DERMATITIS
Oleh:
Pratistha Satyanegara
1102012211
Pembimbing:
dr. Yenni, Sp.KK, M.Kes
DEFINISI
Sularsito, Sri A, Djuanda, Suria., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keenam, cetakan kedua FK UI. Jakarta 2012: hal 129
KLASIFIKASI
1. Dermatitis Kontak
Dematitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatitis Atopik
3. Dermatitis Numularis
4. Neurodermatitis
5. Dermatitis Statis
6. Dermatitis Autosensitisasi
DERMATITIS KONTAK
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
pada kulit.
Dermatitis
Kontak Iritan Dermatitis Kontak
Alergi
Non imunologik
Imunologik
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Etiologi Bahan yang bersifat iritan: Bahan kimia sederhana dengan berat
detergen, minyak pelumas, asam, alkali, molekul umumnya rendah <1000 dalton,
dan serbuk kayu. hapten yang bersifat lipofilik, dapat
menembus stratum korneum.
Pemakaian kosmetik, cat rambut, anting,
kalung, tekstil, pembalut wanita.
Patogenesis Bahan iritan langsung merusak stratum Diperantai oleh cell-mediated immune
korneum, denaturasi keratin, merusak respons (reaksi imunologik tipe IV), melalui
fungsi sawar kulit. fase sensitisasi dan fase elisitasi.
Gejala Klinis DKI akut: kulit terasa pedih, panas, rasa Akut: bercak eritematosa berbatas tegas,
terbakar, eritema berbatas tegas, edema, edema, papulovesikel, bula
bula, dapat terjadi nekrosis.
Kronis: kering, berskuama, papul,
DKI akut lambat: muncul 8-24 jam likenifikasi, fisur, dan berbatas tidak tegas.
setelah kontak berupa eritema berbatas
tegas dan vesikel.
contoh: Dermatitis Venenata
Diagnosis Anamnesis mengenai kontaktan yang Anamnesis mengenai kontaktan yang dicurigai,
dicurigai. riwayat pekerjaan, hobi, obat-obatan yang
digunakan, kosmetika yang digunakan.
Pemeriksaan fisik mencari lokasi dan pola lesi
dapat berhubungan dengan penyebabnya.
AKUT
Dermatitis Kontak Iritan
AKUT LAMBAT
Dermatitis Kontak Iritan
KRONIK
UJI TEMPEL
1. Dermatitis harus sudah tenang dan sembuh. Jika masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi positif palsu dapat juga
menyebabkan penyakitnya semakin memburuk.
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sisemik dan topikal dihentikan, sebab dapat
mengakibatkan reaksi negatif palsu.
3. Uji tempel dibuka setelah 2 hari kemudian dibaca, pembacaan kedua
dilakukan pada hari ke 3 sampai ke 7 setelah aplikasi.
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel
menjadi longgar, penderita dilarang mandi, dan menjaga agar tempat uji
tempel selalu kering.
Hasil Uji Tempel
Peradangan kulit kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak.
Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi dalam keluarga atau penderita, seperti rinitis
alergik dan asma bronkial.
Lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki-laki.