DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
Dasar Pertimbangan
Standar Teknik Proses Produksi dan Perencanaan
Standard teknik adalah serangkaian eksplisit syarat yang harus dilengkapi oleh bahan, produk, atau
layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal melengkapi satu atau lebih dari spesifikasi yang berlaku,
kemungkinan akan disebut sebagai berada di luar spesifikasi.
ASME, didirikan sebagai American Society of Mechanical Engineers, adalah asosiasi profesional
yang dalam kata-kata sendiri, Memperkenalkan seni, ilmu pengetahuan, dan praktik rekayasa multi
disiplin ilmu dan sekutu di seluruh dunia.
(ASME) adalah salah satu organisasi yang terkemuka di dunia yang mengembangkan dan
menerbitkan kode dan standar. ASME merupakan singkatan dari American Society Of Mechanical
Engineers. ASME didirikan pada tahun 1880 oleh Alexander Lyman Holley, Henry Rossiter
Worthington, John Edison Sweet dan Matthias N. Forney dalam menanggapi berbagai kegagalan
uap boiler tekanan berpembuluh.
ASME mendirikan sebuah komite pada tahun 1911 untuk merumuskan aturan untuk pembangunan
ketel uap (steam boilers) dan bejana tekan (pressure vessels) lainnya. Komite ini sekarang dikenal
sebagai Komite ASME Boiler & Pressure Vessel, dan bertanggung jawab untuk Kode ASME Boiler
dan Pressure Vessel.
Visi organisasi ini adalah menjadi organisasi utama untuk mempromosikan seni, ilmu
pengetahuan, praktek teknik mesin dan multidisiplin ilmu serta sekutu bagi masyarakat
yang beragam di seluruh dunia.
Perencanaan suatu bejana dan pengaduk dari mixer tank bertujuan untuk menentukan ukuran
dari bejana dan ukuran dari pengaduk itu dan juga untuk menentukan jenis pengaduk yang akan
dipakai serta menentukan kapasitas dari volume mixer tank, hal ini dikarenakan adanya suatu
hubungan antara ukuran suatu bejana dengan ukuran pengaduk yang seharusnya dipakai.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kapasitas dari pengadukan di dalam mixer tank
diantaranya adalah:
1. Diameter bejana.
2. Diameter pengaduk.
3. Jenis pengaduk.
4. Sudut kemiringan dari pengaduk.
5. Kecepatan putaran motor.
6. Viskositas dari fluida atau material yang diproses.
7. Berat jenis dari fluida.
Dari berbagai macam tipe pengaduk dan beberapa kondisi yang ada di dalam proses
pengadukan maka ada beberapa hubungan atau perbandingan antara ukuran dari bejana yang
digunakan dengan ukuran dari pengaduk yang digunakan.
Dimana :
h = Tinggi fluida/cairan.
Dt = Diameter bejana.
D = Diameter pengaduk.
d/6 = W = Lebar pengaduk
Di dalam proses spesifikasi bejana dan pletak pengaduk, maka hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan diameter pengaduk (d).
2. Menentukan lebar pengaduk (W).
3. Letak atau ketinggian dari pengaduk (h).
4. Volume bejana.
D. Algoritma Perancangan Bejana Berpengaduk
Adapun sifat-sifat kimia EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) adalah sebagai berikut:
Membentuk ion kompleks dengan logam-logam golongan transisi.
Bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi berkatiliskan ion logam.
Dapat mencegah penggumpalan darah.
Melarutkan kerak logam dengan pembentukan senyawa kompleks yang larut.
Digunakan sebagai antibasi dalam panganan.
Larut dalam air.
4. Pewangi
Jumlah yang ditambahkan tergantung kebutuhan, tetapi biasanya 0,5 5% untuk campuran
sabun. Pewangi yang biasa dipakai adalah Essential Oils dan Fragrance Oils
F. Proses-Proses yang Terjadi Pada Pembuatan Sabun
Proses ini merupakan proses yang paling tua diantara proses proses yang ada, karena bahan baku
untuk proses ini sangat mudah diperoleh. Dahulu digunakan lemak hewan dan sekarang telah
digunakan pula minyak nabati. Pada saat ini, telah digunakan proses saponifikasi trigliserida system
kontinu sebagai ganti proses saponifikasi trigliserida system batch. Reaksi yang terjadi pada proses ini
adalah :
RCO-OCH2 CH2 - OH
RCO-OCH2 CH2 - OH
Trigliserida Soda Kaustik Sabun Gliserol
2. Proses Netralisasi Asam Lemak
Proses ini menggunakan Asam Lemak sebagai bahan baku di samping basa
alkali. Pada proses ini tidak dihasilkan gliserol tetapi dihasilkan air sebagai
produk samping. Reaksi yang terjadi adalah reaksi antara asam lemak dengan
basa kuat.
RCO-OCH2 CH2 - OH
RCO-OCH2 CH2 - OH
Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol
G. Pemilihan Proses Pada Pembuatan Sabun
1. Suhu Operasi
Proses saponifikasi trigliserida dapat berlangsung pada suhu kamar dan prosesnya sangat
cepat sehingga sesuai untuk produksi skala besar. Pada proses industri, suhu reaksi
saponifikasi dipilih berada di atas titik cair bahan baku dan biasanya berada di bawah
titik didih air (tekanan operasi 1 atm). Hal ini bertujuan:
Memudahkan pencampuran antar reaktan.
Daya pengadukan dapat direduksi menjadi lebih kecil.
Transportasi cairan melalui pompa-pompa dan pipa-pipa lebih mudah karena
viskositas berkurang.
Jika suhu berada di atas titik didih air, maka tekanan dalam reaktor lebih besar dari 1
atm untuk menghindari penguapan air.
2. Pengadukan
Trigliserida, asam lemak dan metil ester asam lemak sukar larut dalam air, sedangkan basa
seperti NaOH sangat larut dalam air. Sehingga jika didiamkan akan terbentuk dua lapisan
terpisah dan reaksi hanya akan berlangsung pada daerah batas dua permukaan tersebut,
akibatnya reaksi menjadi lambat. Untuk menghindari hal ini, maka pengadukan yang cukup
kuat diperlukan agar seluruh partikel reaktan dapat terdispersi satu sama lain den dengan
demikian laju reaksi dapat ditingkatkan.
3. Konsentrasi Reaktan
Dalam reaksi kimia, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah pada saat awal reaksi,
dimana masih terdapat banyak reaktan dan sedikit produk. Karena air merupakan produk
reaksi, maka menurut prinsip kesetimbangan akan menghambat pembentukan sabun dan
membuat laju reaksi semakin kecil. Untuk menghindari hal ini, maka seharusnya tidak
digunakan air yang berlebihan dalam umpan (larutan NaOH dan NaCl) dengan cara membuat
konsentrasi larutan ini sepekat mungkin
Spesifikasi Bejana Berpengaduk Alas Datar
Di dalam industri pembuatan sabun yang akan menggunakan bejana berpengaduk ini, maka
terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam proses perancangannya, yaitu:
1. Sifat-sifat bahan baku yang digunakan selama proses reaksi.
Telah dibahas pada Bab II sebelumnya, bahwa beberapa bahan baku memiliki sifat kekorosian
yang dapat menyebabkan korosi pada bejana berpengaduk. Untuk itu, sebagai pertimbangan akan
digunakan bahan konstruksi dari bejana berpengaduk seperti alumunium, carbon steel, dan
sejenisnya yang tahan terhadap korosi. Untuk pengaduknya (agitator), hal yang perlu
dipertimbangkan adalah pemilihan jenis impellernya. Dikarenakan produk yang akan dihasilkan
berupa sabun padat. Sehingga diperlukan adanya tinjauan mengenai pengaduk yang akan
digunakan.
2. Proses-proses yang terjadi selama di dalam bejana berpengaduk.
Selama proses reaksi yang terjadi, terdapat reaksi yang akan berlangsung
dengan melepaskan sejumlah energi yaitu berupa kalor dari pencampuran bahan baku.
Selain itu, pada saat reaksi, akan terbentuk produk-produk sampingan berupa gliserol.
Untuk itu, sebagai pertimbangan, maka dalam proses perencanaan alatnya akan
digunakan bahan konstruksi yang memiliki ukuran tertentu terhadap produk yang
dihasilkan. Selain itu, perlu diperhatikan terhadap ketebalan dari bejana.
Dalam hal ini, diasumsikan volume tangki atau bejana adalah 200 liter. Berdasarkan
pertimbangan dari seluruh aspek, berupa pembahasan mengenai sifat-sifat fisika dan kimia
dari bahan baku proses, maka diperoleh algoritma-algoritma dalam perancangan bejana
berpengaduk, antara lain:
1. Bahan Konstruksi
Bahan : carbon steel, SA-283 grade C
Berupa golongan dari logam paduan yang tahan lama terhadap korosi.
2. Neraca Massa
Komposisi Bahan Dalam Tangki Bahan Baku
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan makalah solusi ini adalah:
Sebaiknya perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap bahan baku yang digunakan
secara spesifik supaya mengetahui dampaknya bila digunakan pada alat proses yang
didesain.
Dilakukan perhitungan secara akurat terhadap ukuran dan spesifikasi alat yang akan
dirancang.