Dampak dan patofisiologi kejang, berbeda antara pada laki laki dan
perempuan
Perubahan keseimbangan hormon perempuan dari usia menarche hingga
menopause, mempunyai pengaruh terhadap ambang kejang, obat anti
epilepsi (OAE), dan sebaliknya.
Peningkatan penyakit sindrom polikistik ovarium, penurunan libido,
infertilitas, dan menopause dini banyak terjadi pada perempuan dengan
epilepsy
DEFINISI
Faktor risiko seperti trauma otak, gangguan metabolik, tumor otak, infeksi,
stroke, inflamasi dan hipoksia ketidakseimbangan neurotransmisi
eksitator dan inhibitor
Perubahan struktur glia kadar potassium meningkat kejang
Terganggunya GABA inhibitor
Estrogen merupakan prokonvulsan yang sangat kuat, sedangkan
progesterone merupakan antikonvulsan
KLASIFIKASI BANGKITA KEJANG
KLASIFIKASI EPILEPSI PADA PEREMPUAN
1. Epilepsi Katamenial :
Pola kejang yang berkaitan dengan siklus menstruasi.
Epilepsi katamenial memiliki tiga pola berkaitan dengan
siklus menstruasi yaitu perimenstrual ( kadar esterogen
dan pregesteron rendah), periovulatory (kadar
esterogen tinggi,sementara kadar progesterone rendah
) dan fase luteal inadekuat ( kadar progesterone
inadekuat)
Epilepsi katamenial cenderung lebih berat pada
perempuan yang memiliki kadar esterogen yang lebih
besar dari pada kadar progesterone atau ketika kadar
hormon tersebut berubah dengan sangat cepat
Herzog, AG. Catamenial Epilepsy : Definition, Prevalence,
Pathophysiology, and Treatment. Seizure. 2008 (17); 151- 159
KLASIFIKASI EPILEPSI PADA PEREMPUAN
Perimenopause Menopause
Definisi Masa peralihan dari masa reproduktif Tidak terjadinya menstruasi selama 1 tahun
ke masa non-reproduktif dimana tidak ada kondisi patologis atau
kelainan psikologis yang menjadi penyebab.
Hormon Estrogen yang bersirkulasi secara Hormon esterogen rendah dan stabil
bertahap menurun
Progesterone juga menurun pada fase
luteal
Rasio Estrogen/ progesterone fluktuatif Estrogen/ progesterone stabil
Frekuensi >> <<
kejang
DIAGNOSIS
Absence
Asam Valproate, valproate, ethosuximide
Kejang tonik-klonik
Asam valproate, valproate, phenytoin, carbamazepine, lamotrigine, gabapentine
Partial
Asam valproate, valproate, phenytoin, carbamazepine, lamotrigine, gabapentine,
phenobarbital
Mioklonik
Asam valproate, valproate, clonazepam, acetazomlamide, primidone,
phenobarbital
PENATALAKSANAAN
Terapi Hormon
Klomifen, suatu antagonis murni estrogen dan Gonadotopin-Releasing Hormone
(GnRH) sintetis dilaporkan efektif untuk mengurangi kejang pada beberapa
perempuan dengan epilepsi. Namun terapi yang menghambat atau menekan
estrogen dapat menyebabkan implikasi negatif untuk kesehatan tulang,
kardiovaskular, dan fungsi kognitif
Pemberian dosis tinggi progesterone diperlukan bila diberikan bersama anti kejang
seperti karbamazepin, fenitoin dan barbiturate. Karena diketahui obat obatan
tersebut meningkatkan metabolisme hepar. Pemberian progesterone yang
berlebihan dapat menyebabkan efek samping yaitu sedasi, depresi dan asthenia.
Progesteron juga dapat menyebabkan nyeri payudara, penambahan berat badan,
siklus menstruasi yang irregular, dan terkadang konstipasi.
PENATALAKSANAAN
Gabapentin 2400-4800 mg/hari Sebagai terapi add on pada epilepsi fokal, tersedia
dalam bentuk tablet, adalah tidak ada interaksi dengan
obat lain.
Topiramat 75-400 mg/hari Obat dengan spektrum luas pada epilepsi fokal dan
umum sekunder
PENATALAKSANAAN
Perempuan menopause
Direkomendasikan terapi sulih hormone campuran estrogenik seperti 17- B-
estradiol dengan progesterone pada pasien ini.4 Dengan dosis yang
ditingkatkan setelah control selama 3 bulan.
OAE- penginduksi enzim jenis dapat mempengaruhi metabolisme kalsium dan
menekan produksi bentuk vitamin D aktif yang akan meningkatkan risiko
gangguan pada tulang sepeti osteoporosis, osteopenia, osteomalasia, dan
fraktur.
Sehingga dianjurkan mengkonsumsi vitamin D, suplemen kalsium, olahraga,
serta menghindari alkohol dan rokok untuk meminimalkan kehilangan massa
tulang dan osteoporosis
PENATALAKSANAAN
Terapi bedah
Akhir akhir ini terapi bedah saraf semakin dipertimbangkan untuk pasien
dengan epilepsi terus menerus, refrakter terhadap dosis maksimal antikonvulsan
terutama pada pasien dengan lokasi onset kejang yang jelas. Sekarang ini
dengan pencitraan MRI telah dapat diidentifikasi lesi kecil lobus temporal, sclerosis
atau kelainan perkembangan (hamartoma) yang sebelumnya tidak dapat
dideteksi oleh CT-scan. Pada pasien lain dimana tidak ada lesi pencitraan, maka
fokus epileptogenic dapat dideteksi dari elektrofisiologi. Pasien ini dapat menjalani
operasi pembedahan untuk menghilangkan jaringan epileptogenic.Pada kasus
simtomatik lain yang kurang spesifik, prosedur bedah dapat diindikasikan, termasuk
hemisferektomi dan prosedur prosedur pemutusan hubungan, seperti
pemotongan korpus kalosum. Pada semua kasus, terapi bedah hanya dilakukan
pada pasien pasien terpilih, dinilai pusat studi saraf, termasuk penentuan fungsi
jaringan yang akan dihilangkan
PENATALAKSANAAN
Penelitian
menunjukkan Kejang merusak
bahwa lateralisasi hipotalamus yang
epilepsi di lobus berfungsi Infertil
temporal berkaitan mengontrol produksi
dengan disfungsi hormone steroid
reproduktif.
Prognosis