Anda di halaman 1dari 4

NO Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking

1 P Ya Jurnal 1: Dengan kandungan madu dapat mempercepat penyembuhan


luka dan didukung dengan metode modern dressing diharapkan dengan
kolaborasi kedua bahan tersebut proses penyembuhan luka diabetik bisa
lebih cepat dan maksimal. Populasi 30 orang.

Jurnal 2 : Kondisi
luka diabetikum harus dijaga, perawatan harus optimal, tepat dan
kontinyu supaya tidak terjadi infeksi yang merupakan salah satu faktor
yang menghambat penyembuhan luka. Menjaga kelembaban luka
(moisture balance) pada lingkungan luka akan mempercepat proses
penyembuhan luka. Dengan perawatan luka tertutup maka keadaan yang
lembab dapat tercapai. Popiulasi 40 orang.

CT Jurnal 1 : Madu mempunyai kadar osmolaritas tinggi sehingga dapat


menghambat pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses
penyembuhan luka.(Situmorang, 2009)
Modern dressing adalah memberikan lingkungan yang lembab,
memberikan dukungan pergerakan epitel dan memfasilitasi penutupan
luka. Pemilihan balutan yang baik akan mendukung penyembuhan luka
dengan memberikan lingkungan yang lembab dan kontinue. (potter &
perry,2010)

CT Jurnal 2 : Moisture balance adalah perawatan luka dengan konsep


lembab yang dilakukan secara kontinyu akan mempercepat pengurangan
luka dan mempercepat proses pembentukan jaringan granulasi dan
reepitelisasi.

2 I Ya Jurnal 1 : penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre-experimental


dengan rancangan one group pretest-posttest. Luka dibalut dengan
balutan yang diolesi madu yang dapat menciptakan kelembaban dan
tidak dapat dipengaruhi lingkungan.

Jurnal 2 : Dalam penelitian ini menggunakan pra-eksperimen dengan


pendekatan prospektif. Pengambilan data menggunakan lembar
observasi baku untuk mengobservasi luka berdasarkan pedoman
certified wound care clinician (CWCC) terdiri dari 10 item observasi
(luas luka, kedalaman, tepi
luka, goa, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka,
jaringan yang edema,jaringan granulasi, dan epitelisasi). Moisture
balance memfasilitasi proses penyembuhan luka dijaga dengan memilih
jenis balutan yang sesuai sehingga luka terjaga kelembabannya.
(Dr.Suranto Adji, 2007)

CT Jurnal 1: Madu menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi


oleh lingkungan hal ini yang menyebabkan bahwa madu sangat baik
diserap oleh kulit (Molan, 2006).
Rancangan penelitian one group pretest-postest design ini tidak
menggunakan kelompok control, namun sudah dilakukan observasi
pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan
yang terjadi setelah adanya eksperimen. (Notoatmojo,2010)
Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan
yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon
signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau
ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal. (Notoatmojo,
2010)

CT Jurnal 2 : Menyatakan bahwa perawatan luka dengan konsep lembab


yang dilakukan secara kontinyu akan mempercepat pengurangan luka
dan mempercepat proses pembentukan jaringan granulasi dan
repitelisasi. (Dr.Suranto Adji, 2007)
Desain Pra Eskperimental adalah penelitian eksperimen yang hanya
menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol,
serta pengambilan respondon tidak dilakukan randomisasi. Rancangan
prospektif sering disebut juga rancangan panel yaitu data temporal yang
paling sering dijumpai dalam hasil penelitian kesehatan adalah data
panelitian yang diambil dari sejumlah individu yang sama.
(Sugiyono,2011)

3 C Ya Jurnal 1 : Tidak memiliki kelompok control.

Jurnal 2 : Dalam penelitian ini ada kelompok control dan kelompok


perlakuan. Dengan mean pretest = 28,4 dengan kategori sedang dan
mean posttest = 19,3 dengan kategori baik.

CT jurnal 2 : Kelompok control adalah kelompok yang tidak di berikan


perlakuan dan untuk melihat perbedaan pada kelompok perlakuan.

Comparation kedua jurnal :


Jurnal 1 P = 0,001<0,05 dengan alpha =0,05. Dengan pengambilan data
menggunakan lembar observasi grade I-IV.
Jurnal 2 menggunakan Paired sampel t-test dan didapatkan nilai hitung
sebesar 16,772 dengan alpha 0,05. Nilai t kritis antara -2,201 sampai
2,201, sehingga t berada diluar daerah t kritis maka Ho ditolak. P value
0,000 (< 0,005). Dengan pengambilan data menggunakan lembar
observasi certified wound care clinician (CWCC) terdiri dari 10 item
observasi ((luas luka, kedalaman, tepi luka, goa, tipe eksudat, jumlah
eksudat, warna kulit sekitar luka, jaringan yang edema,jaringan
granulasi, dan epitelisasi)

4 O Ya Jurnal 1:
Berdasarkan penelitian perawatan luka diabetic metode modern dressing
menggunakan madu sangat efektif terhadap proses penyembuhan luka di
RSUD. Prof. Dr. Soekandar Mojosari dengan Wilxocon diperoleh hasil
p=0,001

Jurnal 2:
Perawatan luka dengan metode moisture balance efektif terhadap
penyembuhan luka pada ulkus diabetikum (t hitung= 16,722 (> 2,201); p
value 0,000 (< 0,005).

CT jurnal 1 : Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil


pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak.
Wilcoxon signed Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe
interval atau ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.
(Notoatmojo, 2010)

CT jurnal 2 :
Moisture balance adalah perawatan luka dengan konsep lembab yang
dilakukan secara kontinyu akan mempercepat pengurangan luka dan
mempercepat proses pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi.

KESIMPULAN

Penelitian menggunakan madu dengan metode modern dressing dan penelitian dengan metode
perawatan luka moisture balance sama-sama dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada ulkus
diabetikum. Menurut kelompok kami lebih efektif menggunakan moisture balance karena p
value nya 0,000 dengan pedoman pengambilan data menggunakan Certified Wound Care
Clinician (CWCC) terdiri dari 10 item observasi (luas luka, kedalaman, tepi
luka, goa, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka, jaringan yang edema, jaringan
granulasi, dan epitelisasi) sehingga lebih baik diterapkan dalam penyembuhan luka dibanding
dengan menggunakan madu.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L dan Suddart, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). Edisi 8. Jakarta: EGC
Dr. Suranto Adji, 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Marvinia, salia dan Widaryati, Efektifitas metode perawatan luka moisture balance terhadap
penyembuhan luka pada pasien ulkus diabetikum di klinik perawatan luka FIKES UMM.
Yogyakarta : Jurnal keperawatan STIKES AISYIYAH Yogyakarta.

Molan, P.C. 2006. Using Honey in Wound Care. International of Clinical Aroma therapy. Vol.
3 (2): 21-25

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Alih Bahasa oleh Renata Komalasari et al. Jakarta: EGC.

Siswantoro, Edy. 2014. Efektifitas perawatan luka diabetic metode modern dressing
menggunakan mau terhadap proses penyembuhan luka. Jawa Timur : Jurnal keperawatan dan
kebidanan

Situmorang, L.L. 2009. Efektivitas Madu terhadap Penyembuhan Luka Gangren Diabetes
Mellitus di RSUP H. Adam Malik Medan. TidakDiterbitkan. Skripsi. Sumatera Utara: PSIK FK
Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai