Anda di halaman 1dari 49

HIPERTENSI

Tatalaksana dan Pengobatan Hipertensi

Kelompok I:
1. Ani Kurniawati (1112102000042)
2. Pipit Fitriah (1112102000077)
3. Zaenab Salsabila (1112102000084)
4. Ismatuz Zulfa (1112102000092)
Konsumsi Epitel dan Fibrinogen
Denyut Dinding
garam Na+ endotel ikut memperbaiki
jantung aorta tipis
berlebih aliran darah kerusakan

Dinding pd
Pd sempit
menebal

Glukosa Darah
DM
darah kental
HIPERTENSI

Stres
Hormon
Vasokontriksi
Patofisiologi
adrenalin
Hipertensi
Tujuan Terapi

Secara keseluruhan tujuan penanganan hipertensi


adalah menurunkan morbiditas dan kematian

Target nilai tekanan darahnya adalah < 140/90 untuk


hipertensi tidak komplikasi dan < 130/80 untuk
penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik.

TDS merupakan indikasi yang baik untuk resiko


kardiovaskular daripada TDD dan seharusnya
dijadikan tanda klinik primer dalam mengontrol
hipertensi.
Hipertensi

Terapi

Non Farmakologi Farmakologi

Pre Hipertensi & hipertensi


Hipertensi I dan II Tanpa Komplikasi Komplikasi
- Menurunkan BB
- Diet sehat Gaya hidup sehat + obat
- Mengurangi asupan Na hingga 2,4 g/
hari
Hipertensi tahap I Hipertensi tahap II
- Memperbanyak aktivitas fisik
140-159/ 90-99 mmHg >160/100 mmHg
- Menghentikan konsumsi alkohol
- Menghentikan kebiasaan merokok
- Puasa Diuretik Tiazid Pertimbangan Kombinasi 2 obat
- Wudhu, zikir hidroklorotiazid
- bekam

ACE Inhibitor ARB Bloker CCB/ kombinasi Tiazid + ACE Inhibitor/


ARB/ Bloker
Kaptopril Valsartan Propanolol Nifedipin
retensi air dan
volume darah curah jantung
Na+
Diuretik Tiazid retensi perifer
Hidroklorotiazid
Klortalidon

reabsorbsi Na+,
Hemat Kalium sekresi K+, H+ tekanan darah
Diuretik Triamteren
Spirolakton
Amilorid

kontraspor reabsorbsi aliran darah


Na+/ K+/ Cl- Na+/ K+/ Cl- ke ginjal
Loop
Torsemida
Furosemid eskresi Na+/ retensi
Cl-/ Ca2+/ Mg2+ vaskular ginjal
Asam Etakrinat
Bumetamid
1 bloker 1 bloker

Prasozin aktivasi
Terazosin 1
Doxazosin

resistensi
Vasodilatasi
perifer

Tekanan darah
Amlodipin | Nifedipin | Nikardipin | Varapamil | Diltiazem

Penghambat saluran Ca2+


(Ca Channel Blocker [CCB])

Tekanan
darah
bloker
aktivasi 1 adrenoreseptor pada jantung curah jantung

Propanolol | Atenolol Tekanan darah


bloker Asebutolol | Metoprolol

resistensi perifer
renin angiotensin II volume darah

aldosteron retensi air dan Na


Angiotensin Converting
ACE Inhibitor dan ARB Enzyme Inhibitor
Benazepril
Angiotensinogen Kaptopril
(globulin 2 dalam darah)
Enalapril
Renin (dari ginjal) Fosinapril
Ramipril
Angiotensin I
(inaktif) halauan system saraf pusat
ACE Inhibitor
vasodilatasi otot polos vaskular
Angiotensi II Tekanan darah
retensi air dan Na

kadar bradikinin
ACE Inhibitor dan ARB Losartan Irbesartan

Angiotensin Reseptor 2 Bloker


Angiotensinogen
(globulin 2 dalam darah)
Valsartan Telmisartan
Renin (dari ginjal)

Angiotensin I
(inaktif) halauan system saraf pusat

vasodilatasi otot polos vaskular


Angiotensi II Tekanan darah
retensi air dan Na
ARB
Reseptor kadar bradikinin
GOLONGAN INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING KONTRA INDIKASI DOSIS ATURAN PAKAI
Diuretik Kuinidin aritmia K, Mg Penderita DM, Hidroklorotiazid Dengan atau
Tiazid NSAID penghambat Ca, urin, hiperglikemia, gagal Kombinasi dg obat lain 12.5-25 tanpa makanan
sintesis prostaglandin glukosa, lipid ginjal kronis mg 1-2 tab/ hari (tergantung
efek diuretik turun Disfungsi kombinasi) (MIMS ed 12, h. 49-
seksual 50)
Dosis maks sekali 100 mg, sehari
200 mg (FI III, h.288)
Diuretik NSAID, probenesid Hipokalemia, Gangguan ginjal Furosemid Oral: dapat
Loop respon diuretk hiperurikemia, Awal 50 mg (oral) diberikan bersama
Digitalis aritmia intoleransi 20-40 mg (IV atau IM) makanan
Sisplastin glukosa 80 mg (ampul)
ototoksisitas (MIMS ed 12, h. 49-51)
Diuretik ACE inhibitor Hiperkalemia Penderita gagal Spironolakton Dikonsumsi
Hemat hiperkalemia ginjal dan DM II Awal 25 mg/hari setelah makan
Kalium Menghambat bersihan disertai proteinuria (MIMS ed 12, h. 51)
digoksin
Meningkatkan efek
antihipertensi lain
Noradrenalin
Mengurangi respon
vascular
1 bloker Gangguan Terazosin Dengan atau
tidur, sedasi Awal: 1 mg 1x/hari tanpa makanan
GOLONGAN INTERAKSI OBAT EFEK SAMPING KONTRA INDIKASI DOSIS ATURAN PAKAI
ACE Antasid hipotensi Ibu hamil Kaptopril PO
Inhibitor Bioavailability Awal: 12.5 mg 3x/hari, dapat ditingkatkan Kaptopril: sebelum
NSAID bertahap sampai 25 mg 3x/hari makan
respon Ramipril Ramipril: bersama
antihipertensi Awal: 2.5 mg 1x/hari, pemeliharaan: 2.5-5 atau tanpa
mg/hari, maks: 10 mg/hari makanan
(MIMS ed 12, h. 36-39)

ARB Fenobarbital Insufisiensi Ibu hamil dan Losartan: Dengan atau tanpa
Bioavailability ginjal, laktasi 50-100 mg 1x/hari makanan
hyperkalemia, Irbesartan:
hipotensi Awal 150 mg 1x/hari, maks 300 mg 1x/hari
ortostatik (MIMS ed 12, h. 46-48)
Bloker Antasida Bradikardi, Penderita asma Atenolol Dengan atau tanpa
absorbs gagal jantung 50 mg/hari makanan
Simetidin, akut Metoprolol
kuinidin, 100 mg dosis tunggal atau terbagi
propafenon (MIMS ed 12, h. 39-41)
(m) propanolol
CCB Antaganis Ketidaknormala Gagal jantung Nifedipin Dengan atau tanpa
reseptor n denyut Awal: 30 mg 1x/hari makanan
adrenegik jantung Amlodipin Tidak boleh
blok Awal: 5 mg 1x/hari, ditingkatkan maks 10 mg dikunyah atau
atrioventrikel 1x/hari dihancurkan
(MIMS ed 12, h. 42-46) (nifedipin)
Antagonis 2- pusat
(Clonidine, guanabenz, guanfacine, dan methyldopa)

Menstimulasi reseptor 2 adrenergik di otak, yang


mengurangi aliran simpatetik dari pusat vasomotor dan
meningkatkan tonus vagal

Penggunaan kronik menyebabkan retensi air dan natrium,


contohnya pada penggunaan metildopa

Penghentian mendadak dapat menimbulkan hipertensi balik


atau overshoot hypertension
Clonidine transdermal dapat
menimbulkan efek samping yang
Sediaan yang beredar:
lebih sedikit dan kepatuhan yang
klonidin: Clonidin
lebih baik daripada pemberian oral
(generik), Catapres, Dixarit
Clonidine transdermal menurunkan
Metildopa: Dopamet,
tekanan darah dan menghindarkan
Medopa, Tensipas,
konsentrasi puncak obat dalam
Hyperpax
serum yang tinggi yang diperkirakan
menyebabkan efek sampingnya.
Dosis
Klonidin Metildopa

Dosis awal: 50-100 mcg melalui Dosis dan aturan pakai: oral
mulut (per oral), 3 kali sehari, 250mg 2 kali sehari setelah
atau 75-150 mcg melalui mulut makan, dosis maksimal 4g/hari,
(per oral), 2 kali sehari. infus intravena 250-500 mg
Dosis rumatan: 300-1200 diulangi setelah enam jam jika
mcg/hari melalui mulut, dalam diperlukan.
dosis yang dibagi. Metildopa untuk ibu hamil ;
Dosis maksimum: 2.4 mg/hari dosis sebesar 250-1500 mg dua
kali perhari peroral.
R Mengosongkan norepinefrin dari saraf akhir simpatik dan
memblok transpor norepinefrin ke dalam granul penyimpanan.
E
Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah norepinefrin dilepaskan ke
S dalam sinap. Pengurangan tonus simpatetik menurunkan resistensi
E perifer dan tekanan darah
Reserpin dapat menyebabkan retensi cairan dan natrium, sehingga
R perlu diberikan bersamaan dengan diuretik thiazide.
P Efek samping yang paling serius adalah berhubungan dengan dosis
I yaitu depresi. Depresi disebabkan oleh kosongnya katekolamin dan
serotonin di ssp. Hal ini dapat diminimalkan dengan cara tidak
N lebih dari 0,25mg tiap harinya.
Dosis
Dosis awal: 0.5 mg/hari melalui mulut (per oral), dalam dosis dibagi,
selama 2 minggu.
Kemudian kurangi menjadi Dosis Rumatan: 0.1-0.25mg/hari melalui
mulut (per oral).
Dosis maskimum: 0.5 mg/hari
Vasodilator arteri langsung
(Hidralazine dan Minoxidil)

Menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitasi refleks


baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor,
meningkatnya denyut jantung, curah jantung dan pelepasan renin

Oleh karena itu, efek hipotensif dari vasodilator langsung berkurang pada
penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik

Vasodilator langsung dapat menyebabkan angina pada penderita arteri koroner


kecuali mekanisme refleks baroreseptor dihambat secara sempurna oleh
inhibitor simpatetik.
Minoxidil merupakan vasodilator
yang lebih poten daripada
hydralazine. Minoxidil dapat
Hydralazine dapat menyebabkan meningkatkan denyut jantung, curah
sindrom yang tergantung dosis jantung, pelepasan renin dan retensi
seperti lupus yang bersifar reversibel, natrium. Retensi air dan natrium
umumnya dapat dihindari dengan dapat menyebabkan gagal jantung
menggunakan dosis total kurang dari kongestif, minoxidil juga dapat
200mg. Efek samping lainnya yaitu menyebabkan hipertrichosis
dermatitis, demam, reversibel pada wajah, tangan,
neuropatiperiferal, hepatitits dan punggung dan dada
sakit kepala vaskular.
Minoxidil umumnya digunakan
sebagai cadangan untuk mengontrol
hipertensi yang sulit
Dosis
Dosis pemberian oral 25-100mg dua kali sehari. Untuk hipertensi
seperti pada glomerulonefritis akut dan eklamsia, dapat juga
diberikan secara i.m atau i.v dengan dosis 20-40 mg. dosis maksimum
200 mg/hari. Aksi obat mulai dalam 15 menit, puncaknya 30-60
menit, durasi kerja 4-6 jam.
Mengosongkan norepinefrin dari terminal saraf simpatetik
postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap
respon stimulasi saraf simpatetik

Hipotensi ortostatik umumnya terjadi karena blokade


refleksmediasi vasokontriksi. Efek samping lainnya yaitu
disfungsi ereksi, diare dan kegemukan

Karena efek sampingnya tersebut, inhibitor simpatetik


posganglion memiliki peranan yang kecil terhadap pengobatan
hipertensi
Gagal jantung
Diuretik ACE inhibitor
Diuretik merupakan salah satu terapi ACE Inhibitor merupakan pilihan
firts line karena memperbaiki gejala obat firts line karena terjadi
edema dengan diuresis. penurunan morbiditas dan
Dengan memacu eliminasi sodium kematian.
dan air melalui ginjal, diuretik ACE inhibitor menghambat
menurunkan volume intravaskuler pembentukan angiotensi I menjadi
sehingga venous return ke jantung angiotensin II, sehingga
juga turun. memodulasi vasokonstriksi yang
Untuk gagal jantung menggunakan dipicu hormon tersebut pada pasien
diuretik karena obat ini dapat gagal jantung. Selain itu, karena
menyebabkan diuresis sehingga kadar aldosteron menurun, maka
mengakibatkan cardiac output turun. terjadi fasilitasi eliminasi sodium,
Obat yang biasa digunakan adalah yang berakibat terjadinya
diuretik loop of Henle (mis., penurunan volum intravaskuler dan
blocker ARB
(angiotensin II
-blocker dikontraindikasikan pada receptor blockers,
pasien dengan disfungsi sistolik karena ARBs)
efek inotrop negatifnya akan
memperburuk gejala. ARB pada gagal
-blocker bermanfaat untuk terapi gagal jantung akan
jantung, karena meningkatkan cardiac sama dengan ACE
output, mengurangi perburukan inhibitor .
hemodinamik, dan memperbaiki Oleh karena itu,
survival. Karena mempunyai ARB hanya
kemampuan dalam menurunkan diresepkan untuk
pasien yang tidak
kecepatan detak jantung (nadi) dan dapat
menghentikan aktivasi simpatis kronis. mentoleransi ACE
terapi sebaiknya diawali dengan dosis inhibitor (misalnya
rendah kemudian ditingkatkan bertahap. karena efek
Antagonis Aldosteron

Hanya digunakan pada gagal jantung sistolik.


Contoh : Eplerenone, inhibitor spesifik reseptor
aldosteron, terbukti memperbaiki survival pasien
dengan gagal jantung kongestif setelah infark
miokard akut.
Beberapa buki menunjukkan bahwa aldosteron
yang berlebih pada gagal jantung kronis akan
berkontribusi pada terbentuknya fibrosis jantung
Infark Postmyocardial
- blocker dan ACE Inhibitor Antagonis Aldosteron
blocker menurunkan Eplerenone, inhibitor
stimulasi adrenergik spesifik reseptor
jantung dan mengurangi aldosteron, terbukti
resiko infark miokardial memperbaiki survival
(kematian jantung yang pasien dengan gagal
mendadak). Sedangkan jantung kongestif setelah
pada ACE inhibitor dapat infark miokard akut.
meningkatkan fungsi Dapat menurunkan
jantung karena angka kematian dan
menghambat
- Blocker
Menghambat Resiko Tinggi
pelepasan renin Penyakit Koroner
sehingga
menurunkan
curah
jantung.
Penghambat saluran kalsium (CCB)

Menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan


menghambat kalsium sehingga kontraksi otot polos dan jantung
dapat diturunkan.
Pada saat terjadi serangan jantung koroner, terjadi vasodilatasi
pembuluh koroner jantung dan mengakibatkan payah jantung.
Obat yang digunakan golongan non dihidropiridin seperti
(Diltiazem dan verapamil) karena dapat menghambat
penyaluran sinyal saraf di jantung. Oleh karena itu, obat tidak
hanya mempengaruhi pembuluh darah/ arteri saja, tetapi juga
mempengaruhi kerja jantung dan dapat digunakan pada angina
pectoris.
Diabetes Melitus
ACE Inhibitor Atau ARB
ACE Inhibitor menurunkan ARB menurunkan tekanan
tekanan darah dengan darah dengan menghambat
menghambat perubahan secara langsung reseptor
angiostensin I menjadi angiostensin II.
angiostensin II, dimana ARB mempunyai kemiripan
angiostensin II adalah dengan ACE inhibitor karena
vasokonstriktor dan obat firts line dalam pengobatan
merangsang sekresi aldosteron. hipertensi dengan diabetes.
ACE inhibitor berguna untuk ARB lebih sering digunakan
nefropati diabetik, karena karena ARB memberikan
dilatasi arteriol eferen nepropoteksi pada vasodilasi
memperlambat penurunan dalam efferent arteriol dari ginjal
progresif fungsi ginjal dan dapat dan juga dapat meningkatkan
mengurangi proteinuria juga sensifitas insulin.
dapat memperbaiki sensivitas
insulin. ARB dapat mengurangi
kerusakan ginjal pada pasien
Diuretik

Diuretik yang digunakan pada diabetes adalah


diuretik hemat kalium karena dapat menghambat
reabsorbsi natrium dan sekresi kalium.
Contoh diuretik hemat kalium adalah
spironolakton. Diuretik ini menyebabkan diuresis
tanpa menyebabkan kehilangan kalium dalam
urin.
Penyakit Ginjal Kronik

Inhibitor ACE dan ARBs menurunkan


tekanan darah dan mengurangi
tekanan intragomelural. Beberapa data
menunjukan bahwa kombinasi ACE
inhibitor dan ARB lebih efektif daripada
pemakaian tunggal.
Karena efek samping batuk yang
ditimbulkan oleh ACE inhibitor dapat
Pencegahan Stroke berulang
Suatu penelitian klinik menunjukan bahwa kombinasi ACE
inhibitor dan diuretik thiazid mengurangi kejadian stroke
berulang.
Karena pada penderita stroke, stroke terjadi karena pembuluh
darah tersumbat atau pecahya pembuluh darah karena
besarnya volume tekanan.
sehingga diberikan obat diuretik karena dapat menyebabkan
diuresis sehingga volume darah dalam tubuh menjadi
berkurang sedangkan pada ACE inhbitor terjadi penurunan
aldosteron sehingga terjadi vasodilatasi.
Hipertensi pada orang
tua

Hipertensi pada anak-


anak dan remaja

Hipertensi pada ibu


Populasi hamil
khusus Hipertensi dengan penyakit
pulmonari dan arterial
perifer
Hipertensi dengan
dislipidemia

Hipertensi krisis
Hipertensi pada
orang tua

Morbiditas dan mortalits kardiovaskuler berhubungan dengan SBP


daripada DBP pada 50 tahun keatas.

Pengobatan diawali dengan dosis kecil diuretik dan


meningkatkan secara bertahap karena pada umumnya orang
tua lebih sensitif terhadap pengosongan volume dan inhibisi
simpatetik.

Jika diuretik tunggal tidak dapat menurunkan SBP, obat inhibitor


ACE dapat ditambahkan dalam dosis rendah dan ditingkatkan
secara bertahap. bloker pilihan pertama pada orang tua
dengan hipertensi dan angina. ACE inhibitor sangat baik untuk
penderita dengan diabetes atau gagal jantung.
Hipertensi
pada anak-
anak dan
remaja
Hipertensi sekunder lebih umum terjadi pada anak-
anak daripada orang dewasa dan penyakit ginjal
merupakan kasus yang umum.

Pengobatan nonfarmakologis (terutama penurunan


berat badan pada anak-anak obesitas) adalah
landasan terapi hipertensi primer. Diuretik, bloker,
inhibitor ACE merupakan antihipertensi yang efektif.

Inhibitor ACE dan ARBs kontraindikasi pada wanita


karena sangat berpotensi menyebabkan efek
teratogenetik, stenosis arteri ginjal bilateral atau
stenosis unilateral pada ginjal.
Preeclampsia dapat terjadi pada wanita primigravid setelah 20
minggu kehamilan yang mengalami hipertensi (> 140/90 mmHg)
dengan proteinuria. Dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa baik bagi ibu dan janin.
Antihipertensi digunakan jika DBP adalah> 105-110 mm Hg,
Hipertensi dengan DBP target 95-105 mm Hg. IV hydralazine ini paling
pada ibu sering digunakan; IV labetalol juga efektif.
hamil Pengobatan preeclampsia tidak dapat dirubah dan hal ini
diindikasi jika terdapat frank eclampsia (preeclampsia dan
konvulsi). Jika tidak pengukuran aktivitasrestriksi, istirahat total,
monitoring tertutup perlu dilakukan.
Hipertensi kronik terjadi selama 20 minggu kehamilan. Methyldopa
dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terapi obat. bloker,
labetalol dan CCBs dapat juga digunakan alternatif.
ACE inhibitor dan ARBs sangat kontraindikasi untuk ibu hamil.
Hipertensi dengan penyakit Hipertensi dengan
pulmonari dan arterial perifer dislipidemia

bloker nonselektif sebaiknya Diuretik tiazid dan bloker


dihindari pada hipertensi dengan tanpa ISA dapat menyerang
asma, COPD, dan penyakit vaskular lipid serum, tetapi efek ini
perifer. umumnya bersifat sementara
Carvedilol dan labetalol dapat dan tidak ada konsekuensi
digunakan pada penyakit arterial klinik
periferal karena tidak menyebabkan bloker menunjukkan
konstriksi seperti halnya bloker. beberapa efek (kolesterol
Namun sebaiknya dihindari pada LDL dan kadar kolesterol
penderita asma atau CPOD. HDL ). Karena obat ini tidak
Obat 1 selektif dapat dipilih untuk menurunkan resiko
pengobatan pada penderita hipertensi kardiovaskuler seefektif
dengan asma mild-moderate atau diuretik thiazide, keuntungan
COPD dapat menerima bloker untuk ini tidak sesuai secara klinik.
menangani compelling indication. Inhibitor ACE dan CCBs tidak
memberikan efek pada
kolesterol serum.
Hipertensi krisis

Pemberian akut dari obat oral short-acting (captopril, clonidine, atau


labetalol) observasi selama beberapa jam.
dosis kaptopril oral 25 -50 mg dapat diberikan pada interval 1 sampai
2 jam. Onset aksi adalah 15 -30 menit.
Untuk pengobatan hipertensi yang terjadi lagi setelah pengurangan
clonidine,pada mulanya 0,2 mg, diikuti oleh 0,2 mg per jam sampai
DBP turun di bawah 110 mm Hg atau total 0,7 mg telah diberikan;
dosis tunggal mungkin cukup.
Labetalol dapat diberikan dalam dosis 200 -400 mg, diikuti dengan
penambahan dosis setiap 2 -3 jam.
Hipertensi darurat mendapatkan penurunan tekanan darah langsung untuk membatasi
proses kerusakan organ. Tujuan: menurunkan tekanan arteri rata-rata (MAP) diatas 25%
selama beberapa menit-jam. Jika tekanan darah stabil, dapat diturunkan menjadi 160 /
100- 110 mm Hg dalam 2 sampai 6 jam berikutnya. Jika penurunan tekanan darah dapat di
toleransi dengan baik, dapat dilanjutkan secara bertahap setelah 24-48 jam.

Nitroprussida = infus IV dengan laju 0,25-10 mcg/kg/menit. Saat infus dilanjutkan


hingga 72 jam kadar thiocyanate harus diperhatikan. Resiko toksisitas thiocyanate
meningkat pada penderita kerusakan ginjal. ES: nausea,mual dan berkeringat.
Pemberian nitroprussida membutuhkan pengawasan tekanan intra arteri stabil
(konstan).
Nitrogliserin = IV dengan laju 5-100 mcg/menit.
Nicadipine = IV 5-15 mg/jam, ditambahkan 1-2,5 mg/jam setelah 15 menit. ES: sakit
kepala, takikardia, kemerahan, nausea, dan mual.
Felodopam, 0,1-0,3 mck/kg/menit secara infus IV. Dapat menyebabkan takikardia,
kemerahan dan pusing.
Labetalol diberikan pada dosis awal 20 mg secara IV perlahan
periode 2 menit diikuti dengan injeksi tambahan 40-80 mg selang
waktu 10 menit, hingga dosis total 300 mg. Juga dapat diberikan
secara infus kontinyu dengan laju awal ) 0,5-2 mg/menit dan
ditambahkan sesuai dengan respon tekanan darah. Dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik melalui efek bloking . ES: nausea,
mual, berkeringat, sakit kepala, kemerahan dan pusing.
Hydralazine = IV dengan melarutkan 10-20 mg di 20 ml dekstrosa 5%
dalam air (D5W) dan diberikan dengan laju 0,5-1 mL/menit. Onset
aksi selang waktunya 10 30 menit dan efeknya berlangsung 2-4
jam. Karena respon hipotensi kurang terprediksi daripada
antihipertensi parenteral lainnya, maka obat ini menjadi peranan
utama dalam pengobatan eclampsia atau hiperensi encephalophaty
disertai insufisiensi ginjal.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. 1998.
Dipiro, Joseph T. dkk. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Sixth
Edition. United States of America: The McGraw-Hill. 2005.
Fun, Leong Wai, dkk Ed. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2012.
Gilman, Alfred Goodman Ed. Penerjemah: Tim alih bahasa sekolah Farmasi
ITB. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Volume 2.
Jakarta: EGC. 2012.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan.
2008.

Anda mungkin juga menyukai