Anda di halaman 1dari 60

Tutorial skenario ke 2 blok 19

Kelompok 4B
ANATOMI HIDUNG
Anatomi Hidung
HIDUNG LUAR (Nasus eksternus):
dorsum nasi
apeks nasi
radiks nasi
ala nasi
HIDUNG DALAM (Nasus internus):
rongga hidung
septum nasi
SINUS PARANASALES:
sinus frontalis
sinus maksilaris
sinus (sel-sel) ethmoidalis
sinus sfenoidalis
HIDUNG LUAR (Nasus eksternus)
dorsum nasi
apeks nasi
radiks nasi
ala nasi

created by rolanda
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
Cavum nasi (rongga hidung)
Ataplamina cribriformis os ethmoidale, disini terdapat n.
olfaktorius
Dasar processus palatinus os maxilla dan the lamina
horizontalis os palatina
Os nasale
Os vomer
HIDUNG DALAM

Os frontalis
Os nasale

Konka media

Konka inferior

Septum nasi Os maxillaris

Cavum nasi

created by rolanda
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
Cavum nasi (rongga hidung)
Trdpt tonjolan & lipatan selaput lendir hidung, yg disbt konka, tdd :
konka nasalis inferior
konka nasalis media
konka nasalis superior
Meatus nasi inferior ruang antara dasar cavum nasi dg konka
nasalis inferior
Meatus nasi media ruang antara konka nasalis inferior dg media
Meatus nasi superior ruang antara konka nasalis media dg superior
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
Septum nasi
Lamina perpendicularis os ethmoidalis
Os vomer
Cartilago septi nasi
11
SINUS PARANASALIS
Disekitar rongga hidung trdpt rongga2 => sinus paranasalis
Tdd :
Sinus frontalis
Sinus maksilaris
Sinus sfenoidalis
Sinus ethmoidalis
FISIOLOGI PENGHIDU
Klasifikasi dan Etiologi Rinore
Klasifikasi & Etiologi Rinitis

1. Rinitis Akut
Penyebab : virus/bakteri
Gejala : rinore, bersin-bersin, hidung buntu, demam,
kelemahan umum, dan sakit kepala.
2 stadium :
Stad Awal : 3-5 hari, sekret hidung awalnya encer
kemudian menjadi mukoid
Stad Invasi : rinore purulen, demam, sakit tenggorok (2
minggu)
Klasifikasi & Etiologi Rinitis
2. Rinitis Kronik

a. Rinitis Alergi
Penyebab : alergen yang merangsang pelepasan histamin
Faktor resiko : Genetik
Gejala:
Rinore encer & gatal hidung
Bersin yg sering (>5x), Hidung buntu
Kadang disertai mata gatal dan lakrimasi
Ditemukan allergic shiner, allergic crease dan garis
dannies-morgan
Klasifikasi & Etiologi Rinitis

b. Rinitis Vasomotor
Penyebab : Reaksi neurovaskuler terhadap beberapa
rangsangan mekanis, kimia atau psikologis.

Faktor resiko :
Obat-obatan (co: ergotamin, klorpromazin, anti hipertensi)

Fisik: Asap rokok, udara dingin, bau yang merangsang

Endokrin: kehamilan, pubertas

Psikis: rasa cemas, tegang


Klasifikasi & Etiologi Rinitis
Gejala :
Hidung tersbumbat bergantian

Rinore mukus atau serous, jarang disertai bersin dan tidak


ada rasa gatal pad amata

Gejala memburuk jika ada perubahan suhu yang ekstrim,


udara lembab atau asap rokok

Berdasarkan gejala, dibagi menjadi 3 golongan :


1. Tipe obstruksi (blockers)
2. Tipe bersin (sneezers)
3. Tipe rinore (runners)
PATOFISIOLOGI
Antigen
Makrofag & monosit Membent
membentuk
Alergen menangkap allergen uk
fragmen
masuk yang menempel di komplek
pendek
mukosa hidung peptida
peptida
Sitokin Sel Di
mengaktifkan T penyaji presentasi
helper akan kan
Th2 akan berproliferasi melepas kepada
menghasilk menajdi Th1 dan kan sel T
an berbagai Th2 sitokin helper
sitokin yang
reseptorny IgE di sirkulasi
a diikat di Limfosit B aktif Kedua
darah akan masuk
permukaaa >> jaringan
ke jaringan dan
n linfosit B memproduksi ini AKTIF
diikat mastosit dan
IgE
basophil
Mukosa yang Kedua
sudah rantai IgE Degranulas
tersensitisasi akan i
terpapar oleh mengikat (Pecahnya
allergen yang allergen dinding sel)
sama spesifik

Histamin
Terbentuk
merangsang
Histamin
reseptor H1
pada ujung
saraf
Sel goblet dan
medianus
kelenjar mukosa Vasodilata
mengalami si sinusoid
hipersekresi dan
Rasa gatal permeabilitas
pada kapiler meningkat
hidung dan Vena
bersin- sekunde
bersin r
obstruks Hidung
Rinore
Allergi Allergi i tersumbat
c c Allergic
salute crease shiner
DIAGNOSIS
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
JASMANI
ANAMNESIS
identitas pasien
-usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, dll.
1. Riwayat kesehatan
Riwayat keluhan utama
Riwayat penyakit dahulu: apakah pernah terkena
penyakit THT ataupun alergi yang lain
Riwayat penyakit keluarga : adakah anggota
keluarga yang lain yang pernah mengalami
penyakit yang sama
PEMERIKSAAN JASMANI
keadaan umum pasien,
Tanda-tanda Vital,
berat badan,
tinggi badan

seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik seperti ekskoriasi, bekas garukan,
dan terdapat lesi urtikaria, angioedema, dermatitis, dan likenifikasi.
mata diperiksa untuk melihat hiperemia konjungtiva, edema, sekret mata yang berlebihan dan
katarak terkait atopi atau pengobatan kortikosteroid dengan dosis tinggi. Kemudian, allergic shiners
berupa daerah gelap dan bengkak di bawah mata, khas dijumpai pada penderita rhinitis alergi.
pemeriksaan membran timpani untuk melihat otitis media, penyulit pada alergi saluran napas,
perlu dilakukan. Kemudian, pada sinusitis, sinus dapat diperiksa secara palpasi dan transiluminasi.
pada pemeriksaan hidung, terdapat beberapa tanda seperti allergic salute dimana pasien
menggosok hidung ke arah atas dengan telapak tangan, allergic crease berupa garis melintang
akibat lipatan kulit ujung hidung, allergic facies berupa pernapasan mulut, dan kelainan gigi-geligi.
pada pemeriksaan mulut dan orofaring dinilai eritema, edema, hipertrofi tonsil, dan post nasal
drip. Mukosa kemerahan dan edema sering dijumpai pada pasien rhinitis alergi.
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada pemeriksaan dada untuk menilai adanya
penggunaan otot bantu pernapasan dan mengi.
pemeriksaan lainnya berupa tekanan darah yang rendah (90-110 mmHg) sering dijumpai pada
pasien penyakit alergi.
PEMERIKSAAN FISIK
Anak-anak : Allergic shiner,
Allergic Salute, Allergic
Crease, Allergic Facies
1. identitas pasien, usia, jenis
kelamin, agama, pekerjaan,
alamat, dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluhan utama
b. Riwayat penyakit dahulu :
apakah pernah terkena penyakit
THT ataupun alergi yang lain
c. Riwayat penyakit keluarga :
adakah anggota keluarga yang
lain yang pernah mengalami
penyakit yang sama
Rinoskopi anterior
Mukosa edema, basah, pucat-kebiruan
disertai adanya sekret yang banyak,
bening dan encer
konka inferior hipertrofi

Nasoendoskopi kelainan yang tidak


terlihat di rinoskopi anterior
Tanda dermatitis atopi
Cari kemungkinan
komplikasi : sinusitis,
polip, otitis media efusi
Rinosinusitis Polip hidung
Otoskopi
OME
Geographic tongue ( alergi
makanan )
Cobble stone appearance
Penebalan lateral
pharyngeal bands
( PND )
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.h.465-80
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004.h.747-51.
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004.h.747-51.
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004.h.747-51.
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.h.465-80
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.h.465-80
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.h.465-80
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.h.465-80
Shapiro GG, Anderson JA. Controversial techniques in allergy. Pediatrics 1988; 82:935-7
DIFFRENT DIAGNOSIS
TATA LAKSANA
Menghilangkan gejala
Eliminasi alergen
rinitis alergi (simptomatis)

Imunoterapi
1. Eliminasi Alergen (Non-farmakoterapi)

Tujuan :
mencegah kontak antara alergen
dengan IgE spesifik pada permukaan sel
mast

Pastikan alergen dengan skin test


Memperbaiki ventilasi dan
kelembaban udara
Menjaga kebersihan rumah
2. Farmakoterapi
1. Antihistamin : lini pertama (gold)

antagonis histamiin reseptor H1 yang bekerja secara inhibisi kompetitif


pada reseptor Hl
Pemberian dapat kombinasi atau tanpa dengan Dekongestan
Obat :
Antihistamin generasi I : ( difenhidramin, klorfeniramin,
promestasin dan siproheptadin)
Antihistamin generasi II : (loratadin, astemisol dan azelastin)
1. ANTIHISTAMINE

2. DEKONGESTAN
3. Sodium Kromoglikat (semprotan hidung)
Menghambat influks ca2+ menghambat pelepasan mediator alergi

4. ipratropium bromida (semprotan hidung)


menghambat reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor mengurangi
hipersekresi mukus (rinore)
2. Farmakoterapi

5. KORTIKOSTEROID
3. SODIUM KROMOGLIKAT 4. IPRATROPIUM BROMIDE INTRANASAL
5. Kortikosteroid

menekan produksi sitokin dan mencegah sintesis IgE


oleh sel B
Kortikosteroid intranasal/ topikal
lini pertama rinitis alergi sedang-berat
Obat :Budesonide, beklometason, flunisolide, flutikason, Kortikosteroid
sistemik : rinitis alergi berat

Kortikosteroid sistemik
Rinitis alergi berat
3. Imunoterapi

Syarat : farmakoterapi tidak memberi respon

Imunoterapi : menginjeksikan alergen yang memicu reaksi alergi pada


pasien dengan dosis yang semakin meningkat sampai tertoleransi

Tujuan:

Mengurangi produksi Ig
Mengurangi pelepasan mediator alergi
mengurangi sensitivitas mukosa hidung
Komplikasi Rhinitis Alergi
Sinusitis paranasal

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. Ed revisi. IDI: 2014.
Polip Hidung

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. Ed revisi. IDI: 2014.
Otitis Media

Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. Ed revisi. IDI: 2014.
HIPOTESIS
1. Ada hubungan nya riwayat asma pada ibu
dengan keluhan yang di alami pasien saat ini
2. Ada hubungan antara usia dan jenis ke
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Ed revisi. IDI: 2014.
Shapiro GG, Anderson JA. Controversial techniques in allergy.
Pediatrics 1988; 82:935-7
Munasir Z. Pemeriksaan laboratorium. Dalam: Arwin AAP,
Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi - imunologi
anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2007.h.465-80
Atkins D, Leung DYM. Diagnosis of allergic disease. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders;
2004.h.747-51.

Anda mungkin juga menyukai