karakteristik kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan, hilangnya tonus otot atau gerakan, serta gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi suatu geala. (Arif, Muttaqin. 2011) Epilepsi adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) Faktor herediter Faktor genetik Kelainan kongenital otak, atropi, agenesis korpus kolosum. Infeksi, radang yang disebabkan virus atau bakteri pada otak dan selaputnya, seperti toxoplasmosis, meningitis. Trauma, contusio cerebri, hematoma subarachnoid, hematoma subdural. Neoplasma otak dan selaputnya. Kelainan pembuluh darah, malformasi dan penyakit kolagen. Keracunan (timbal, kamper/kapur arus, fenotiazine). Kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik Napas sesak dan jantung berdebar Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat Tidak dapat berbicara secara langsung Gigi geliginya terkancing Hitam bola matanya berputar- putar Keluar busa di mulut dan diikuti dengan buang air kecil Berdasarkan tanda-tanda klinik dan data EEG, kejang yang dialami menjadi kejang umum ( Generalizer seizure ) jika aktivitas ini terjadi pada kedua hemisfere otak secara bersama.sama Maka kejang biasanya dibagi menjadi : Atonic Seizure Tonic-Clonic convulasieun atau grand mal Myoclonic Seizure Klasifikasi epilepsi lainnya yaitu kejang parsial/ focal yang dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang parsial ini terbagi menjadi : Comple partial Seizure Simple Partial Seizure CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) Elektroensefalogram(EEG) Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah. Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak Kerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang berulang. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas. Komplikasi utama yang berkaitan dengan kejang umum. Kejang disebabkan oleh kontak neuro serebral yang beraturan, cepat dan tiba-tiba. Tatalaksana fase akut (saat kejang) Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Pengelolaan pertama untukserangan kejang dapat diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit. Terapi medikamentosa: Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproat. Terapi bedah: Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan. Terapi nutrisi: Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada anak penderita epilepsi. Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini. Mencegah terjadinya cedera kepala dengan menggunakan alat pengaman kepala seperti helm Perjalanan dan prognosis penyakit untuk anak-anak yang mengalami kejang bergantung pada etiologi, tipe kejang, usia pada awitan, dan riwayat keluarga serta riwayat penyakit. Pasien epilepsi yang berobat teratur, sepertiga akan bebas serangan 2 tahun, dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat dihentikan, pasien tidak mengalami sawan lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak akan mengalami remisi. Meskipun minum obat dengan teratur. Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik klonik dan sawan parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah relaps sesudah remisi. Prognosis setelah dilakukan terapi status epileptikus lebih baik daripada dilaporkan sebelumnya. Mayoritas anak kemungkinan tidak mengalami gangguan intelektual. Kemungkinan besar anak yang menderita gangguan kognitif atau meninggal dunia sudah memiliki riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, abnormalitas neurologik, atau menderita penyakit serius yang berulang. Epilepsi adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara. Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.