Anda di halaman 1dari 58

LINGKUNGAN TUMBUH

TANAMAN PADI
PRODUKSI PADI DIPENGARUHI

Jumlah malai / rumpun / satuan luas (ditentukan


oleh fase vegetatif)

Kepadatan malai.

% gabah isi (ditentukan oleh fase reproduktif).

Bobot 1000 butir gabah (ditentukan oleh fase


reproduktif).
PERKECAMBAHAN PADI
Infiltrasi Air
Yaitu peristiwa masuknya air menembus kulit biji.

Imbibisi melalui sel-sel aleuron


Yaitu proses pembengkakan biji karena terserapnya air oleh
zarrah-zarrah koloid. Kulit gabah yang tidak tahan terhadap
desakan dari dalam akan pecah sehingga calon akar dan
calon batang yang terdapat pada ujung benih keluar.

Cara Perkecambahan benih :


Benih direndam 24 jam, kemudian peram 48 jam, kemudian di
tabur pada media persemaian.
JENIS-JENIS PADI

Sub spesies Oryza sativa L, yaitu : indica (padi bulu), sinica


(japonica (/cere):
1. Indica/bulu
Banyak ditanam di daerah tropis
Cirinya ; tanaman tinggi & anakan banyak
Toleransi rendah terhadap suhu rendah
Respon terhadap pemupukan dosis rendah
Toleran terhadap kekeringan & tahan terhadap hama
penyakit
Gabah berbentuk antara agak panjang sampai panjang
Kandungan pati dan amilosa antara sedang sampai tinggi
JENIS-JENIS PADI
2. Sinica/Japonica/Cere
Beriklim sedang, seperti jepang, Portugal, spanyol,
Italia dan perancis. Tipe ini berasal dari cina
Rumpun lebih hijau dan daunnya lebih tegak
Anakan lebih sedikit dari indica
Tahan rebah & lebih responsif terhadap pupuk N dari
indica
Gabah lebih pendek dan lebih gemuk
Kandungan amilase lebih rendah dari indica
Rasa nasi pulen dan mengkilat
SYARAT-SYARAT TUMBUH

Hasil yang diperoleh merupakan


keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi.
1. IKLIM
Curah Hujan
Rata-rata minimal 200mm/bln, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah
hujan/tahun sekitar 1500-2000mm. Pengaruhnya pada pengairan dan
penggenangan.
Temperatur
Suhu panas merupakan temperatur yang sesuai, 20-38C. Pengaruh suhu
terhadap kehampaan pada biji ?? Padi sangat dipengaruhi oleh perubahan
suhu, pada suhu rendah akan menginisiasi terbentuknya malai, bila suhu
dibawah 15C di malam hari dapat menyebabkan buliran steril. Suhu di atas
21C pada saat pembungaan dibutuhkan untuk antesis dan penyerbukan.
SYARAT-SYARAT TUMBUH
Tinggi Tempat
Daerah antara 0-650 m dpl. > 1300 m dpl
tidak diusahakan karena pertumbuhan lambat
dan hasilnya rendah. Terkait dengan suhu???
Sinar Matahari
Fotosintesis, terutama pada saat tanaman
berbunga sampai proses pemasakan.
Menghendaki tempat yang terbuka.
SYARAT-SYARAT TUMBUH
Angin
Pengaruh positif dan negatif.
Musim
Musim berhub erat dengan hujan yang
berperan dalam penyediaan air dan
pembentukan buah (pengaruh negatif).
Latitude di antara 53LU - 35LS
SYARAT-SYARAT TUMBUH
2. TANAH
Tekstur Tanah
Merupakan komposisi bermacam fraksi-fraksi tanah,
yaitu pasir, debu dan lempung. Tanah dengan fraksi
pasir terbanyak tidak diinginkan, sedangkan yang
diinginkan adalah Lumpur.
Struktur Tanah
Struktur tanah untuk pertanian, khususnya sawah
adalah : permukaan air, lapisan oksidasi, lapisan besi,
lapisan reduksi dan lapisan subsoil. Tanah terbentuk
oleh beberapa bahan, sehingga terdapat rongga
halus yang disebut dengan pori tanah. Pori tanah
berisi air dan udara.
SYARAT-SYARAT TUMBUH
Air dan Udara dalam Tanah
Air berfungsi membantu penyediaan unsur hara.
Udara berfungsi untuk respirasi.
pH Tanah
3 10, Oftimum 6.5-7.0. Pada tanah yang
terendam, pH cenderung netral yaitu pH dari
tanah asam bertambah, tanah yang kekurangan
ion-ion Fe, N dan S; suplai dan kegunaan unsur-
unsur N, P, Si dan Mo diperbaiki, oleh karena
konsentrasi dari pelarut air Zn dan Cu berkurang;
produksi racun berkurang seperti metan, asam-
asam organik.
RAGAM BUDIDAYA TANAMAN PADI
Penggolongan teknik budidaya didasarkan pada :

1) Sumber air (sawah dan gogo)


2) Musim tanam (padi musim hujan dan padi musim kemarau)
3) Kedalaman air genangan
Gogo = tidak digenangi
Gogorancah = awal gogo, pertengahan - akhir
digenangi
Sawah = awal akhir digenangi
Pasang surut = tergantung pasang surutnya air laut
Rawa = genangan 50 cm 2 m.
1. PERSEMAIAN
Persemaian basah

Tanah dibajak dan garu, sampai tanah berlumpur rata, buat


bedengan setinggi 5 10 cm, lebar 1-1,5 m, antar
bedengan dibuat drainase.
Sebelum ditabur benih direndam selama 24 jam, benih
diinkubasi 36-48 jam. Jika tanah kurang subur dipupuk 60-
100 g N/M2. Setelah ditabur 5 hari, airi 1 cm selama 2 hari.
Setelah itu airi setinggi 5 cm. Sekali-sekali dikeringkan.
Bibit dipindahkan pada umur 20-30 hari. Sebelum dicabut,
genangi selama I hari.
Hasil bibit pertumbuhan rata, tapi perakaran kurang baik.
1. PERSEMAIAN
Persemaian Kering
Persiapan sama dengan persemaian basah, tapi pengolahan
tanah lebih dalam.
Pengolahan tanah tidak boleh dikerjakan sampai halus,
Why ?
Luas persemaian dan jumlah benih yang digunakan lebih
banyak dari persemaian basah (> 1/25 lahan dan benih >
25-40 kg/ha.
Setelah benih ditabur, kemudian ditutup tanah halus.
Selokan diantara bedengan diairi, siram pagi dan sore.
Bibit dipindahkan pada umur 20-30 hari.
Hasil bibit pertumbuhan tidak rata, tapi perakaran baik.
1. PERSEMAIAN
Persemaian Dapog
Dikenal di Filipina.
Persiapan sama dengan persemaian basah. Permukaan
tanah ditutup daun pisang/kantong semen atau plastic.
Benih ditabur. Pertumbuhan benih dapat menyerap
makanan dari putih lembaga. Sisi bedengan dipagari
pelepah pisang. Setiap hari daun pisang ditekan sedikit
demi sedikit, hingga hari keempat.
Bibit siap dipindahkan 9-14 hari.
Cara pemindahan tidak dicabut, tapi persemaian
dipotong, kemudian digulung seperti karpet.
2. PENGOLAHAN TANAH PADI SAWAH
Menurut De Datta pengolahan tanah sawah terdapat 3 fase :

Penggenangan sampai tanah jenuh air


Membajak (pemecahan bongkah dan membalik tanah)
Menggaru (menghancurkan dan melumpurkan)

Ciri-ciri tanah siap ditanam :

Tanah melumpur, permukaan tanah rata pupuk tercampur


merata dan bersih dari gulma.
3. PENANAMAN
Anakan berkembang 5-10 hari.
Bibit yang baik daun tegak dan pendek
Jumlah bibit per lobang tanam tergantung
cara pembibitan dan jarak tanam.
JT = 25 x 25 cm dan tergantung dari kesuburan
tanah, ketinggian tempat, musim dan jenis
tanaman.
4. PEMELIHARAAN
Penyulaman menggunakan sisa bibit yang
ditanam dipinggiran petakan dekat pemasukan
air, dilakukan 4-5 hari st, tidak boleh > 10 hari.
Defisiensi N = kerdil, klorosis, daun kuning, kering
dan gugur.
Defisiensi P = kerdil, btg dan cbg keunguan,
perakaran terhambat, panen terlambat dan hasil
biji merosot.
Defisiensi K = klorosis, pinggiran daun kering,
karena kandungan air dalam sel daun rendah dan
daun berpilin.
4. PEMELIHARAAN
Pengairan = tahan terhadap penggenangan
karena ada aerenkhim pada akar.
Keadaan tergenang lebih menjamin kestabilan
produksi dari keadaan ladang karena : gulma
mudah dikendalikan dan PH mendekati netral.
Pemberian air dibagi atas tiga : mengalir
secara terus menerus, penggenangan terus
menerus dan terputus-putus.
BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH
1. Pengerjaan dan Penyiapan Tanah
Pengolahan sebelum musim hujan, karena
penanaman dilakukan pada awal musim
hujan.
Saluran drainase dipersiapkan supaya tidak
terjadi penggenangan pada awal
pertumbuhan.
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik,
ruang pori tanah yang oftimal mendekati 50%
2. Penanaman dan Penyulaman
Rata-rata benih ditanam per lubang 4-5 biji.
Penyulaman 15-20 hari ST.
Bahan sulaman diambil dari rumpun padi
yang disediakan dan ditanam di pinggir
petakan & diambil dari rumpun padi yang
cukup banyak anakannya.
4. Pemupukan & Penyiangan
Dosis biasanya lebih rendah dari sawah.
Dilakukan 3 kali, pemberian pada waktu
heading tidak berpengaruh terhadap hasil.
Biaya penyiangan antara 40-50% dari biaya
produksi
BUDIDAYA PADI GOGO
1. Penyiapan Lahan
Penyiapan Lahan TOT
Menggunakan herbisida. Penyemprotan sesuai waktu dan
dosis.
Cara Pengendalian alang-alang :
Alang-alang dibakar atau ditebas, biarkan tumbuh sampai 1,5
bulan, kemudian semprot. 1 minggu kemudian menguning
dan 4 minggu kemudian mati, setelah alang-alang mati,
kemudian direbahkan (input) dan langkah selanjutnya
membuat lubang tanam (3-5cm). Disebelah LT dibuat lubang
lagi utk pupuk (jaraknya sekitar 5 cm).
Waktu penyemprotan cerah dan usahakan 6 jam kemudian
tidak hujan.
2. Panen
Waktu panen :
1) Masak Susu (10 hari setelah padi berbunga)
Batang hijau, malai sudah terkulai, ruas batang bawah menguning, gabah
kuning kehijauan dan bila dipijit mengeluarkan cairan seperti susu.
2) Masak Kuning (7 hari setelah masak susu)
Seluruh bagian tanaman menguning, batang mengering dan gabah keras
(sulit dipecah dengan kuku).
3) Masak Penuh (7 hari setelah masak kuning)
Seluruh bagian tanaman menguning, batang mengering dan gabah keras.
4) Masak Mati (7 hari setelah masak penuh)
Isi gabah keras dan kering, cabang mudah dipatahkan dan gabah sudah
mulai rontok dari malai.

Untuk konsumsi disarankan masak kuning. Untuk benih masak penuh.


Cara Panen :
Dengan sabit atau ani-ani.
3. Hasil
Hasil gabah padi biasanya ditetapkan pada KA 14%.
IH (indeks hasil) dapat dihitung dengan rumus :
IH = hasil gabah kering/berat bahan kering total

Hasil Gabah Kering = IH x berat bahan kering total


Dari persamaan di atas, hasil dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan
IH ataumeningkatkan produksi bahan kering total.
Namun demikian peningkatan bahan kering total tak selalu meningkatkan
hasil gabah kering.

Hasil (ton/ha) = jumlah malai/m2 x jumlah gabah/malai


x % gabah isi x bobot 1.000 butir (gr) x 10-5
ATAU
Hasil (ton/ha) = jumlah gabah/m2 x % gabah isi (0,98) x
bobot 1.000 butir (gr) x 10-5
BUDIDAYA PADI PASANG SURUT
Tipe Pasang Surut
Berdasarkan tipe luapan air, padi sawah dapat
dibudidayakan pada lahan bertipe luapan air A, B,
atau C yang telah menjadi sawah tadah hujan.
Lahan yang bertipe luapan air A adalah lahan yang
selalu terluapi air, baik pada saat pasang besar
maupun kecil.
Tipe B hanya terluapi air pada saat pasang besar saja
Sedangkan lahan tipe C lahan tidak terluapi air
pasang, namun air tanahnya dangkal.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua tahap.
Setelah pengolahan tahap pertama, tanah digenangi,
agar zat beracun terpisah dari tanah. Tinggi air
genangan berkisar antara 5 - 10 cm. Untuk mengatur
tinggi air genangan dapat dilakukan dengan
memperbesar atau memperkecil bukaan pintu
saluran air.
Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan dua minggu
setelah pengolahan pertama.
Pengolahan Tanah
Kedalaman pengolahan tanah sekitar 20-25 cm,
jika terlalu dalam dapat menyebabkan
terangkatnya lapisan pirit (lapisan beracun). Pirit
ini dapat meracuni tanaman dan berakibat tanaman
mati.
Untuk membuang zat beracun di tanah, perlu dibuat
saluran cacing (kemalir), dengan ukuran sebagai
berikut:
Lebar saluran 30 cm, kedalaman 20 cm.
Jarak antar saluran berkisar antara 6-10 m. Selain di
dalam petakan dibuat juga saluran di sekeliling
petakan.
BUDIDAYA PADI RAWA LEBAK
Pada musim hujan genangan air dapat mencapai
tinggi antara 4-7 meter, tetapi pada musim kemarau
lahan dalam keadaan kering, kecuali dasar atau
wilayah paling bawah.
Pada musim kemarau muka air tanah di lahan rawa
lebak dangkal dapat mencapai kurang dari satu
meter sehingga menyerupai lahan kering.
Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika
basah dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm
per tahun denga 6-7 bulan basah.
Sifat fisika tanah dari lahan rawa lebak umumnya
tergolong masih mentah, sebagian melumpur,
kandungan lempung tinggi, atau gambut tebal
dengan berbagai taraf kematangan dari mentah
sampai matang.

Lapisan bawah dapat berupa lapisan pirit (FeS2) yang


berpotensi masam, atau pasir kuarsa yang miskin
hara, sifat kimia, kesuburan dan biologi tanah
tergolong sedang sampai sangat jelek.
Di musim kemarau, air tanah lebak (rawa) mengalir
perlahan-lahan dan tidak dapat kering hingga akhir
musim kemarau,
Panen harus selasai pada saat air menggenangi tanah
lebak di awal musim hujan.
Varietas yang digunakan berumur pendek (genjah)
yaitu 5-5 bulan karena sangat dipengaruhi oleh
kondisi air, walaupun umur padi itu genjah tapi
karena proses metabolisme yang lambat maka panen
padi lebak akan memakan waktu yang sangat lama.
BUDIDAYA PADI
SISTEM JAJAR LEGOWO
PENGERTIAN SISTEM JAJAR LEGOWO

Tanam jajar legowo adalah suatu rekayasa teknik


tanam yang merupakan perubahan dari jarak tanam
sistem tegel, dengan mengatur jarak tanam antar
rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi
pemadatan rumpun padi.
Dengan menerapkan sistem tanam tersebut populasi
tanaman persatuan luas meningkat dibanding
dengan sistem tegel.
PENGERTIAN SISTEM JAJAR LEGOWO

Kata Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas, yang


berasal dari kata lego dan dowo.

Lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Dengan


demikian , legowo dalam hal ini berarti ruangan yang
lebih lebar dan memanjang diantara dua baris tanaman
yang satu dengan tanaman lainnya, dalam bahasa sunda
disebut rorongkrang.

Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa 50 cm, 60 cm,


atau 75 cm. Sedangkan jarak dalam barisan sejajar
legowo bisa 12.5 cm, 13.5 cm, atau 15 cm.
PENGERTIAN SISTEM JAJAR LEGOWO

Prinsip dasar tanam padi sistem legowo yaitu,


menjadikan semua barisan maupun tanaman berada
pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah
tanaman berada pada pinggir galangan, sehingga
semua tanman mendapat efek samping (border
effect) yang sama.
Tanaman yang mendapat efek samping produksinya
lebih tinggi dari tanaman yang tidak mendapat efek
samping
Tife legowo, 2:1, 3:1, 4:1 dll
Prinsipprinsip budidaya padi
dengan menggunakan Sistem Jajar Legowo
Menghemat benih padi dan tanam pindah
direkomendasikan dalam menanam bibit dalam
setiap rumpun dengan jumlah yang lebih sedikit.

Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per


rumpun,

Umur 15 20 hari (bibit muda)


Prinsipprinsip budidaya padi
dengan menggunakan Sistem Jajar Legowo

Kelebihan Penggunaan Bibit Muda :


Bibit akan cepat kembali pulih.
Tanaman akan menghasilkan anakan lebih
banyak.
Akar akan lebih kuat dan dalam.
Tanaman mampu beradaptasi dibandingkan
dengan bibit yang lebih tua.
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
1. Peningkatan Populasi
Populasi tanaman per ha pada cara tanam
legowo ditentukan oleh
Lebar legowo,
Jarak tanam dalam dan antar barisan ,
Jumlah barisan tanaman dintara dua baris
legowo
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
Jumlah rumpun
Variasi lebar legowo Jarak tanam dalam Selisih rumpun per Kebutuhan benih per
tanaman per Ruang Kosong (%)
(cm) barisan hektar hektar (kg)
hektar (rumpun)

-/ tegel 25 x 25 160.000 - - 13.44

50 25 x 12.5 213.330 53280 50.0 17.92

55 25 x 12.5 200.000 40.000 54.5 16.80

60 25 x 12.5 188.235 28.235 56.3 15.81

65 25 x 12.5 177.760 17.760 61.5 14.93

70 25 x 12.5 168.400 8.400 64.2 14.15

75 25 x 12.5 160.000 0 66.6 13.44

50 25 x 15 177.775 17.715 50.0 14.93

60 25 x 15 156.847 3.153 58.3 13.16

-/ tegel 30 x 30 111.108 - - 9.33

60 30 x 15 148.113 37.025 50.0 12.44

-/ tegel 27 x 27 137.170 - - 11.52

50 27 x 13.5 192.400 55.230 46 16.62


Keunggulan Legowo dibanding Tegel
2. Pertumbuhan padi lebih merata
Ruang terbuka (ruang kosong) mempunyai arti
penting dalam usahatani padi, terutama pada lahan
luas dan sawah berpengairan terus
menerus. Dengan adanya ruang terbuka diantara
dua barisan legowo, tanaman padi mempunyai
kesempatan yang sama dalam mendapatkan sinar
matahari, kerena semua berada pada barisan pinggir
atau seolah-olah dekat galangan.
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
3. Memudahkan pemeliharaan
- Pada sistem legowo, pupuk diberikan pada jalur
barisan tanaman diantara dua legowo,
sedangkan pada lorong yang kosong (jalur
legowo) tidak diberi pupuk. Dengan
demikian gulma yang berada pada lorong yang
kosong pertumbuhannya terhambat .
- Pengendalian gulma dengan menggunakan
landakan hanya dilakukan satu arah sepanjang
barisan legowo, tanpa harus memotong seperti
halnya pada sistem tegel.
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
3. Memudahkan pemeliharaan
- Dengan adanya lorong yang kosong , maka sinar
matahari dapat langsung sampai pada bagian
pangkal tanaman. Dalam kondisi seperti ini, hama
dan penyakit lebih kecil dibandingkan dengan
sistem tegel.
- Aktivitas pengendalian OPT dengan
penyemprotan insektisida lebih mudah dan lebih
merata pada seluruh bagian tanaman. Sedangkan
pada sistem tegel, larutan insektisida hanya
sampai pada bagian permukaan tanaman.
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
4. Pemupukan lebih efektif dan efisien
Pada sistem legowo terdapat dua barisan tanaman
diantara dua legowo. Pemberian pupuk hanya
dilakukan pada jalur/lorong antara dua barisan
tersebut. sedangkan pada lorong yang lebih
lebar (legowo) tidak perlu diberi pupuk . Dengan
demikian pemberian pupuk lebih efektif dan efisien,
kerena pupuk ditempatkan tepat di tengah atau
diantara barisan tanaman. Disamping itu dengan
adanya lorong terbuka, pelaksanaan pemupukan
menjadi lebih mudah.
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
5. Produksi padi lebih tinggi 15 20 %
- Dari beberapa kali pengkajian dari BPTP Jawa
Barat, ternyata penerapan teknologi tanam pasi
sistem legowo, memberikan dampak terhadap
kenaikan hasil padi persatuan luas.
- Menurut Suriapermana (1999) dalam
pengkajiannya yang dilakukan di Kab. Bandung
melaporkan dengan sistem legowo hasil panen
padi meningkat 10 20 % dibanding menggunakan
sisitem tegel).
Keunggulan Legowo dibanding Tegel
- Selanjutnya menurut Diratmaja (2002) melaporkan
bahwa pada sistem legowo memberikan hasil lebih
tinggi 1.01 ton GKP/ha dibanding dengan sistem
tegel. Adanya kenaikan hasil disebabkan kerena,
dengan sistem logowo populasi tanaman persatuan
luas meningkat serta adanya pengaruh barisan pinggir
(border effect) yang lebih banyak, serta pemupukan
yang efektif.
Kelemahan Sistem Jajar Legowo
1. Kebutuhan benih meningkat
Kebutuhan benih sistem tegel dengan jarak
tanam 25 x 25 cm adalah 25 kg/ha (kebiasaan
petani), sedangkan kebutuhan benih pada sistem
legowo dengan jarak legowo 50, 60, 70, dan 75 cm,
dan jarak tanam dalam barisan tanaman 25 x 12.5
cm berturut-turut adalah 30,25 kg, 31,25 kg, 26,30
kg, dan 25 kg/ha.
Contoh perhitungan kebutuhan benih per hektar :
Berat 1000 butir gabah + 28 gram = (0,028 g/butir) maka
kebutuhan benih untuk sistem tegel 25 x 25 cm 160.000
rumpun adalah :
bibit 1 per rumpun = 4.48 kg/ha
bibit 2 per rumpun = 8.96 kg/ha
bibit 3 per rumpun = 13.44 kg/ha,

Sedangkan kebutuhan benih untuk cara tanam sisitem


legowo 50 x 25 x 25 cm (213.330) rumpun adalah :
bibit 1 per rumpun = 5.9 kg/ha
bibit 2 per rumpun = 11.8 kg/ha
bibit 3 per rumpun = 17.7 kg/ha
2. Upah tanam meningkat
Dengan meniningkatnya jumlah populasi tanaman
persatuan luas, maka upah tanam dengan sistem
legowo juga meningkat.
BUDIDAYA PADI METODE SRI
Prinsipprinsip budidaya padi organik
dengan menggunakan metode SRI

Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari


setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai.
Bibit ditanam satu bibit perlubang dengan jarak 30 x
30, atau 35 x 35 atau lebih jarang.
Memindahkan tanaman bibit harus sesegera mungkin
(kurang dari 30 menit) dan harus hatihati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal.
Pemberian air maksimal 2 cm (macakmacak) dan
periode tertentu dikeringkan sampai tanah pecah
(Irigasi berselang/terputus)
Prinsipprinsip budidaya padi organik
dengan menggunakan metode SRI

Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan


diulang 23 kali dengan interval 10 hari
Dianjurkan menggunakan Pupuk Organik,
Kompos, pupuk hijau lainnya yang
dapat mengembalikan dengan cepat unsur
hara dan mikro organisme tanah sehingga
akan cepat mengembalikan kesuburan tanah
serta dapat menghilangkan gulma yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Keunggulan Metode SRI

Tanaman Hemat Air , Selama pertumbuhan dari


mulai tanam sampai panen cukup memberikan
air max 2 cm, paling baik macakmacak sekitar 5
mm dan ada periode pengeringan sampai tanah
retak (Irigasi terputus).

SRI hanya membutuhkan benih yang jauh lebih


sedikit, yaitu 5 sampai 10 kg per-hektar yang
berbanding 40 60 kg pada sistem konvensional.
Keunggulan Metode SRI
Produktifitas dengan sistem SRI telah terbukti secara
signifikan meningkat dengan tingkat B/C ratio (perbandingan
nilai hasil terhadap biaya) yang lebih baik dibanding sistem
konvensional.
Ramah Lingkungan , Tidak menggunakan bahan kimia
ataupun pestisida karena digantikan dengan menggunakan
Pupuk Organik, kompos, dll karena jika menggunakan POP 135
(Pupuk Organik Powder 135 yang terbuat dari
rempahrempah dan bahan bahan lainnya akan sekaligus
berfungsi sebagai pestisida organik sehingga dapat
mencegah timbulnya gulma dan hama.
Kelemahan Metode SRI
Metoda penanaman dengan bibit muda dan hanya
satu bibit pertitik tanam dianggap masih merepotkan
bagi petani. Hal ini tentunya membutuhkan
pembinaan yang lebih cermat.

Petani yang baru pertama kali melaksanakan SRI


banyak yang mengeluhkan pertumbuhan gulma yang
jauh lebih banyak dibanding dengan sistem
konvensional. Hal ini dapat dimengerti karena
pengeringan akan mendorong benih gulma tumbuh
dengan leluasa (pada jenis gulma yang berkembang
melalui biji atau umbi).
Kelemahan Metode SRI
SRI masih menyebabkan kebingunan dalam sistem
pembagian air karena belum adanya panduan yang
pasti mengenai hal ini.

Selain SRI, sistem Jajar Legowo yang dikombinasikan


dengan pupuk organik dan juga padi Hibrida yang
menggunakan sistem pengairan konvensional yang
juga memberikan hasil produksi yang relatif sama,
menjadi pesaing utama bagi pengembangan SRI.

Anda mungkin juga menyukai