Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bioproses dan Bioteknologi


Perkembangan bioteknologi dan industri bioproses sebenarnya telah
berkembang jauh sejak lama dan berkembang beriringan dengan perkembangan
manusia.
1. Pada Tahun 4000 - 6000 SM
Ketika menelusuri sejarah, maka akan menemukan bahwa perkembangan
bioteknologi dimulai ketika bangsa Mesir menggunakan khamir sebagai pengembang
roti. Selain itu, pada masa itu mereka juga menggunakan khamir sebagai bahan baku
pembuatan minuman beralkohol.
2. Pada Abad 14 M
Perkembangan bioteknologi berlanjut ketika pada abad ke-14 ditemukan
metode destilasi alkohol. Selain itu, ditemukan pula bahwa pada awal abad ke-14 ini
bangsa China dan juga Timur Tengah telah menggunakan bakteri asam laktat untuk
mengawetkan susu. Pada abad ke-14 ini, ditemukan pula bakteri asam asetat serta
seorang penjelajah terkenal, yakni Christoper Colombus mulai mengembangkan
fermentasi jagung.
3. Pada Abad 18-19 M
Pada abad ke-18, bioteknologi berkembang dengan cukup pesat. Hal ini
ditandai dengan:
Pada tahun 1800-an, Carlsberg mengembangkan starter untuk inokulum bir.
1803, Thenard menemukan khamir penghasil alkohol.
Pada tahun 1857, Edward Buchner menemukan mikrobia penghasil alkohol.
Makanan terfermentasi (Keju, yoghurt, tape, tempe, petis, terasi) mulai
dikembangkan dan diproduksi lebih lanjut
4. Abad 20 M (1900-1930)
Pada masa ini, perkembangan fermentasi dan antibiotika berkembang dengan
pesat. Masa ini juga merupakan periode yang penting dalam perkembangan
fermentasi gliserol, aseton, butanol dan juga enzim. Beberapa penemuan penting
yang ditemukan pada masa ini antara lain adalah:

4
Penemuan Pionase antibiotik yang dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas
geruginosa pada tahun 1901 oleh Rudolf Emmerich & Oscarlow.
Penemuan Clostridium penghasil aseton oleh Chaim Wismann pada tahun
1918.
Penemuan Penicilin yang dihasilkan oleh bakteri P. notatum yang digunakan
untuk menghambat Staphylococcus aureus oleh Alexander Flemming pada
tahun 1928.
Pfizer menemukan Aspergillus niger penghasil asam sitrat pada tahun 1923
Selman Waksman menemukan Streptomyces griseus, mikrobia penghasil
streptomisin.
PenemuanVaksin (Vaksin anti NCD, vaksin anti polio).
Penemuan Transformasi steroid (DOPA).
5. Tahun 1957
Tahun 1957 merupakan tahun yang penting dalam sejarah manusia. Hal ini
disebabkan karena Louis Pasteur menemukan khamir penghasil alkohol, fermentasi
vitamin, antibiotik, asam amino dan steroid. Selain itu, pengembangan produk-
produk alkohol untuk kepentingan non pangan (Etanol, Butanol, aseton, gliserol),
asam organik (Asam sitrat, asam asetat), teknologi fermentasi media cair, dan juga
teknologi biakan jaringan hewan juga dimulai pada tahun ini.
6. Tahun 1970-an
Sejak tahun 1970-an, Bioteknologi lahir kembali di dunia dan berkembang
sangat pesat sehingga dipercaya sebagai gelombang baru ekonomi dunia setelah
teknologi informasi. Kutipan tersebut benar adanya disebabkan karena pada masa ini
perkembangannya sangat maju, diantaranya:
Asam amino (Asam glutamat, lisin, aspartam).
Protein sel tunggal.
Enzim (amilase, glukosa isomerase, glukosa dehidrogenase).
Teknologi imobilisasi sel dan ensim.
Teknologi pengolahan limbah cair anaerob (Biogas).
Polisakarida bakteri (Xanthan, Trehalosa).
Pada tahun 1973, pertama kali gen berhasil diklon dan juga berlangsungnya
penelitian rekombinan DNA pertama oleh Cohen and Boyer.

5
Pada 1974, ekspresi gen terklon di jasad lain.
Pada tahun 1975, Teknologi hibridoma (Antibodi monoklonal) dan uji
diagnostik dengan antibodi dikembangkan.
Teknologi uji diagnostik dengan antibodi.
Vaksin artificial.
Insulin dari khamir.
7. Tahun 1980-2000
Pada tahun 1980, Bioteknologi modern mulai dikembangkan dengan adanya
teknologi DNA rekombinan. Model prokariotnya, E. Coli, digunakan untuk
memproduksi insulin dan obat lain bagi manusia. Hal ini merupakan sebuah
perubahan besar, hal itu disebabkan karena ekitar 5 % pengidap diabetes alergi
terhadap insulin hewan. Pada tahun 1992, FDA (Food and Drug Administration)
menyetujui makanan GM pertama dari Calgene. Dan pada tahun 2000, Human
Genome Project yang telah dimulai perkembangannya sejak tahun 1990 awal selesai
dirampungkan.
8. Tahun 2000-sekarang
Perkembangan industri bioproses dan bioteknologi berkembang pesat pada
masa sekarang. Hal itu dapat dilihat dari beberapa peristiwa seperti:
Produksi enzim murah untuk bioenergi
Biopolymer, Industrial enzim, asam-asam amino dan organik, Reagen dan kits,
Bioagrokimia, dll mulai dikembangkan dan diproduksi secara massal untuk
kepentingan industri.
Pengolahan limbah dan monitoring polusi, evaluasi keselamatan dan efikasi,
biostandarisasi, bioinformatik, dsb.
Immunomodulator, faktor pertumbuhan, protein darah, rekayasa sel dan
jaringan, terapi gen, dll.
Biomasa dan biogas, bibit dan tanaman artifisial, hewan dan tanaman
transgenik , dll.
Chip-chip DNA, Protein, Laboratorium pada permukaan Chip, Biosensor, dsb.
Selain itu, di berbagai universitas di dunia, jurusan-jurusan yang berkaitan
dengan bioteknologi dan bioproses mulai dikembangkan. Salah satunya pada
tahun 2008, dimana Universitas Indonesia mendirikan jurusan teknologi

6
bioproses yang merupakan jurusan teknologi bioproses pertama yang ada di
Indonesia.
(Jonathan, 2013).

2.2 Perkembangan Bioproses dan Bioteknologi


Futuris Amerika, Alvin Toffer (1980) membuat prognosa dalam
buku Gelombang Ketiga (The Third Wave) yang sangat terkenal. Prognosa itu berisi
tentang empat teknologi yang akan sangat berperan dalam kebudayaan manusia abad
20-21. Keempat teknologi tersebut adalah mikroelektronika, teknologi energi
alternatif, aeronautika, dan bioteknologi.
Revolusi biologi yang diawali dengan penemuan struktur sulur ganda (heliks)
molekul DNA (asam deoksiribo nukleat) oleh Watson dan Crick (1953) melejit pesat
dipertengahan tahun 1970-an dengan perkembangannya rekayasa genetika.
Perkembangan ini menjadikan bioteknologi sebagai bidang antar disiplin yang
memberi harapan untuk memecahkan problem yang dihadapi manusia. Padahal
penerapan proses-proses bioteknologis sebenarnya telah berabad-abad lamanya
dikenal dan dibudidayakan oleh umat manusia.
Di penghujung abad ke 20 bioteknologi telah menjadi salah satu penopang
kegiatan industri terutama di Negara-negara maju. Sebaliknya upaya pengembangan
dan penerapannya di Negara-negara berkembang masih banyak menghadapi masalah
dan dilemma. Hal ini karena bioteknologi memerlukan padat modal untuk penelitian
dan penerapannya. Selain itu, juga memerlukan dukungan sumber daya manusia
berupa pakar dan insinyur yang berkelayakan tinggi.
Pengetahuan manusia tentang bioteknologi berawal dari pembuatan makanan
dan minuman secara fermentasi. Seni pembuatan pangan terfermentasi tersebut telah
dikenal oleh masyarakat Babilonia sejak 6.000 tahun sebelum masehi (SM), jauh
sebelum Louis Pasteur mencetuskan temuannya tentang peran mikroba atau jasad
renik dalam fermentasi.
Minuman khas Jepang (sake), bir, anggur, keju, yoghurt, dan pangan
tradisional Indonesia (tempe, oncom, acar, dan peda) merupakan contoh hasil proses
bioteknologis tradisional. Tahapan ini disebut bioteknologi generasi pertama atau era
pra-pasteur. Tahap ini dicirikan oleh pemanfaatan atau pendayagunaan mikroba

7
(bakteri, kapang, khamir) untuk pengawetan dan atau pembuatan makanan/minuman.
Sampai tahun 1940-an penggunaan mikroba juga dikembangkan untuk produksi
bahan kimia (aseton-, butanol, asam sitrat) dan biomassa. Bioteknologi generasi
kedua dimulai ketika ditemukan penisilin oleh Fleming (1928/1929) dan permulaan
pengusahaannya dalam bentuk industry pada tahun 1944. Pada era ini (dan sampai
sekarang) kegiatan bioteknologis dwarnai oleh proses produksi industri antibiotika,
vitamin, dan asam-asam organic dengan fermentasi. Masa tersebut dikenal pula
sebagai era antiobiotika.
Bioteknologi generasi ketiga melejit secara pesat pada paruh tahun 1970-an,
dengan diterapkannya rekayasa genetika untuk memanipulasi dan memperbaiki sifat
organisme sebagai agen yang berperan penting dalam bioproses. Berbagai produk
farmasi dan kedokteran yang benilai tinggi seperti interferon, hormone, dan vaksin
diproduksi berkat rekayasa genetic ini. Teknologi hibridoma yang ditemukan oleh
Kohler dan Milstein (1985) membuka era ini untuk produksi antibody monokronal
(Mangunwidjaja, D, dan Ani Suryani, 1994). Kekhasan ini menyebabkan tahap
perkembangan ini dinamai bioteknologi baru.
Perkembangan bioproses/bioteknologis tidak lepas dari peran enzim, suatu
biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika reaksi enzimatik dan perkembangan
peralatan analisis, seperti kristalografi sinar X dan spektrofotometer massa yang
ditopang oleh rekayasa genetic tersebut telah memungkinkan para pakar biokimia
merekayasa struktur enzim sesuai dengan sifat yang diinginkan. Perekayasaan
struktur (tiga dimensi) enzim ini dikaji dalam bidang protein engineering yang saat
ini memberi corak perkembangan bioteknologi generasi keempat.
(Yagami, 2011).
Perkembangan penting secara kronologis bioteknologi baru disajiakan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Perkembangan Penting Bioteknologi Baru
Tahun Penemuan, Perkembangan, dan penemunya
1869 Penemuan molekul DNA (Miescher)
1944 Korelasi DNA dan bahan genetic (Avery)
1953 Struktur sulur (heliks) ganda dan prinsip replikasi DNA (Walson dan Crick)
1062/66 Mekanisme perpindahan informasi genetik Sandi genetic, r-RNA, t-RNA

8
1972 Pengurutan endonuclease restriksi
1972/73 Rekombinasi in-vitro fragmen DNA dan penemuan
Plasmid sebagai vector (Cohen dan Boyer)
1975 Antibodi monoklonal (Kohler dan Milstein)
1976 Analisis urutan DNA (Sanger, Gilbert)
1977 Sintesis hormon Sanger dalam E. coli
1978 Sintesis kimiawi gen
1982 Pemasaran insulin yang diproduksi oleh bakteri rekombinan (imuntri: Elie,
Lily)
1987 Produksi secara indusri TPA ( tissue plasminogen activator) (Kidder, Peabody
& Co.)
(Yagami, 2011).

2.3 Ruang Lingkup Bioproses dan Bioteknologi


Banyak batasan dikemukan oleh berbagai lembaga atau perguruan tinggi untuk
menjelaskan bioteknologi. Beberapa di antaranya diberikan oleh OECD
(Organization for economic Coorperation and Development), OTA-US Congress
(Office of Technology Assessment of US Congress), dan EFB (European
Federation of Biotechnology) seperti disebutkan berikut ini.
Bioteknologi merupakan penerapan prinsip prinsip ilmu pengetahuan dan
kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen
biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa (OECD,1982). Bioteknologi adalah
teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat atau
memodifikasi suatu produk dan meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau
hewan atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus (OTA-
US,1982). Suatu batasan lain menyatakan bahwa bioteknologi merupakan
penggunaan terpadu biokimia, mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengan
bantuan mikroba bagian-bagian mikroba atau sel dan jaringan organisme yang lebih
tinggi dalam penerapannya secara teknologis dan industri (EFB, 1983).
Dalam kaitan dengan kegiatan ini, maka bioindustri dapat diartikan sebagai
penerapan bioteknologi pada kegiatan industri atau industri yang menerapkan

9
prinsip-prinsip bioproses. Fermentasi merupakan proses produksi suatu bahan
dengan bantuan mikroba (dengan cara transformasi atau konversi).
Teknologi enzim mencakup teknik memproduksi suatu produk dengan bantuan
enzim, isolasi, dan pemurnian enzim. Penerapan secara industri rekayasa enzim telah
berkembang dan membuka era baru dengan teknik imobilisasi yang merupakan
teknik pengekangan atau pengikatan enzim dalam suatu carrier padatan. Dengan
teknik ini enzim dapat digunakan lagi secara terus menerus.
Rekayasa genetika mencakup teknik-teknik yang memungkinkan materi
genetic suatu organisme hidup dimodifikasi. Dengan teknik tersebut sifat-sifat baru
dapat dibentuk ke dalam organisme. Tiga teknik mutakhir yang melejitkan
bioteknologi adalah teknilogi rekombinasi DNA, fusi sel (teknologi hibridoma, fusi
protoplasma), dan amplifikasi gen.
Berdasarkan pengertian bioteknologi di atas maka kegiatan atau sector
industri/jasa yang dapat dimasuki oleh bioteknologi sangat banyak jenis dan
ragamnya. Seperti kedokteran, farmasi, pertanian, agroindustri, kimia, energi, dan
lingkungan.
(Yagami, 2011).

2.4 Kinerja Bioproses dan Bioteknologi


Kinerja (performance) bioproses sangat ditentukan oleh daya guna (efesinsi)
dan tingkat keterulangannya (reproduksibilitas). Dalam pengembangan proses
bioindustri, prinsip-prinsip kerekayasaan amat bermanfaat dalam hal-hal sebagai
berikut:
1. Identifikasi produk, substrat, dan produk-produk antara
Secara umum substrat yang digunakan dalam bioproses adalah substrat karbon
terasimilasi yang dapat berupa sumber karbon asal pertanian (sakarosa, tetes,
pati, glukosa, laktoserum atau whey, selulosa, dan limbah nabati), sumber
karbon anorganik (CO2/karbonat). Rendemen dapat ditentukan berdasarkan
nisbah metabolit atau biomassa yang diperoleh terhadap substrat yang
digunakan. Memaksimumkan rendemen ini adalah tujuan utama
bioprosesn. Pemilihan substrat dan komposisi media di satu pihak tergantung

10
pada kendala teknik (konsentrasi dan rendemen maksimum,
purifikasi). Dipihak lain tergantung pada kendala ekonomik (harga keamanan).
2. Stoikiometri proses
Dalam suatu bioproses, neraca bahan yang pasti tidak selalu
bersedia. Meskipun demikian, informasi dapat diambil secara rinci berdasarkan
nisbah (rasio) berbagai produk dan substrat (sebagi contoh sumber karbon,
sumbar nitrogen, permasokan oksigen) dan zat antara (intermediate) dan
keragaman nisbah tersebut menanggap perubahan lingkungan. Dalam berapa
proses fermentasai, misalnya produksi protein sel tunggal (PST) dan
hidrokarbon dan neraca energi juga mempunyai peran yang penting.
3. Kinetika laju bioproses
Acap kali masalah pada butir (1) dan (2) di atas tidak dapat diselesaikan tanpa
memperhatikan skala waktu. Pada proses curah (batch) perubahan produk, zat
antara dan substrat merupakan hal yang penting karena melibatkan waktu
proses. Oleh karena itu. Laju dan kinetika proses merupakan informasi yang
diperlukan. Sebaliknya dalam biproses sinambung, rancangbangun dan analisis
bioraktor pada umumnya didasarkan atas laju prubahan tersebust dan laju
dilusi.Pemahaman kinetika bioproses diperlukan untuk menentukan teknologi
yang tepat dan strategi kondisi operasi dengan tujuan akhir untuk
memaksimalkan produksi dan konsentrasi produk. Masalah purifikasi dan
pemisahan metabolit yang dihasilkan juga membawa akibat yang berarti pada
optimasi proses.Berdasarkan hal-hal tersebut instrumentasi dan pengendalian
proses juga merupakan hal yang sangat penting dalam bioproses.
4. Rancang bangun reaktor
Informasi (1), (2), dan (3) diperlukan sekali untuk tujuan akhir dari kajian
rekayasa bioproses, yakni rancangan dan analisis bioraktor. Meskipun
fermentor dengan penampakan lain, seperti fermentor menara yang banyak
digunakan.Perancangan umumnya melalui tiga tahapan skala yakni (1) skala
laboratorium yang merupakan tahapan seleksi mikroba, (2) skala pilot-plant
untuk menerapkan kondisi optimal, dan (3) skala industri yang diterapkan
dengan mempertimbangkan ekonomi dan finansial bioproses tersebut.
(Yagami, 2011).

11

Anda mungkin juga menyukai