan pus dalam
ruang retrofaring dan biasanya terjadi pada anak usia 3
bulan-5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar
limfe.
e. Krista tonsil, sisa makanan yang terkumpul dalam kripta
tertutup oleh jaringan fibrosa sehingga timbul krista berupa
tonjolan pada tonsil berwarna putih, kecil dan multipel.
f. Hipertrofi tonsil
g. Sleep apnea
Laringitis:
Perubahan suara akibat komplikasi dari laringitis
diakibatkan oleh refluks asam lambung atau
pajanan terhadap bahan iritan sehingga beresiko
untuk menimbulkan keganasan pada pita suara.
Pada pasien lansia laringitis kronik dapat
menimbulkan pneumonia.
Beberapa komplikasi lain yang terjadi berkaitan
dengan obstruksi jalan napas, yaitu respiratory
distress, hipoksia atau superinfeksi bakteri.
STEP 5

1. Indikasi dan Kontraindikasi Tonsilektomi


2. Tatalaksana
3. Limpatik pathway mengarah pada limfonodi mana
yang membesar
4. Patogenesis dan patofisiologi laringitis, faringitis, dan
tonsilitis
5. Nilai normal TTV bayi, anak, dan dewasa
STEP 6

Agur, Anne dan Keith L.M. 2002. Anatomi Klinis Dasar.


Jakarta: Hipokrates.
Adams, G., Boies, L. and Higler, P.,1997,Buku Ajar
Penyakit THT,Edisi ke enam. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hermani, Bambang, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu
kesehatan THT-KL. Ed.7 Jakarta : FKUI.
Chris T, Frans L, Sonia H, dkk. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran ED.IV Volume 2. Jakarta : Media
Aesculapius
STEP 7
1. Indikasi tonsilektomi
indikasi absolut
1. Menderita ulangan tonsilitis kronik dan abses peritonsil
yang tercatat sudah dilakukan pengobatan yang
ade kuat .
2. Timbulnya kor pulmonale karna obstruksi jalan nafas
3. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnea
waktu tidur
4. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia
dengan disertai penurunan berat badan
5. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan limfoma
6. Abses peritonsil berulang dan meluas pada ruang
jaringan sekitarnya
Indikasi relatif
Indikasi tonsilektomi pada anak - anak

1. Menderita tonsilitis berulang yang tercatat sudah dilakukan


pengobatan yang ade kuat dan dilakukan biakan yang
berhubungan dari infeksi bakteri group A Streptococcus
hemolitikus atau Steptococcus pyogenes serta infeksi virus .
2. Ketika sudah menyertai komplikasi yang kronis dapat dianjurkan
prosedur pembedahan
3. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional dan fisiologi pada
proses penelanan .
4. Hiperplasia atau obstruksi yang menetap 6 bulan setelah infeksi
mononukleosis ( biasanya pada orang dewasa )
5. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan
bnormalitas orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan
nafasbagian atas
6. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan
adenopati servikal persisten
7. Riwayat demam reumatik yang berhubungan dengan tonsilitis
rekurens kronik dan pengndalian antibiotik yang buruk
8. Radang tonsil yang menetap dan tidak memberikan respon
terhadap penatalaksanaan medis
2. Penatalaksanaan
a. Tonsilitis
Tonsilitis akut yang disebabkan karna virus :
Istirahat
Minum yang cukup
Analgetika
Tonsilitis bakterial
Spektrum luas : penisilin atau eritromisin
Antipiretik
Obat kumur yang mengandung desinfektan atau antiseptik
Tonsilitis difteri
ADS segera tanpa menunggu hasil kultur dengan
dosis 20.000 100.000 U tergantung umur dan berat
penyakit .
Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB
diberikan 3x1 selama 14 hari .
Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari
Antipiretik untuk simtomatik
Karna penyakit ini menular sehingga pasien harus di
isolasi
Istirahat di tempat tidur sampai keadaan membaik
faringitis akut yang disebabkan oleh viral
Banyak minum dan istirahat cukup
Kumur kumur dengan air hangat dan analgetika bila perlu

faringitis bakterial :
Antibiotik bila diduga penyebab nya Streptococcus
haemolitikus . Dan dapat diberikan amoxicilin dosis 50 mg/kgBB
dibgai menjadi 3 dosis selama 10 hari dan dosis dewasa 500
mg/hari selama 6-10 hari atau bisa diberikan eritromisin 4x500
mg/hari atau penisilin G benzatin 50.000 U/kgBB secara
intramuskular dosis tunggal .
Kortikosteroid : dexametason 8-16 mg dengan 1x pemberian per
hari secara IM .
Pada anak dapat diberikan 0,08 0,3 mg/kgBB 1x1 secara IM
Analgetik : NSAID / asetaminofen
Kumur dengan air hangat atau antiseptik
faringitis fungi :
Nistatin 100.000 400.000 U 2x 1
Analgetik

laringitis akut :
1. Istirahat berbicara atau bersuara 2-3 hari
2. Meghirup udara segar
3. Menghindari iritasi pada faring dan laring ( merokok,
makan pedas, dan dingin es )
4. Antibiotik
5. Sumbatan laring : pemasangan pipa endotrakea
atau trakeostomi
3. Limpatik pathway mengarah pada limfonodi mana
yang membesar
Semua pembuluh limfe dari kepala dan leher
ditampung oleh nodi lymphoidei cervikales profundi
membentuk rangkaian sepanjang vena jugularis
interna ( terbanyak di bawah m.
Sternocleidomastoideus ) truncus jugularis dextra :
ductus lympatikus dextra angulus venosus dextra

truncus jugularis sinistra : duktus thoracicus


apertura vena brachiocephalica sinistra a.
Subclavia
Nodi lymphoidei cervicales profundi : kelenjar limfa
jugularis interna : superior, media, inferior

Superior : dari palatum mole, tonsil, bagian posterior


ldah, dasar lidah dan sinus piriformis
Media : subglotik faring, sinus piriformis inferior
Inferior : glandula tiroid, trakea, dan esofagus bagian
servikal .
4.Patogenesis dan patofisiologi
laringitis, faringitis, dan tonsilitis
FARINGITIS
Pada faringitis disebabkan oleh infeksi, bakteri maupun virus
dapat secara langsung menginvasi mukosa faring dan akan
menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel , lalu akan mengikis
epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan
akan terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema
dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya eksudar bersifat
serosa, tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding
faring akan melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-
abu akan didapatkan didalam folikel atau jaringan limfoid.
Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau yang terletak lebih ke lateral
akan menjadi meradang dan membengkak.
Virus- virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat
sekresi nasal
TONSILITIS
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.
Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti
organisme yang berbahaya tersebut.
Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
infeksi. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superfisial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus
tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadisatu maka
terjadi tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran
menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah
didalam daerah submandibular, sakit pada sendi dan otot, sakit
kepala, dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan.
Bila bercak melebar, akan terbentuk membran semu
(pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik
terjadi karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kriptus yang akan diisi oleh
detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul
dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fossa tonsilaris. Pada anak, proses ini disertai
dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
LARINGITIS

perubahan suhu mendadak,

defisiensi diet,
berkaitan dengan
pemajanan terhadap
malnutrisi,

tidak ada immunitas.

Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah


ditularkan.

Laringitis terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan


tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat.
LARINGITIS

biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran


nafas bagian atas lainnya.
akibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Akibatnya dapat merangsang terjadinya batuk hebat
yang bisa menyebabkan iritasi pada laring/inflamasi.
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan
akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
5. Nilai normal TTV
bayi, anak, dan dewasa
Tekanan darah

Bayi= 70-90/50 mmHg Respirasi


Anak= 80-100/60 mmHg
Remaja= 90-110/66 mmHg Bayi= 30-40 kali/menit
Dewasa muda= 110-125/60- Anak-anak= 20-30 kali/ menit
70 mmHg Dewasa= 16-20 kali/ menit
Dewasa tua= 130-150/80-90 Lansia= 14-16 kali/ menit
mmHg
Nadi

Bayi= 12-130 kali/menit


Suhu tubuh Anak-anak= 80-90 kali/
menit
Normal= 36,6-37,2C Dewasa= 70-80 kali/ menit
Sub febris= 37-38C Lansia= 60-70 kali/ menit
Febris= 38-40C
Hiperpireksis= 40-42C *Note=
Hipotermi= <36C Takikardi (bila nadi diatas
Hipertermi= >40C normal= >100 kali/menit)
Bradikardi (bila nadi
dibawah normal=<60 kali/
menit)

Anda mungkin juga menyukai