Anda di halaman 1dari 34

PERANCANGAN ALAT PROSES

PERANCANGAN TANGKI PENCAMPURAN PROSES


PEMBUATAN SABUN

DOSEN: Prof. Dr. Ir. Rosdanelli Hasibuan, M.T.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

NAMA MAHASISWA NIM


1. Andry H. Sianturi 140405033
2. Iskandar Zulkarnain 140405066
3. Said Hanief 140405070
4. Immanuel P.R.H 140405071
5. Regy A. Putra Ginting 140405096
6. Novita Wahyuni 140405098
7. Mhd. Dedi Anggreawan 150405060
KERANGKA PEMIKIRAN

Dasar Pertimbangan
Standar Teknik Proses Produksi dan Perencanaan

Standard teknik adalah serangkaian eksplisit syarat yang harus dilengkapi oleh bahan, produk, atau
layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal melengkapi satu atau lebih dari spesifikasi yang berlaku,
kemungkinan akan disebut sebagai berada di luar spesifikasi.

Macam-macam standar teknik adalah sebagai berikut:

a. ANSI (American National Standard Institute).


b. ASME (American Society of Mechanical Engineer).
c. JIS (Japanese Industrial Standard).
d. SNI (Standar Nasional Indonesia).
e. ASTM (American Society for Testing and Materials).
f. DIN (Deutsches Institut fur Normung).
g. ASTM (American Standard Testing and Materials).
h. API (American Petroleum Institute).
i. ISO (International Standard Organization).
j. AWS (Alliance for Water Stewardship).
k. NEN (Nederlands Norm)
Sejarah Kode Perancangan Menurut ASME

ASME, didirikan sebagai American Society of Mechanical Engineers, adalah asosiasi profesional
yang dalam kata-kata sendiri, Memperkenalkan seni, ilmu pengetahuan, dan praktik rekayasa multi
disiplin ilmu dan sekutu di seluruh dunia.

(ASME) adalah salah satu organisasi yang terkemuka di dunia yang mengembangkan dan
menerbitkan kode dan standar. ASME merupakan singkatan dari American Society Of Mechanical
Engineers. ASME didirikan pada tahun 1880 oleh Alexander Lyman Holley, Henry Rossiter
Worthington, John Edison Sweet dan Matthias N. Forney dalam menanggapi berbagai kegagalan
uap boiler tekanan berpembuluh.

ASME mendirikan sebuah komite pada tahun 1911 untuk merumuskan aturan untuk pembangunan
ketel uap (steam boilers) dan bejana tekan (pressure vessels) lainnya. Komite ini sekarang dikenal
sebagai Komite ASME Boiler & Pressure Vessel, dan bertanggung jawab untuk Kode ASME Boiler
dan Pressure Vessel.
Visi organisasi ini adalah menjadi organisasi utama untuk mempromosikan seni, ilmu
pengetahuan, praktek teknik mesin dan multidisiplin ilmu serta sekutu bagi masyarakat
yang beragam di seluruh dunia.

Misinya adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan kompetensi teknis dan


professional kesejahteraan anggotanya, melalui program kualitas dan kegiatan di
teknik mesin dan lebih memungkinkan praktisi untuk memberikan kontribusi pada
kesejahteraan umat manusia.

Berikut adalah nilai-nilai yang terkandung dalam ASME :


1. Merangkul integritas dan perilaku etis.
2. Merangkul keragaman dan menghormati martabat dan budaya dari semua orang.
3. Memelihara dan menghargai lingkungan dan sumber daya alam kita dan buatan manusia.
4. Memfasilitasi pengembangan, penyebaran, dan penerapan pengetahuan teknik.
5. Mempromosikan manfaat dari pendidikan berkelanjutan dan pendidikan teknik.
6. Menghormati dan dokumen sejarah rekayasa sementara terus merangkul perubahan.
7. Meningkatkan kontribusi teknis dan sosial dari insinyur.
Dasar-Dasar Perencanaan Bejana dan Pengaduk

A. Spesifikasi Bejana dan Pengaduk

Perencanaan suatu bejana dan pengaduk dari mixer tank bertujuan untuk menentukan ukuran
dari bejana dan ukuran dari pengaduk itu dan juga untuk menentukan jenis pengaduk yang akan
dipakai serta menentukan kapasitas dari volume mixer tank, hal ini dikarenakan adanya suatu
hubungan antara ukuran suatu bejana dengan ukuran pengaduk yang seharusnya dipakai.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kapasitas dari pengadukan di dalam mixer tank
diantaranya adalah:
1. Diameter bejana.
2. Diameter pengaduk.
3. Jenis pengaduk.
4. Sudut kemiringan dari pengaduk.
5. Kecepatan putaran motor.
6. Viskositas dari fluida atau material yang diproses.
7. Berat jenis dari fluida.
Dari berbagai macam tipe pengaduk dan beberapa kondisi yang ada di dalam proses
pengadukan maka ada beberapa hubungan atau perbandingan antara ukuran dari bejana yang
digunakan dengan ukuran dari pengaduk yang digunakan.

Dimana :
h = Tinggi fluida/cairan.
Dt = Diameter bejana.
D = Diameter pengaduk.
d/6 = W = Lebar pengaduk

Gambar 1. Dasar Bejana dan Pengaduk


Tabel 1 Letak Pengaduk Terhadap Bejana

Viskositas Tinggi Isi Bejana Banyaknya Letak Impeller


[Ns/m2] Maksimum [H/Dt] Impeller Bawah Atas
< 25 1,4 1 H/3 -
< 25 2,1 2 Dt/3 (2/3)H
> 25 0,8 1 H/3 -
> 25 1,6 2 Dt/3 (2/3)H

B. Menentukan Jenis Pengaduk dan Banyaknya Bilah Pengaduk


Di dalam suatu proses pengadukan suatu material haruslah dipilih suatu jenis
pengaduk (mixer) yang sesuai dengan material yang akan dilayaninya. Banyaknya
bilah pengaduk dipilih sebagai perbandingan, yaitu sebanyak 2 bilah, 4 bilah dan 6
bilah, karena perbandingan kapasitas pengadukan antara dua bilah empat bilah dan
enam bilah diperkirakan masih sesuai dengan perbandingan daya motor penggerak,
sehingga jika lebih dari enam bilah kapasitas pengadukannya sudah tidak efisien
lagi.
Tabel 2 Penentuan Jenis Pengaduk Terhadap Viskositas
C. Spesifikasi Bejana dan Letak Pengaduk

Di dalam proses spesifikasi bejana dan pletak pengaduk, maka hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan diameter pengaduk (d).
2. Menentukan lebar pengaduk (W).
3. Letak atau ketinggian dari pengaduk (h).
4. Volume bejana.
D. Algoritma Perancangan Bejana Berpengaduk

1. Menentukan bahan konstruksi


Dipilih bahan konstruksi yang sesuai dengan kondisi proses dan bahan yang akan dicampur.
2. Menentukan neraca massa
Menghitung massa umpan yang masuk ke dalam mixer sebelum pencampuran dan setelah
pencampuran.
3. Menentukan volume mixer (Tangki Pencampur)
Menghitung densitas komponen umpan dengan persamaan sebagai berikut:

(1)
= .
Dengan:
= massa jenis (kg/m3)
, , = konstanta
= temperatur kritis (K)
4. Menentukan dimensi mixer (Tangki Pencampur)
Dimensi mixer ditentukan dengan memperhatikan dimensi standar.
5. Menentukan Tebal Shell, Tebal Head, dan Tinggi Head.
6. Menentukan dimensi pengaduk.
7. Menentukan jumlah pengaduk.
8. Menentukan kecepatan pengadukan.
9. Menentukan power pengaduk
E. Sifat-Sifat Bahan Baku yang Digunakan Pada Bejana Berpengaduk

Bahan Baku Utama

1. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPs)


Adapun sifat-sifat fisika RBDPs adalah sebagai berikut:
Berat molekul : 312 gram/mol
Titik leleh : 70,1oC
Titik didih : 291 oC
Berbentuk padatan
Berwarna putih kekuningan
Berbau khas

Adapun sifat-sifat kimia RBDPs adalah sebagai berikut:


Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, sangat larut dalam alkohol
panas, dan eter.
Dengan alkohol membentuk ester asam lemak menurut reaksi esterifikasi biasa.
Rantai alkil (R) bisa berupa rantai karbon jenuh atau tak jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh dapat dihidrogenasi membentuk ikatan jenuh.
Ikatan karbon tak jenuh mudah teroksidasi oleh oksigen di udara.
Bersifat asam dalam air, dengan air membentuk ion H3O+.
Bereaksi dengan basa membentuk garam.
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Adapun sifat-sifat fisika Natrium Hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut:
Berat molekul : 40 gram/mol
Titik leleh pada 1 atm : 318,4oC
Titik didih pada 1 atm : 1390 oC
Densitas : 2130 gram/cm3
of kristal : -426,73 Kj/mol
Kapasitas panas 0oC : 80,3 J/K.mol

Adapun sifat-sifat kimia Natrium Hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut:


Termasuk dalam golongan basa kuat, sangat larut dalam air.
Bereaksi dengan CO2 di udara membentuk Na2CO3 dan air.
Bereaksi dengan asam membentuk garam.
Bereaksi dengan Al2O3 membentuk AlO2- yang larut dalam air.
Bereaksi dengan halida (X) menghasilkan NaOX dan asam halida.
Bereaksi dengan trigeliserida membentuk sabun dan gliserol.
Bereaksi dengan ester membentuk garam dan senyawa alkohol.
Bahan Baku Pembantu
1. Air (H2O)
Adapun sifat-sifat fisika air (H2O) adalah sebagai berikut:
Berupa zat cair pada suhu kamar.
Berbentuk heksagonal.
Tidak berbau, berasa, dan tidak berwarna.
Berat molekul : 18 gram/mol
Titik beku pada 1 atm : 100oC
Densitas pada 30oC : 995,68 kg/m3
Tegangan permukaan pada 25oC : 71,97 dyne/cm
Indeks refraksi pada 25oC : 1,3325
Viskositas pada 30oC dan 1 atm : 8,949 Mp
Koefisien difusi pada 30oC : 2,57 x 10-5 cm2/dt
Konstanta disosiasi pada 30oC : 10-4
Panas ionisasi : 55,71 Kj/mol
of pada 25oC : -57,8 kkal/mol
vl pada 100oC : 9,717 kkal/mol
Konstanta dielektrik : 77,94
Kompresibiliti isotermal : 45,6 x 10-6
Panas spesifik pada 25oC : 4,179 J/goC
Adapun sifat-sifat kimia air (H2O) adalah sebagai berikut:
Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon dioksida, monoksida
membentuk gas sintetis (dalam proses gasifikasi batubara).
Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium, dan logam-logam reaktif lain
membebaskan H2.
Air bersifat amfoter.
Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa kalium dan asam
sulfat.
Bereaksi dengan trigliserida (minyak/lemak) menghasilkan asam lemak dan gliserol
(reaksi hidrolisis trigliserida).
Air dapat berfungsi sebagai media reaksi dan atau katalis, misalnya dalam reaksi
substitusi garam-garam padat dan perkaratan permukaan logam-logam.
Dengan anhidrid asam karboksilat membentuk asam karboksilat.
2. Gliserin
Adapun sifat-sifat fisika gliserin adalah sebagai berikut:
Berat molekul : 92 gram/mol
Titik lebur pada 1 atm : 17,9oC
Titik didih pada 1 atm : 290oC
Densitas : 1,26 gram/cm3
of : 139,8 kkal/mol

Adapun sifat-sifat kimia gliserin adalah sebagai berikut:


Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis.
Larut dalam air dan alkohol dengan semua perbandingan.
Tidak larut dalam eter, benzena, dan kloroform.
Senyawa turunan alkohol (polialkohol) dengan tiga gugus OH.
Dengan asam nitrat membentuk gliserol trinitrat.
Bersifat Higroskopis sehingga digunakan sebagai pelembab.
Bereaksi dengan kalsium bisulfat membentuk akrolein.
3. Surfaktan yang digunakan (EDTA)
Adapun sifat-sifat fisika EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) adalah sebagai berikut:
Zat cair bening pada suhu kamar.
Berat molekul : 118 gram/mol.
Titik lebur pada 1 atm : 11oC
Titik didih pada 1 atm : 117oC
Densitas : 0,919 gram/cm3

Adapun sifat-sifat kimia EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) adalah sebagai berikut:
Membentuk ion kompleks dengan logam-logam golongan transisi.
Bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi berkatiliskan ion logam.
Dapat mencegah penggumpalan darah.
Melarutkan kerak logam dengan pembentukan senyawa kompleks yang larut.
Digunakan sebagai antibasi dalam panganan.
Larut dalam air.

4. Pewangi
Jumlah yang ditambahkan tergantung kebutuhan, tetapi biasanya 0,5 5% untuk campuran
sabun. Pewangi yang biasa dipakai adalah Essential Oils dan Fragrance Oils
F. Proses-Proses yang Terjadi Pada Pembuatan Sabun

1. Proses Saponifikasi Trigliserida

Proses ini merupakan proses yang paling tua diantara proses proses yang ada, karena bahan baku
untuk proses ini sangat mudah diperoleh. Dahulu digunakan lemak hewan dan sekarang telah
digunakan pula minyak nabati. Pada saat ini, telah digunakan proses saponifikasi trigliserida system
kontinu sebagai ganti proses saponifikasi trigliserida system batch. Reaksi yang terjadi pada proses ini
adalah :

RCO-OCH2 CH2 - OH

RCO-OCH + 3 NaOH 3 RCOONa + CH - OH

RCO-OCH2 CH2 - OH
Trigliserida Soda Kaustik Sabun Gliserol
2. Proses Netralisasi Asam Lemak

Proses ini menggunakan Asam Lemak sebagai bahan baku di samping basa
alkali. Pada proses ini tidak dihasilkan gliserol tetapi dihasilkan air sebagai
produk samping. Reaksi yang terjadi adalah reaksi antara asam lemak dengan
basa kuat.

3. Proses Saponifikasi Metil Ester Asam Lemak


Metil ester asam lemak dihasilkan dari reaksi inter-esterifikasi trigliserida dengan
metanol dengan bantuan katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut:

RCO-OCH2 CH2 - OH

RCO-OCH + 3 CH3OH 3 RCOOCH3 + CH - OH

RCO-OCH2 CH2 - OH
Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol
G. Pemilihan Proses Pada Pembuatan Sabun

1. Suhu Operasi
Proses saponifikasi trigliserida dapat berlangsung pada suhu kamar dan prosesnya sangat
cepat sehingga sesuai untuk produksi skala besar. Pada proses industri, suhu reaksi
saponifikasi dipilih berada di atas titik cair bahan baku dan biasanya berada di bawah
titik didih air (tekanan operasi 1 atm). Hal ini bertujuan:
Memudahkan pencampuran antar reaktan.
Daya pengadukan dapat direduksi menjadi lebih kecil.
Transportasi cairan melalui pompa-pompa dan pipa-pipa lebih mudah karena
viskositas berkurang.
Jika suhu berada di atas titik didih air, maka tekanan dalam reaktor lebih besar dari 1
atm untuk menghindari penguapan air.
2. Pengadukan
Trigliserida, asam lemak dan metil ester asam lemak sukar larut dalam air, sedangkan basa
seperti NaOH sangat larut dalam air. Sehingga jika didiamkan akan terbentuk dua lapisan
terpisah dan reaksi hanya akan berlangsung pada daerah batas dua permukaan tersebut,
akibatnya reaksi menjadi lambat. Untuk menghindari hal ini, maka pengadukan yang cukup
kuat diperlukan agar seluruh partikel reaktan dapat terdispersi satu sama lain den dengan
demikian laju reaksi dapat ditingkatkan.

3. Konsentrasi Reaktan
Dalam reaksi kimia, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah pada saat awal reaksi,
dimana masih terdapat banyak reaktan dan sedikit produk. Karena air merupakan produk
reaksi, maka menurut prinsip kesetimbangan akan menghambat pembentukan sabun dan
membuat laju reaksi semakin kecil. Untuk menghindari hal ini, maka seharusnya tidak
digunakan air yang berlebihan dalam umpan (larutan NaOH dan NaCl) dengan cara membuat
konsentrasi larutan ini sepekat mungkin
Spesifikasi Bejana Berpengaduk Alas Datar

Di dalam industri pembuatan sabun yang akan menggunakan bejana berpengaduk ini, maka
terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam proses perancangannya, yaitu:
1. Sifat-sifat bahan baku yang digunakan selama proses reaksi.
Telah dibahas pada Bab II sebelumnya, bahwa beberapa bahan baku memiliki sifat kekorosian
yang dapat menyebabkan korosi pada bejana berpengaduk. Untuk itu, sebagai pertimbangan akan
digunakan bahan konstruksi dari bejana berpengaduk seperti alumunium, carbon steel, dan
sejenisnya yang tahan terhadap korosi. Untuk pengaduknya (agitator), hal yang perlu
dipertimbangkan adalah pemilihan jenis impellernya. Dikarenakan produk yang akan dihasilkan
berupa sabun padat. Sehingga diperlukan adanya tinjauan mengenai pengaduk yang akan
digunakan.
2. Proses-proses yang terjadi selama di dalam bejana berpengaduk.
Selama proses reaksi yang terjadi, terdapat reaksi yang akan berlangsung
dengan melepaskan sejumlah energi yaitu berupa kalor dari pencampuran bahan baku.
Selain itu, pada saat reaksi, akan terbentuk produk-produk sampingan berupa gliserol.
Untuk itu, sebagai pertimbangan, maka dalam proses perencanaan alatnya akan
digunakan bahan konstruksi yang memiliki ukuran tertentu terhadap produk yang
dihasilkan. Selain itu, perlu diperhatikan terhadap ketebalan dari bejana.

3. Kondisi operasi yang diinginkan pada saat proses industri.


Sebagaimana yang telah dibahas pada Bab II, bahwa reaksi saponifikasi
dapat berlangsung pada suhu kamar. Pada proses industri, suhu reaksi saponifikasi
dipilih berada di atas titik cair bahan baku dan biasanya berada di bawah titik didih air
(tekanan operasi 1 atm). Dalam hal ini, pertimbangan yang dapat diambil adalah
mengenai suhu operasi dan tekanan operasi pada bejana berpengaduk selama proses
reaksi.
Tangki Pencampur Berpengaduk
Fungsi : mencampur semua bahan baku dalam proses
pembuatan sabun.
Jenis : Silinder tegak, alas datar, tangki terbuka.
Bahan : carbon steel, SA-283 grade C
Kondisi : 90oC , 1 atm

Gambar 3. Ilustrasi Desain Bejana Berpengaduk Industri Sabun


Perhitungan Bejana Berpengaduk Alas Datar

Dalam hal ini, diasumsikan volume tangki atau bejana adalah 200 liter. Berdasarkan
pertimbangan dari seluruh aspek, berupa pembahasan mengenai sifat-sifat fisika dan kimia
dari bahan baku proses, maka diperoleh algoritma-algoritma dalam perancangan bejana
berpengaduk, antara lain:
1. Bahan Konstruksi
Bahan : carbon steel, SA-283 grade C
Berupa golongan dari logam paduan yang tahan lama terhadap korosi.
2. Neraca Massa
Komposisi Bahan Dalam Tangki Bahan Baku

Komponen Massa (kg/jam) Densitas (kg/m3)


Sabun 142,687 1029
EDTA 3,294 860
Gliserin 12,298 1261
Pewangi 8,439 912,28
H2O 59,327 1
Total 226,189 4063,28

Densitas campuran = 4.063,28 kg/m3 = 253,5486 lbm/ft3


dengan 1 kg/m3 = 0,0624 lbm/ft3
Solusi yang Diberikan atas Perancangan Bejana Berpengaduk
Sehingga berdasarkan pertimbangan dan perhitungan terhadap perencanaan desain bejana
berpengaduk, maka diperoleh solusi sebagai berikut:
Bahan konstruksi dari tangki yang akan dibuat yaitu carbon steel dikarenakan lebih
tahan terhadap korosi.
Pengaduk yang akan dirancang adalah jenis screw dan six blade flat turbin dikarenakan
viskositas yang tinggi serta fluida yang terlalu kental, bahkan sebagai produk akhir
berupa padatan.
Perhitungan terhadap desain bejana berpengaduk telah terlampir pada sub 4.2
sebagaimana diinginkan merancang bejana berpengaduk dengan volume 0,2 m3 atau 200
liter.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari permasalahan pada pemicu 1 adalah sebagai berikut:
Dasar perancangan terhadap unit pabrik secara internasional mengacu pada ASME
(American Society of Mechanical Engineers).
Perlunya diperhatikan bahan baku proses yang akan digunakan dalam suatu alat yang
akan didesain demi ketahanan alat tersebut terhadap material.
Tangki pencampur berpengaduk untuk industri sabun ini dirancang sesuai dengan
basis volume yang diinginkan, yaitu 200 liter.
Bahan konstruksi dari tangki didasarkan terhadap bahan baku proses industri sabun,
sehingga dapat mengurangi korosi.
Pengaduk yang dirancang didasarkan pada viskositas dan jenis fluida reaktan beserta
produk akhir.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan makalah solusi ini adalah:
Sebaiknya perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap bahan baku yang digunakan
secara spesifik supaya mengetahui dampaknya bila digunakan pada alat proses yang
didesain.
Dilakukan perhitungan secara akurat terhadap ukuran dan spesifikasi alat yang akan
dirancang.

Anda mungkin juga menyukai