Anda di halaman 1dari 43

CASE REPORT

Kista Ovarium

Oleh :
PRATISTHA SATYANEGARA
1102012211

Dokter Pembimbing:
dr. Dadan Susandi. Sp.OG

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD DR. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
DAFTAR HALAMAN
DAFTAR HALAMAN............................................................................................1

1.

Identitas Pasien.................................................................................................2

2.

Anamnesis........................................................................................................2

3.

Status Praesens.................................................................................................4

4.

Status Ginekologi.............................................................................................4

5.

Pemeriksaan Penunjang....................................................................................5

6.

Diagnosis..........................................................................................................5

7.

Rencana Pengelolaan........................................................................................5

8.

Laporan Operasi...............................................................................................5

9.

Follow Up Ruangan..........................................................................................6

PERTANYAAN KASUS.........................................................................................8
2.1.

Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?.......................................8

2.2.

Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?..................................................9

2.3.

Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?.................................................10

KISTA OVARIUM.................................................................................................11
3.1.

Definis.........................................................................................................11

3.2.

Epidemiologi...............................................................................................11

3.3.

Sifat dan Klasifikasi Kista..........................................................................12

3.4.

Faktor Risiko...............................................................................................23

3.5.

Etiologi........................................................................................................24

3.6.

Patofisiologi................................................................................................24

3.7.

Manifestasi klinik........................................................................................24

3.8.

Diagnosis dan Diagnosis Banding..............................................................26

3.9.

Tatalaksana..................................................................................................34

3.10.

Komplikasi..............................................................................................39

3.11.

Pencegahan..............................................................................................41

3.12.

Prognosis.................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................42

1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. I

Umur

: 41 Tahun

Alamat

: Kadungora

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Medrek

: 83xxxx

MRS

: 16 Agustus 2016

KRS

: 19 Agustus 2016

Ruangan

: Zade

Nama Suami

: Tn. A

Umur

: 45 Tahun

Alamat

: Kadungora

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Buruh

2. Anamnesis
Dikirim oleh

:-

Sifat

: Non rujukan

Keterangan

: Kista Ovarium Bilateral

Anamnesis Khusus
A. Keluhan Utama

Benjolan pada kiri dan kanan abdomen


B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan P2A0 tidak merasa hamil, datang ke Rumah


Sakit dengan keluhan merasa terdapat benjolan pada perut bawah sejak
kurang lebih 8 bulan yang lalu. Benjolan awalnya disadari sudah sebesar
bola pingpong, dan kini terasa semakin lama semakin membesar serta
disertai adanya rasa nyeri. Keluhan adanya keluar darah dari jalan lahir
disangkal. Riwayat penggunaan tamoxifen disangkal. 8 bulan yang lalu
sudah pernah ke RSUD Slamet Garut dan didiagnosis kista ovarium
kemudian sudah diberikan jadwal untuk operasi.

Riwayat Obstetri
Kehamila
n ke
I

Cara
Tempat

Penolong

n
R
U
M

II

Kehamila

A
H

Cara

BB

Persalinan

Lahir

S
P

Jenis
Kela

Usia

Keadaan

20 TH

13 TH

min

O
N

3200gr

T
A

C. Riwayat Perkawinan :
Status
Usia saat menikah

: Menikah pertama kali


: Perempuan : 19 tahun, SD, Wiraswasta
Laki-laki
: 21 tahun, SD, Buruh

D. Haid
Siklus haid

: Teratur

Lama haid

: 5 Hari

Banyaknya darah

: Banyak

Nyeri haid

: Tidak

Menarche usia

: 13 Tahun

HPHT

: 10 April 2016

E. Riwayat kontrasepsi

: Suntik 3 Bulan

F. Prenatal Care

:-

G. Keluhan selama kehamilan

:-

H. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit


liver, penyakit Diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi,

riwayat asma bronchial DISANGKAL. Pasien memiliki riwayat


hipertensi.
3. Status Praesens
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala

:
:
:
:
:
:
:

Cor

Pulmo
Abdomen

:
:

Ekremitas

Baik
Compos mentis
110/80 mmHg
81 x/menit
20 x/menit
AF C
Konjungtiva Anemis : -/Sklera ikterik : -/S1 = S2 murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/Cembung keras, tampak massa, Nyeri tekan(+), Asites(-)
Hepar dan Lien: Tidak ada kelainan
Edema tungkai -/-,
Varises -/-

4. Status Ginekologi
1) Pemeriksaan Luar :
Inspeksi
: Fluksus Palpasi

: -

Fundus uteri

: tidak teraba

Massa tumor

: 1. Teraba, ukuran 10 x 10 x 3 cm, Permukaan

rata, Mobilitas immobile, Posisi Dextra, Konsistensi padat, Batas tegas.


2. Teraba, ukuran 5 x 3 x 1, Permukaan rata, Immobile, Sinistra, Padat,
dan Tegas
2) Inspekulo

:-

3) Pemeriksaan dalam :
Vulva

: Tidak ada kelainan

Vagina

: Tidak ada kelainan

Portio

: Tebal kaku

Ostium uteri eksternum

: Tertutup

Corpus uteri

: Tidak ada kelainan

Parametrium kiri

: Teraba massa padat

Parametrium kanan

: Teraba massa padat

Adneksa kiri

: Teraba massa padat

Adneksa kanan

: Teraba massa padat

Cavum douglasi

: Tidak menonjol
Tidak teraba massa
Tidak ada nyeri tekan

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan

: Hematologi Lengkap

6. Diagnosis awal
P2A0 d/ Kista Ovarium
7. Rencana Pengelolaan
1) Rencana Laparotomi eksplorasi
2) Cek Hematologi rutin
3) Infus RL 500 cc 20 gtt/menit
4) Cek Hematologi Rutin
5) Puasa
6) Informed Consent
8. Laporan Operasi
Jam Operasi Mulai : 10.15
Nama: Ny. I

No. CM :8309xx

Umur: 41 Tahun

Ruang : Jade

Jam Operasi Selesai :11.30


Lama Operasi : 75 menit
Akut / Terencana : Terencana

Tanggal : 2016

Operator :

Asisten I :

Perawat Instrumen:

dr. Mira/dr. Dhanny


Sp.OG

Asisten II :

Sirkulasi:

Ahli Anestesi :

Asisten Anestesi :

Jenis Anestesi : Spinal

dr. Fera Sp.An

H. Dindin

Obat Anestesi : Bupivacain

Diagnosa Pra-Bedah :

Indikasi Operasi :

Kista Ovarium

Kista Ovarium

Diagnosa Pasca bedah :

Jenis Operasi :

Kista Ovarium

Saplhingoopharektomi Bilateral

Kategori Operasi : Besar


Disinfeksi dengan : Povidone Iodine

Jaringan yang di eksisi : Dikirim PA

Laporan Operasi Lengkap :


- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 15 cm di daerah abdomen dan
umbilikus..
- Saat peritoneum dibuka tampak massa ukuran 10 x 10 x 10 cm. Warna putih abu abu
permukaan rata dan massa ukuran 5 x 5 x 3 cm. Permukaan licin, bermassa padat
- Kesan kista ovaium bilateral
- Dilakukan salphingoovarektomi bilateral
- Perdarahan dirawat.
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.
- Fascia dijahit dengan PGA No 1, kulit dijahit secara subkutikular.
- Perdarahan selama operasi 800 cc
- Diuresis selama operasi 100 cc

9. Follow Up Ruangan
Tanggal

Catatan

16/08/16

S/
O/
KU
: CM
TD
: 100/60 mmHg
N
: 80 x / menit
R
: 20 x / menit
S
: Af,5o C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : Cembung lembut, NT (+), DM
(-)
Perdarahan : (-)
BAB/BAK : (-/+)

17/08/16
POD I

Instruksi

A/ Kista Ovarium
S /Nyeri pada luka operasi

P/

O/
KU
: CM
TD
: 130/70 mmHg
N
: 80 x / menit
R
: 20 x / menit
S
: Afo C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut, NT ( -), DM (-)
Flatus
:BU
:LO
: Tertutup Verban, Rembesan (+)
BAB/BAK : (-/+) DC
A / Kista Ovarium
Saplhingektomi bilateral

R/ Operasi

bilateral

post

Aff DC
Cefotaxcime 2 x
1 gr
Metronidazole 3 x
500mg
Kaltrofen 2 x 1
supp

18/08/16
POD II

19/08/16
POD III

S/Nyeri pada luka operasi

P/
-

O/
KU
: CM
TD
: 130/90 mmHg
N
: 104 x / menit
R
: 18 x / menit
S
: Af
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut, NT (-), DM (-)
BU
:+
LO
: Tertutup Verban, Rembesan(+)
BAB/BAK : (-/-)
A/
Kista
Ovarium
Saplhingektomi bilateral
S/
Muntah 1x

bilateral

poqst
P/
-

O/
KU
: CM
TD
: 120/80 mmHg
N
: 104 x / menit
R
: 18 x / menit
S
: Af
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut, NT ( -), DM (-)
LO
: Basah terawat, Rembesan (+)
BAB/BAK : (-/+)
A/
Kista
Ovarium
Saplhingektomi bilateral

Aff Infus
Cefadroxil 2 x
500mg
Metronidazole 3 x
500mg
As Mefenamat 3
x 500mg

bilateral

Cefadroxil 2 x
500mg
Metronidazole 3 x
500mg
As Mefenamat 3
x 500mg
BLPL

post

7. Diagnosis akhir
Post Salphingektomi Bilateral post kista Ovarim

PERTANYAAN KASUS
1.1.

Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?


Pada kasus ini penegakkan diagnosis telah benar, karena pada pasien
ditemukan :
a. Anamnesa
Pasien perempuan P2A0 tidak merasa hamil, datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan merasa terdapat benjolan pada perut bawah sejak kurang

lebih 8 bulan yang lalu. Benjolan awalnya disadari sudah sebesar bola
pingpong, dan kini terasa semakin lama semakin membesar serta disertai
adanya rasa nyeri. Keluhan adanya

keluar darah dari jalan lahir

disangkal. Riwayat penggunaan tamoxifen disangkal.


Menurut teori, pembesaran ovarium dapat terjadi pada segala usia. Gejala
awal dari kista sebenarnya tidak menimbulkan gejala. Apabila terdapat
intermitten pain menunjukkan bahwa kista sudah mengalami torsio. Jika
pasien sudah mengalami gejala yang sangat nyeri dan akut maka
menunjukkan bahwa pasien torsio sudah mengalami iskemi. Selain itu,
pasien yang mengalami nyeri setiap terjadi menstruasi menunjukkan
bahwa pasien tersebut mengalami endometrioma.
Pada pasien ini ditemukan intermitten pain namun tidak terjadi secara
akut maka kista mungkin mengalami torsio namun tidak terjadi iskemik.
Nyeri pada saat haid juga disangkal.
b. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : cembung
b. Palpasi :
1. Teraba, ukuran

10 x 10

x 3 cm, Permukaan rata, Mobilitas

immobile, Posisi Dextra, Konsistensi padat, Batas tegas. 2. Teraba, ukuran


5 x 3 x 1, Permukaan rata, Immobile, Sinistra, Padat, dan Tegas
c. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien ini dilakukan cek hematologi rutin dan dilakukan
pemeriksaan USG pada saat awal datang sekitar 8 bulan yg lalu.
Menurut teori, pasien yang dicurigai mengidap kista ovarium dilakukan
pemeriksaan -HCG karena untuk menyingkirkan dugaan terkena
kehamilan ektopik selain itu juga dapat digunakan sebagai penunjuk
terjadinya neoplasia pada ovarium. Pasien yang dicurigai terkena kista
ovarium juga dilakukan pemeriksaan tumor marker, seperti:
a. CA-125
b. Serum AFP
c. -HCG

d. Lactate dehydrogenase
Selain itu, dilakukan pemeriksaan USG. Bisa dilakukan pemeriksaan USG
berupa transvaginal maupun transabdominal.
1.2.

Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?


Pada pasien ini dilakukan saplhingoovarectomy bilateral karena pada
pasien ini terjadi kista ovarium bilateral. Menurut teori, pasien dengan
kista dapat dilakukan observasi apabila ibu sudah mengalami menopause
dengan syarat:
a.
b.
c.
d.

Pada saat USG didapatkan kista unilocular dan berdinding tipis.


Diameter tidak lebih dari 5cm
Serum Ca-125 normal
Tidak ada pembesaran selama survailans

Dapat dilakukan oovarectomy apabila kista sudah besar sedangkan


cystectomy apabila ukuran kista kecil. Namun, cystectomy yang dilakukan
dengan cara enukleasi memungkinkan rupture dari kista. Oovarectomy
baik dilakukan apabila dicurigai terjadi keganasan. Laparotomy eksplorasi
dilakukan untuk mempermudah dilakukan oovarectomy
1.3.

Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


Quo ad functionam: ad malam. Karena pada pasien ini dilakukan
salphingoovarectomy bilateral sehingga organ reproduksi interna dari
pasien ini, yaitu ovarium dan tuba falopii ini diangkat. Maka dari itu,
pasien ini tidak dapat menjalankan fungsi reproduksi.

PEMBAHASAN
KISTA OVARIUM
3.1.

Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan,

dan penyebab pastinya sendiri belum diketahui. Kista adalah kantong berisi
cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya
bermacam-macam. Kista ovarium adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong
abnormal berisi cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Berdasarkan
keganasannya kista terbagi menjadi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista
nonneoplastik bersifat jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setalah 2
sampai 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal
itu tergantung pada ukuran dan sifatnya.

3.2.

Epidemiologi
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan

penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas
insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per
100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista
fungsional dan jinak. Di Amerika, karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira
22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium)
dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah berada dalam
stadium akhir. Kista dermoid yang merupakan bagian dari kista ovarium 80 %
didapati pada penderita yang berusia antara 20-30 tahun.
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko tumor menjadi
ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvic. Ada
beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada
wanita wanita yang mulai menopause.
Pada usia rata-rata 30 tahun, tumor rata-rata berukuran 6 cm dan teratoma
bilateral kira-kira 10 %. Sebagian besar wanita dengan teratoma matur bersifat

asimptomatik. Pada kista dermoid yang simptomatik, sebagian besar timbul nyeri
perut dan perasan yang tidak menyenangkan.
3.3.

Sifat dan Klasifikasi Kista


Sifat Kista

1) Kista Fisiologis
Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista
ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Sesuai siklus menstruasi, di
ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya
seperti kista. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil
yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka
untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba
falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.Salah satu
tipe dari kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini
tidak terbuka untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini
biasanya berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan
pemeriksaan USG, dan akan menghilang setelah satu sampai tiga bulan.
(3) Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah
kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia
reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis
tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
2) Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada
awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila
sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium

lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian
penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang
kadang tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa
gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit
dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya
sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan
pengangkatan melalui proses laparoskopi.
Klasifikasi Kista
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor
jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid
A. Tumor Non Neoplastik
a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses
ditemukan primer pada penderita yang telah menjalani
histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari
suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi
dengan nyeri pelvis yang tidak spesifik dan drainase
purulen yang lama dari vagina. Diagnosis bandingnya
terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan
komplikasi intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat,
ovarii yang terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat
diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi
adekuat supaya terjadi resolusi.
ii. Abses tubo ovarial

iii. Kista tubo ovarial


b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i.

Kistoma ovarii simpleks

ii.

Kistadenoma ovarii musinosum

iii.

Kistadenoma ovarii serosum

iv.

Kista endometroid

v.

Kista dermoid
b. Solid

i.

Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma

ii.

Tumor Brenner

iii.

Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).


Tumor jinak jaringan Ovarium

A. Tumor kistik ovarium


1) Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler
dan biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra
ovulasi (2,5 cm). Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak
sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau
dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan membesar
menjadi kista. Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH
surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada
beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artifisial
dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi.
Kista ini tidak menimbulkan gejala sepeifik. Jarang sekali terjadi
torsi, ruptur, atau perdarahan. Ada yanmenghubungkan kista folikel
dengan gangguan menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi
atau pemendekan siklus). Kista folikel yang besar dapat dihubungkan
dengan nyeri pelvik, dispareuni,dan kadang

kadang perdarahan

abnormal uterus. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya
bilateral serta tumbuh di permukaan ovarii sebagai gelembung yang
berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang jernih dan sering kali
mengandung estrogen. Sebagian besar kista folikel lambat laun
mengecil dan regresi pada siklus haid berikutnya dan dapat
menghilang spontan.

2) Kista korpus Luteum


Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat
laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kista korpus luteum
terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum dan perdarahan
mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi. Kadang-kadang korpus
luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens); pendarahan
yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi

cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista
terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel,
cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah
menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum. Kista korpus
luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti
oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa
berat perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista
dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat mengakibatkan
ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.
Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
a. Kista Granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium.
Seletah ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada
tahap terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah
rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorbsi darah di
ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum
b. Kista Teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar.
Umumnya bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka
seringkali dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola
hidatidosa, korio karsinoma, terapi HcG, dan klomifen sitrat.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikistik
ovarium kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea, dan
infertilitas. Sekitar 50% paien mengalami hirsutisme dan obesitas.
Gannguan ini terjadi pada perempuan berusia 15 30 tahun. Banyak
kasus infertilitas terkait dengan sindroma ini. Tampaknya hal ini
berhubungan dengan disfungsi hipotalamus
Tumor Epitel Ovarium
A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum

Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15 25% dari keseluruhan


tumor jinak ovariumm. Usia penderita berkisar antara 20 50 tahun.
Pada 12 50 % kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral).
Ukuran kista berkisar antara 5 15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari
rata rata ukuran kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat
membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil
dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun
dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna
kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar
pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadangkadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid
papiloma). Proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi
papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertransformasi menjadi
kistadenofibroma. Proyeksi papilomatosa ini harus diperhatikan secara
seksama dalam upaya untuk membedakannya dengan proliferasi atipik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran
makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang
jinak, bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan
kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi
epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan
inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel
pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas
epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat
ditemukan pengendapan kalsium dalam srtomanya yang dinamakan
psamoma. Adanva psamoma menunjukkan hahwa kista adalah
kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas. Tidak

ada

gejala klasik

yang menyertai

tumor

serosa proliferatif.

Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadangkadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada
pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun ascites. Kelainan
ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali
pada stadium terminal.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 3035% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologically
benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma
ovarium ganas (clinicallyy maignant). Terapi pada umumnya adalah
pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya
kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi,
untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari
suatu

teratoma

dimana

dalam

pertumbuhannya

satu

elemen

mengalahkan elemen-elemen lain. (3) Tumor mucinous yang berasal


dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Kistadenoma ovari
spinosum mencakup 16 30% dari total tumor jinak ovarium dan 85%
di antaranya adalah jinak. Tumor ini bilateral pada 5 - % kasus. Tumor
ini pada umumnya adalah multilokuler dan lokulus yang berisi cairan
musinosum tamoak berwarna kebiruan di dalam kapsul yang
dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang
tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian basal. Dinding
kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktur

epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon
dimana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel sel
goblet. Perlu untuk memilih sampel pemeriksaan PA dari beberapa
tempat karena sebaran area area dengan gambaran jinal, potensial
ganas atau ganas adalah sangat variatif.
3) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak
sel germinativum dan paling banyak di derita oleh gadis yang berusia
di bawah 20 tahun. Tumor sel germinal ini mencakup 60% kasus
dibandingkan 40% yang berasal dari sel non germinal untuk kelompok
umur yang telah disebutkan terdahulu.
Lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat
besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tidak
mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain
padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan
mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur
dengan rambut Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan
gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan
terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista
dalam rongga peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat
jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita
lewat menopause.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Tumor dari jaringan ikat ovarium ini sangat terkenal terkait dengan
kumpulan gejala yang disebut dnegan sindroma Meigs. Mekanisme
sindroma ini belum diketahui secara pasti, tetapi sistem limfatik
diafragma dianggap sebagai benang merag dari kesemua gejala yang

ada, termasuk dengan adanya timbunan cairan di rongga daeda. Tidak


seperti namanya, tumor ini tidak sepenuhnya berasal dari jaringan ikat,
karena juga terdapat unsur germinal, tekoma, dan trnasformasi ke arah
ganas seperti tumor Brenner walaupun tanpa adanya metastase ke
pleura. Hidrotoraks dan asites selalu menyertai fibroma ovarium dalam
sindroma Meigs.
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium,
kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma
ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5%
dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada
penderita menopause. Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm;
dan beratnya 20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata,
konsistensi

keras,

warnanya

merah

jambu

keabuan.

Apabila

konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak


disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atasjaringan ikat dengan
sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar
kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar
biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumorini
sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).
2) Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.
Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Robert Meyer merupakan pionir dalam mengenali tumor ini karena
sebelum ini selalu didiagnosis sebagai fibroma. Ternyata tumor ini
mempunyai karakteristik histopatologi yang berbeda karena tersusun
dari sarang - sarang atau kolom epitel di dalam jaringan fibromatosa.
Distribusi sarang epitel di dalam stroma mengesankan gambaran ganas
tetapi gambaran himogn dan uniformal tanpa aktivitas anaplasia
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Karakteristik sarang sarang epitel tersebut seringkali membentuk
meujukkan tendensi untuk mengalami degenerasi kistik sentralis.
Rongga rongga yang terbentuk mempunyai massa sitoplasmik yang

menyerupai gambatan ovum di dalam folikel. esar tumor ini beraneka


ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram.
Lazimnva tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning
muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang- kadang pada
tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini
sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas
epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Tumor
Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika
masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa
kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan
klinisnya.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
Tumor ini dikaitkan dengan adanya produksi hormon estrogen
dan dapat menyebabkan pubertas prekok pada gadis gadis muda
dan menyebabkan hiperplasia adenomatosa dan perdarahan
pervaginam pada perempuan pasca menopouse. Karakteristik
histopatologinya berupa sel dengan inti berlekuk seperti biji kopi,
disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler, makrofolikuler,
trabekuler, insuler, atau padat. Badan Call-Exner dikaitkan
dengan corak pertumbukan mikrofolikural dan rongga rongga
kecil yang berisi cairan eusinofilik. Terdapat sejumlah sel teka
dalam jumlah tertentu.
b. Tumor sel teka
Seperti halnya tumor granulosa, tekoma ovari juga memproduksi
estrogen. Tumor jinak ini terdiri dari stroma yang mengandung
sebaran sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada
badan tumor saat dilakukan diseksi.
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
Tumor ini memberikan gjala virilasi pada penderita dan umumnya
terjadi pada perempuan berusia 20 27 tahun. Sebagian besar
tumor tumbuh secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik

akan dijumpai sel Sertoli dan sel leydig secara bersamaan.


Didalam jarngan tumor, tekstur kedua sel ini sangat variatif.
4) Tumor endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Yang paling menarik dan banyak menjadi bahan diskusi
adalah keberadaan jaringan yang mirip dengan endometrium di dalam
rongga pelvik, termasuk yang bermanifestasi pada ovarium. Tumor
endometroid paling sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro
uterina dan rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uteri, tuba,
rektum, sigmoid dan kandung kemih), umbilikus, parut laparotomim
sakus hernialis, apendiks, vagina, vulva, serviks, tuba dan kelenjar
limfe. Tumor endometroid ini pertama kali dibahas oleh Sampson pada
tahun 1921 dan semenjak itu banyak ahli mencoba membahas tentang
histogenesis lesi ini. Sekitar 30 50% endometroid ovarii terjadi
bilateral dan hanya 10% tumor endometroid timbul pada tempat yang
sama dengan endometriosis. Sekitar 30% penderita karsinoma
endometroid terjadi bersamaan dengan karsinoma endometrium.
Terdapat 4 teori terkait yang dianut hingga saat ini, yaitu regurgitasu
darah haid (Teori Sampson), metaplasia selomik, diseminasi limfatik
(teori Halban) dan hematogenik. Teori implantasi dan metaplasia
dianggap paling masuk akal walaupun tindak dapat menjelaskan
endometroid di tempat yang jauh (umbilikus, pleura, dan sebagainya).
Walaupun teori limfatik dan hematogenik dapat menjelasakan
pertumbuhan endometroid di tempat jauh dari cavum uteri, tetapi
sangat sedikit kasus atau studi yang dapat mendukung teori ini.
3.4.

Faktor Risiko
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan

hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium
timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Faktor resiko
terjadinya kista ovarium.

1) Riwayat kista ovarium sebelumnya


2) Siklus menstruasi yang tidak teratur
3) Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
4) Menstruasi dini
5) Tingkat kesuburan
Pengobatan infertilitas - Pasien dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti
clomiphene citrate atau letrozole, dapat berkembang kista sebagai
bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium
6) Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester kedua,
ketika kadar hCG puncak
7) Gonadotropin ibu
Efek

transplasental

gonadotropin

ibu

dapat

menyebabkan

perkembangan kista ovarium neonatal dan janin


8) Merokok
Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok; risiko
dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa
tubuh menurun (BMI)
9) Ligasi tuba
Kista fungsional telah dikaitkan dengan ligasi tuba sterilisasi.
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang
tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

3.5.

Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan

hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Kista indung
telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. Kista
folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon
(LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal
berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami
involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya
asimtomatik. Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur,
serta terapi hormon.
3.6.

Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan

kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi


ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan

siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari
yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel
dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak
pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada
daerah pelvis. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Kista neoplasia dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta
dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari
epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel

primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
3.7.

Manifestasi klinik
Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak

menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir yang
menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen ,sakit yang
hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku.
Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala
seperti:
1. rasa sakit pada panggul
2. sakit pinggang
3. sakit saat berhubungan seksual

4. pendarahan rahim yang abnormal


3.8.

Diagnosis dan Diagnosis Banding


A. Anamnesis
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik (2) (5) (8) Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar
dan menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan bertambah
jika kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture. Pemastian penyakit tidak
biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting

untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk


mengetahui gejala mana yang serius. (3) Gejala-gejala berikut yang
muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
1) Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur
2) Perut terasa penuh, berat, kembung.
3) Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau
dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang
sering.
4) Haid tak teratur.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi.
Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
5) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
6) Nyeri senggama.
7) Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada
8)

saat hamil.
Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang
drastis.

B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut, namun
adanya asites yang banyak dapat mengganggu palpasi abdomen. Walau
pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal
tetapi hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang
kistik, mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat

terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif.
C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui
pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis kista ovarium.

Pemastian diagnosis untuk kista

ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan. (3) (2):


a) Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini

a.

digunakan untuk screening awal apakah wanita tersebut hamil


atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah

b.

penyakit

keganasan,

dapat

diperkirakan

melalui

LED.

Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu


pemeriksa menilai keadaan pasien.
c.

Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari


apakah ada kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau
infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.

d.

Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker


spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125. Tes darah
dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125,

CA-125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Cancer antigen


125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovarium normal dan karsinoma ovarium. Dengan ini diketahui
apakah massa ini jinak atau ganas. Level serum kurang dari 35
U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85%
pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125
ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus
dan ovarium.
b) USG
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan
tetapi tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya.
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi
kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista
berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dari
gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan
echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemenelemen darah di dalam kista.
c) Foto Roentgen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.


Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada
kolon dapat untuk menentukan apakah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di
daerah pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
d) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan untuk biopsi.
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop.

Tumor jinak jaringan Ovarium


B. Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Penemuan kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan
USG transvaginal atau pencitraan MRI. Diagnosis banding kista
folikel adalah salfingitis, endometriosis, kista lutein, dan kista
neoplastik lainnya. Sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam
50 hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk
mengatur siklus dan atresi kista folikel.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan
tegang dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi
terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista
lutein

juga

dapat

menyebabkan

torsi

ovarium

sehingga

menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan intraperitoneal yang


membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelamatkan
penderita.
b. Kista Teka ini. Pada
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Walaupun mengalami pembesaran ovarium, juga mengalami proses
sklerotika yang menyebabkan permukaannya berarna putih tanpa
identasi seperti mutiara sehingga disebut sebagai ovarium kerang,
ditemukan banyak folikel berisi cairan di bawah dinding fibrosa
korteks yang mengalami penebalan, teka interna terlihat kekuningan
karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal
yang sama.
Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah
pada beberapa gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat
menarke dan haid yang normal kemudian berubah menjadi episode
amenorea yang smeakin lama. Oembesaran ovarium di palpasi pada
sekitar 50%. Terjadi peningkatan 17-kortikosteroid dan LH tetapi
tidak ditemukan fase lonjakan FH (LH Surge) yang akan menjelaskan
mengapa tidak terjadi eksresi estrogen, FSH, dan ACTH masih dalam
batas normal. Pemeriksaan yang dapat diandalkan adalah USG dan
laparoskopi. FSH biasanya normal LH tinggi dengan rasio
LH>FSH>2. E tinggi / normal prolaktin normal atau tinggi.
Tumor Epitel Ovarium
A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Kistadenoma serosum ditemukan pada usia 20 30 tahun digolongkan
sebagai neoplasma potensi rendah untuk trnasformasi ganas dan hal ini
bertolak belakang dengan penderita pada usia peri atau pasca
menopouse yang memiliki potensi anaplastik yang tinggi. Seperti
dengan sebagian besar tumor epitelial ovarium, tidak dijumpai gejala
klinik khusus yang dapat menjadi petanda kistadenoma serosum. Pada

sebagian besar kasus, tumor ini ditemukan secara kebetulan saat


dilakukan pemeriksaan rutin, pada kondisi tertentu, penderita akan
mengeluhkan rasa tindak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut,
dan gejala seperti asites.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Tumor musin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor
dalam tubuh manusi. Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat
tumor di atas 70 kg. Sebagai konsekuensi, semakin besar ukuran tumor
ovarium, semakin besar pula kemungkinan diagnosisnya adalah
kistadenoma ovari musinosum. Tumor ini juga asimptomatik dan
sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau
rasa penuh di perut. Pada kondisi tertentu, perempuan pasca
menopouse dengan tumor ini dapat mengalami hiperplasia atau
perdarahan pervagina, karena steoma sel tumor mengalami proses
luteinisasi sehingga dapt menghasilkan hormon (terutama estrogen).
Bila hal ini terjadi apda perempuan hamil, maka dapat terjadi
pertumbuhan rambut yang berlebihan (virilisasi) pada penderita.
Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik, atau
abdomen melalui stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan
musin intraperitoneal dan hal ini dikenal sebagai pseudomiksoma
peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh kistadenoma
pada apendiks (appendiceal mucinous cystadenoma)
3) Kista dermoid
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi
ektodermal merupakan komponen utama, yang kemudian diikuti
dengan mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap unsur
penyusun, akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid
jarang mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang kadang bercampur
dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan
semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel sel yang telah
matur sehingga kista ini juga disebut sebgai teratoma matur. Kista
dermoid mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi
cairan kental dan berminyak karena dinding tumor mengandung

banyak kelenjar sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah


rambut). Dalam ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulakan
keluhan apapun dan penemuan tumor pada umumnya hanya melalui
pemeriksaan ginekologi rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut
hanya dirasakan apabila ukuran tumor cukup besar. Komplikasi kista
dermoid dapat berupa torsi, ruptura, perdarahan, dan transformasi
ganas.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Fibroma timbul secara bilateral pada 2 10% kasus dengan ukuran
rata arta tumor ini adalah 6 cm. konsistensi tumor adalah kenyal,
padar dengan oermukaan yang halus dan rata. Asites dan hidrotoraks
merupakan paket dari sindroma meigs dan tanpa kedua ini maka
tumor yang berasal dari jaringan ikat ovarium murni disebut fibroma
ovarii.
2) Tumor Brenner
Tumor brenner termasuk jarang ditemukan dan pada umumnya
ditemukan pada perempuan usia lanjut (50 tahun). Tidaka ada gejala
klinik khusus dari tumor ini dan seringkali ditemui secara tidak
sengaja pada saat operasi. Pernah ditemukan tumor Brenner seberat 10
kilogram (Averbach) dan semula diduga sebagai fibroma. Tumor ini
tumbuh bilateral pada 10% dari total kasus. Novak mengajukan teori
Walt- Hard cell islet terkait dengan histogenesis tumor ini tetapi
Greene et al berpendapat baha jaringan asal tumor ini adalah epitel
permukaan, rete

dan stroma ovarium. Arey

meragukan epitel

ovarium dan mengajukan uroepitel sebagai jaringan asal. Woodruff,


Acosta, dan Mc Kinlay percaya bahwa teori metaplasi dan degenerasi
berada di balik histogenesis tumor Brenner.
Hingga akhir millenium ini, tumor Brenner dianggap sebagai tumor
jinak (98%). Tumor ini mencakup 1%-2% dari total tumor ovarium
dan sekitar 95% terjadi unilateral. Idelson melaporkan transformasi
ganas pada sekitar 50% kasus dan melihat adanya hubungan
kistadenokarsinoma

musinosum

dengan

tumor

ini.

Roth

mendeskripsikan transformasi tersebut secagai proliferasi tanpa invasi


nyata pada stoma. Farrar melaporkan ada ,5% kasus yang
menunjukkan efek estrogenik (hiperplasia endometrium) dari tumor
Brenner. Ulery melaporkan sejumlah kasus tumor Brenner dengan
evek virilasi pada penderita.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
5) Tumor endometroid
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik
sangat bervariatif. Bentuk yang paling sering ditemukan adalah
penonjolan berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan
bagian belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk
melepaskan ovarium dari perlekatannya dari jaringan sekitar, akan
disertai oleh keluarnya cairan kecoklatan (seperti karat). Apabila
endometroid membentuk kista pada ovarium maka permukaan dalam
dinding akan memiliki gambaran sperti lapisan endometrium di kavum
uteri disertai dengan area area yang berdarah.
Walaupun terjadi perlekatan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan
atau serat- serat fibrin, tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak
menimbulkan penyatuan juluran fimbria. Perdarahan atau bekuan
darah dari tumor endometroid menjadi penyebab utama obstruksi dari
bagian paling ujung tuba. Penonjolan, perlekatan dan perdarahan
adalah penampakan umum di semua lokasi lesi endometroid di dalam
kavum pelvik. Cavanagh menemukan hubungan usia (kurang dari 30
tahun) dengan progresivitas pertumbuhan endometroid (termasuk
penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik. Diagnosis dengan
laparoskopik diagnostik.
3.9. Tatalaksana
3.9.1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan

sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka
dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. Pemberian obat kontrasepsi
juga dapat diberikan untuk mengecilkan ukuran atau perkembangan kista
dan mengurangi peluang pertumbuhan kista ovarium. Dilakukan pada kista
dengan ukuran kurang dari 7 cm. Perawatan dirumah sakit dilakukan bila :
kista direncanakan untuk diangkat melalui operasi atau kista yang
mengalami puntiran, rutpur, atau terinfeksi.
3.9.2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau
laparotomi. Bila ukuran kista lebih dari 7 cm, atau kista mengalami
puntiran, atau kista ruptur, atau kista mengalami infeksi.dilakukan :
a. Kistektomi
b. Ovarektomi
c. Salpingo ovarektomi
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista
yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,
aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista
berukuran kurang dari 8 cm dianggap

aman untuk tidak dilakukan

terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten


yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi
digunakan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau
simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada
pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan
konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium
tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan ovarium
sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita post menopause,
perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun

yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan


karsinoma ovarium.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian
suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan
Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui
operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3
atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke8 atau ke-9. (3) (6)
Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas
untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan
onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat
karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian
tumor ganas atau tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingoooforektomi,dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat
tumornya

saja (ooforektomi

atau ooforokistektomi)

masih

dapat

dibenarkan jika stadiumnya masih muda, belum mempunyai anak, derajat


keganasan tumor rendah seperti pada fow potential malignancy
(borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka
terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi
menggunakan obat sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide,
chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas
sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan

selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun
sekali.
Pentalaksanaan spesifik
A) Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi
lansung pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi.
Pastikan dulu bawhwa kista yang akan dilakukan pungsi adalah kista
folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista
tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
b. Kista Teka
Pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk menangani
kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah
evakuasi mola, terapi korio karsinoma dan penghentian stimulasi
obulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi
ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum,
maka

diperlukan

tindakan

laparotomi

segera

untuk

menyelamatkan penderita.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Klomifen sitrat 50 100 mg per hari untuk 5 - hari per siklus.
Ebberapa praktisi juga menambahkan hCG untuk memperkuat efek
pengobatan. Walaupun reseksi baji (wedge) cukup menjanjikan. Hal
tersebut

jarang

dilakukan

karena

dapat

terjadi

perlengketan

periovarial. Karena endometrium lebih banyak terpapar oleh estrogen,


maka dianjurkan juga untuk memberikan progesteron.
Tumor Epitel Ovarium
A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan
pembedahan (eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ

intrapelvik dan abdomen. Untuk itu, jenis insisi yang dipilah adalah
mediana karena dapat memberikan cukpu akses untuk tindakan
eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi
sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya keganasan.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum
mendiseminasi cairan musin ke rongga peritoneum (pseudomyxoma)
dan hal ini ditemukan pada saat melakukan tindakan laparotomi, maka
sebaiknya

dilakukan

salpingoooforektomi

unilateral.

Untuk

mengosongkan cairan musin dari kavum peritoneum, encerkan


terlebih dahulu musin dengan larutan dextrose 5%-10% sebelum
dilakukan pengisapan (suction)
3) Kista dermoid
Laparotomi dan kistektomi
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Hampir semua tumor padat ovarium diindikasikan untuk diangkat,
termasuk fibroma. Pengangkatan tumor biasanya diikuti dengan
menghilangnya hidrotoraks dan asites.
2) Tumor Brenner
Eksisi
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
4) Tumor endometroid
Sangat tergantung dari usia dan fertilitas pasien karena tindakan
ooforektomi adalah pilihan yangcukup radikal untuk menyelesaikan
kasus ini. Untuk penanganan infertilitas dapat dicobakan eksisi
endometroid tumor dan dikombinasikan dengan hormonal atau
menopouse buatan secara temporer. (9)
3.10. Komplikasi
Kista ovarium memiliki berbagai dampak yang luas. Dalam kebanyakan
kasus, kista ovarium bersifat jinak, tanpa gejala, tidak memerlukan
manajemen lebih lanjut dan akah hilang dengan sendirinya. Namun,

dalam beberapa kasus dapat terjadi ruptur ovarium, perdarahan maupun


torsi ovarium.
1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur

menyebabkan

pembesaran

kista,

dan

hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika


perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
(10)
2) Torsio.
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 4
cm atau lebih pada sekitar 15% kasus.. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui

ligamentum

infundibulopelvikum

terhadap

peritoneum

parietale. Torsi ovarium melibatkan rotasi pedikel vaskuler ovarium,


menyebabkan obstruksi aliran arteri vena dan, akhirnya, yang dapat
menyebabkan infark. Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai,
tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan
coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat
robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi perdarahan yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda akut abdomen.
Sebagian besar kasus torsi terjadi pada wanita premenopause usia
subur, tetapi sampai 17% dari kasus dapat mempengaruhi prapubertas
dan wanita pascamenopause. Hal ini juga sangat terkait dengan
stimulasi ovarium dan sindrom ovarium polikistik. torsi ovarium lebih
umum di sisi kanan karena kolon sigmoid membatasi mobilitas
ovarium kiri. (10)
Keganasan dapat dilihat pada sampai dengan 2% dari kasus torsi
ovarium. Massa ovarium yang paling umum yang terkait dengan torsi
adalah kista dermoid. CT scan dan ultrasonografi dapat membantu

diagnosis. Tidak adanya aliran darah dalam ovarium dapat mendukung


diagnosis torsi. Pilihan pengobatan termasuk laparoskopi "detorsion"
dan pelestarian adneksa pada wanita premenopause dan salpingoooforektomi pada wanita pascamenopause. fungsi ovarium dapat
dipertahankan dengan detorsion laparoskopi (10)
3) Ruptur
Hasil dari ruptur kista ovarium dievaluasi berdasarkan gejala
terkait dan akan menentukan apakah pasien dipulangkan atau dirawat
untuk laparoskopi. Ruptur Kista ovarium biasanya terjadi dengan kista
luteal corpus. Kasus ini melibatkan ovarium kanan dalam dua pertiga
kasus dan biasanya terjadi pada hari 20-26 dari siklus menstruasi
wanita. Mittelschmerz adalah bentuk pecah kista fisiologis. Pada
wanita hamil, perdarahan kista corpus luteal biasanya terlihat pada
trimester pertama, dengan sebagian besar menyelesaikan dengan usia
kehamilan 12 minggu. Perdarahan dan syok dapat terjadi dan dapat
hadir di akhir simtomatologi tersebut.
Pada ruptur kista ovarium, ultrasonografi dapat menunjukkan
cairan bebas dalam kavum Douglas di 40% kasus. Ruptur kista dan
perdarahan dapat diobati secara konservatif dengan observasi jika
pasien stabil, dengan tindak lanjut scanning dalam 6 minggu untuk
mengkonfirmasi resolusi perdarahan. Laparoskopi ditunjukkan dalam
kompromi hemodinamik, kemungkinan torsi, tidak ada bantuan dari
gejala dalam waktu 48 jam, atau meningkatkan hemoperitoneum atau
konsentrasi hemoglobin jatuh.
4) Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut

dan

dapat

menekan

vesica

urinaria

sehingga

terjadi

ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara


sempurna.
5) Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.
6) Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu
tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

3.11. Pencegahan
1. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau
pembesaran ovarium lainnya
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk
mendeteksi aliran darah
3. Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker )
4. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu
3.12. Prognosis
Prognosis untuk kista jinak sangat baik. Semua kista tersebut dapat terjadi
pada jaringan ovarium residual atau di ovarium kontralateral. Walaupun
penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur
yang benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat
menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker
terkemuka di dunia sekalipun. Secara keseluruhan, 70% -80% dari kista
folikel sembuh secara spontan

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. Ovarian Cyst. Wikipedia. [Online] Wikimedia Foundation, Inc.


[Dikutip: 03 Maret 2016.]
2. Ovarian Cysts. Medscape. [Online] WebMD LLC, 12 Februari 2015. [Dikutip:
07 Maret 2015.] http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview.
3. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo, 2007. hal. 346 - 362. Vol. 5.
4. Padjajaran, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas.
Kista Ovarium. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi. Bandung :
Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,
2015, hal. 137.

5. Miranda, Aurora M. Ovary Anatomy. Medscape. [Online] WebMD LLC, 03


Oktober
2013.
[Dikutip:
07
Februari
2016.]
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3.
6. Sjamsuhidayat. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 1998. hal. 1027.
7. Sastrawinata dan Sulaiman, dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri
patologi. Jakarta : EGC, 2004. hal. 104.
8. Schorge, et al. Ovarian Tumor and Cancer. [pengar. buku] William. William
Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section. s.l. : McGraw-Hills,
2008.
9. Anwwar, Mochamad. Ilmu Kebidanan. 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014. hal. 279 - 291.
10. Iglesia, Cheryl B. Ovarian Cysts. Office on omen's Health. [Online] [Dikutip:
10
Maret
2016.]
http://www.womenshealth.gov/publications/ourpublications/fact-sheet/ovarian-cysts.html?from=AtoZ#.

Anda mungkin juga menyukai