Anda di halaman 1dari 18

DEMAM

Prayogi Kramy
FAA 110 008
RSUD dr.Doris Sylvanus FK Universitas Palangka Raya.
Pendahuluan
Pengaturan suhu dikendalikan oleh keseimbangan
antara pembentukan panas dan kehilangan panas.
Bila laju pembentukan panas di dalam tubuh > laju
hilangnya panas maka panas panas akan timbul di
dalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat.
Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar maka
panas tubuh dan suhu tubuh akan menurun
demam
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal
yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak sendiri maupun oleh bahan- bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu
Demam pada umumnya diartikan sebagai suhu
tubuh diatas 37,2C diukur per aksila
Tempat Jenis Termometer Rentang suhu Demam (C)
Pengukuran tubuh normal (C)
Aksila Air raksa, eletronik 34,7-37,2 37,3

sublingual Air raksa, elektronik 35,5-37,5 37,6

Rektal Air raksa, elektronik 36,6-37,9 38

Telinga Emisi infra merah 35,7-37,5 37,6


Demam cont..
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari
dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme
Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah
dianggap sebagai pertanda penyakit
Etiologi demam
Infeksi
Toksemia
Keganasan
Obat-obatan
Gangguan pada pusat regulasi
suhu sentral
Patomekanisme demam
Klasifikasi demam
Demam akut
Demam dalam waktu singkat, jarang melebihi dua
minggu sebelum diagnosis dibuat.
Influenza, demam reumatik, malaria, demam
berdarah, tonsillitis, pneumoni, hepatitis,dll.
Klasifikasi demam
Demam kronis
Demam intermitten atau kontinyu selama lebih
dari dua minggu tanpa banyak indikasi yang
menunjukan etiologinya
Tuberkulosis, SLE, Infeksi ginjal, neoplasia, dll
tipe demam
Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
mencapai suhu normal.
Contoh : infeksi saluran napas atas, otitis media,
tonsillitis, faringitis, dan stomatitis
Tipe demam
Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari.
Contoh : malaria falciparum, limfoma dan
endokarditis
Tipe demam
Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari 1 derajat.
Contoh : malaria falciparum malignan
Tipe demam
Demam siklik
Kenaikan suhu badan terjadi selama beberapa
hari diikuti periode bebas demam beberapa hari
lalu kenaikan suhu seperti semula. Contoh : pola
demam pada malaria vivax dan ovale
Tipe demam
Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tingkat
tinggi pada malam hari.Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat.Bila demam yang tinggi
timbul kembali turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam Hektik. Contoh : penyakit
Kawasaki dan infeksi pyogenik
Tipe demam...
Demam Bifasik yaitu demam dengan 2 episode yang
berbeda (pelana kuda/ saddleback fever), demam
pertama dengan durasi 2-3 hari, kemudian turun
sampai dengan hari ke-5, kemudian demam lagi
bahkan kenaikan suhu bisa lebih tinggi.

Contoh klasik dari pola demam ini yaitu Demam


Dengue, Poliomielitis, Cikungunya ,
serta Leptospirosis.
Demam belum terdiagnosis
(fever of unknown origin)
Keadaan dimana pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu tetapi belum diketahui
penyebabnya walaupun telah diteliti secara
intensif selama satu minggu menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
FUO klasik : penderita telah diperiksa 3 hari
berturut-turut tanpa diketahui penyebab. Atau 3
minggu dengan diagnostik invasif maupun non
invasif tanpa hasil.
FUO nosokomial : pasien dirawat dirumah sakit
tanpa infeksi, kemudian menderita demam dan
sudah diperiksa namun belum ada hasil jelas.
FUO neutropenik : memiliki neutrofil <500 ul
dengan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa
hasil jelas
FUO HIV: penderita HIV yang menderita demam
selama 4 minggu rawat jalan atau lebih dari 3 hari
dirawat di RS dan dilakukan pemeriksaan tanpa
hasil yang jelas.
Daftar Pustaka
1. Guyton C.A., Hall E.J. 1996. Guyton Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta. EGC.
2. Nelwan, R.H.H. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
3. Bickley L.S, Szilagyi P.G. 2012.Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi VIII. Jakarta :
EGC.
4. Fauci, Braundwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, et al. 2005. Harrisons Principles of Internal Medicine.
Edisi 16. USA: The McGraw-Hill Companies.
5. David M, Charles S. 1993. Bedside Diagnosis. Edisi ketigabelas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
6. Suhendro, Nainggolan L, Khie Chen, Pohan, HT. 2009. Demam Berdarah Dengue dalam Sudoyo, Aru W.
et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
7. Nelwan R.H.H. 2007. Influenza dan Pencegahannya dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
8. Harijanto, Paul N. 2009. Malaria dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
9. Widodo, Djoko. 2009. Demam Tifoid dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
10. Sudjana, Primal. Demam Kuning dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
11. Zein, Umar. 2009. Leptospirosis dalam Sudoyo, Aru W. et.al Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
12. Amin Z, Bahar A. 2009. Tuberkulosis Paru dalam Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai