Anda di halaman 1dari 42

ABLASIO RETINA

Dea Syahidatul Maulidiyyah (12100117017)


Desty Hati Islamiah (12100117166)

Preseptor:
Hj. Gilang Mutiara,dr.Sp.M
A. Anatomi Retina
Selembar tipis jaringan syaraf
Membentang 2/3 belakang
Disebagian besar tempat, retina dan
epitellium pigmen retina mudah terpisah
hingga membentuk suatu ruang subretina.
Pada discus optikus dan ora serrata, retina
dan epithelium pigmen retina saling
melekat kuat, sehingga membatasi
perluasan cairan sub retina
Suplai darah retina
Retina menerima darah dari dua sumber:
Khoriokapilaria yang berada tepat di luar
membran Bruch, yang mendarahi sepertiga
luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar,
lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan
epitelium pigmen retina;
Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh
khoriokapilaria dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau
retina mengalami abrasi.1,2,3
Arteri : diameternya lebih kecil, dengan
perbandingan A :V = 2 : 3, warnanya lebih merah,
bentuknya lebih lurus lurus, di tengah-tengahnya
terdapat refleks cahaya.
Vena : lebih besar, warnanya lebih tua , bentuk
lebih berkelok-kelok.
Arteri retina sentral: mengurus makanan lapisan
lapisan retina sampai dengan membrana limitans
eksterna.
Di daerah makula lutea, yang terutama terdiri dari
batang dan kerucut, tak terdapat cabang dari
arteri retina sentral, oleh karena daerah ini
mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
B. Histologi Retina (dalam ke luar)
1. Membrana limitans interna, merupakan
membrana hialin antara retina dan badan kaca.
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson
akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus
optikus. Di dalam lapisan lapisan ini terletak
sebagian besar pembuluh darah retina.
3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan
sel daripada neuron kedua.
4. Lapisan fleksiform dalam,yang mengandung
sambungan sambungan sel ganglion dengan sel
amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan
sel horizontal.
6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung
sambungan sambungan sel bipolar dan sel
horisontal dengan fotoreseptor.
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, merupakan
susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapisan dibawahnya avaskular dan
mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
8. Membrana limitans eksterna yang merupakan
membrana ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar
retina terdiri atas selbatang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
10. Epitelium pigmen retina
Sel batang : Retina manusia memiliki 120juta sel
batang, sel ini sangat peka terhadap cahaya yang
berespon terhadap sebuah gelombang cahaya
rendah yang memungkinkan dapat melihat di
pencahayaan rendah. Sel ini bersifat fotosensitif
dan mengandung rhodopsin.
Sel Krucut : Retina manusia memiliki 6-7 juta sel
kerucut yang kurang sensitive terhadap gelap dan
dihususkan untuk melihat warna pada cahaya
terang, sel kerucut memiliki variasi pigmen visual
iodopsin yaitu sinar merah biru dan hijau.
C. Fisiologi Retina
Sel sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu saraf impuls yang
dihantarkan lapisan serat saraf retina melalui sraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan.1,6,7
Sel kerucut : untuk photoptic vision, yaitu melihat warna,
cahaya dengan intensitas tinggi dan penglihatan sentral (
ketajaman penglihatan )
Sel batang : untuk scotoptic vision, yaitu untuk melihat cahaya
dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk
penglihatan perifer dan orientasi ruangan. Di dalam sel
kerucut terdapat 3 macam pigmen, yang masing-masing pekak
terhadap sinar merah, hijau, biru, kalau ketiga macam pigmen
itu rusak, disebut akromatropsia, dimana hanya dapat
dibedakan antara hitam dan putih saja.8
Gelombang cahaya yang jatuh pada retina, di
tangkap oleh batang dan kerucut dan
merubahnya menjadi impuls saraf, yang
berjalan melalui sel bipolar ,menjadi saraf
optik, traktus optikus , radiaso optika sampai
di cerebrum, disini baru timbul sensasi
cahaya, bila cahaya yang redup jatuh pada
batang,maka rodopsin yang berwarna diubah
menjadi retinin yang tidak berwarna,
kemudian dengan bantuan sel epitel pigmen,
retinin diubah menjadi rodopsin bila ada
vitamin A
ABLASIO RETINA
Definisi
Merupakan kelainan retina dimana lapisan
kerucut dan batang terpisah dari lapisan
sel epitel pigmen.
Epidemiologi
Ablasi Regmatogenosa> Ablasi retina
traksi> Ablasi retina eksudatif
Etiologi
Primer : Mata sebelumnya tidak sakit dan
timbul tiba-tiba
Usia tua : Proses sklerosis menyebabkan
retina menjadi degeneratif menimbulkan
robekan dan ablasio retina.
Miopia tinggi: Disertai degenerasi retina,
timbulkan robekan dan menyebabkan
ablasi retina.
Trauma : Orang yang retinanya pernah
trauma memiliki retina yang tidak kuat.
.Etiologi
Sekunder
Tumor koroid atau retina yang tumbuh ke depan menyebabkan
lepasnyaretina dari lapisan epitel pigmen, kemudian disusul dengan
adanya eksudasi oleh rangsangan ,cairan ini mengumpul dalam celah
potensial menyebabkan ablasi retina. Misalnya retinoblastoma,
melanosarkoma.
Transudat : pada hipertensi,
Eksudat, koroiditis: Transudat dan eksudat yang terkumpul dalam
celah potensial menyebabkan ablasi retina yang tidak didahului oleh
adanya robekan.
Adanya retraksi jaringan pada retinitis proliferans akibat perdarahan
di badan kaca atau peradangan dari uvea atau retina yang masuk ke
dalam badan kaca, trauma perforata, dapat menimbulkan robekan
dan disusul dengan ablasi retina. Disini menarik robekan tidak ada
gunanya karena jaringan fibrotik akan menarik kembali dan
menimbulkan robekan baru.
Klasifikasi
a. Ablasi retina regmatogenosa
Ablasi terjadi akibat adanya robekan
pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina.
Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca
cair (vitreous fluid) yang masuk melalui
robekan atau lubang pada retina ke rongga
subretina sehingga mengapungkan retina dan
terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi
retina yang berlokasi di daerah superotemporal
sangat berbahaya karena dapat mengangkat
makula.
Klasifikasi
Faktor predisposisi:
miopia tinggi
pasca retinitis
retina yang memperlihatkan degenerasi di
bagian perifer
Funduskopi : terlihat retina yang
terangkat berwarna pucat dengan pembuluh
darah diatasnya dan terlihat adanya robekan
retina berwarna merah.
Fresh Ablastion regmatogenosa
Ablasi retina Retina yang lepas sedikit
opaque dan pembuluh darah lebih gelap
daripada retina yang masih menempel
Subretinal fluid (SRF) memiliki bentuk
konveks dan retina yang rusak tampak
sebagai permukaan retina yang terputus.
Retina tampak kaku dan memiliki lipatan-
lipatang yang kaku
Long Standing
Retina yang tipis mengandung intraretina cyst
sekunder
Terdapat demarcation lines pada pertemuan antara
retina yang lepas dan yang masih menempel
Penyebab:
1. Choroidal tumours : - Primary
- Metastatic
2. Systemic : -Hypertension
-Toxaemia of pregnancy
-Hypoproteinaemia
3. Intraocular inflammation :- Harada disease
-Posterior scleritis
-Necrotising retinitis
4. Leaking subretinal vessels:-Choroidal neovascularisation
-Retinal telangiectasia
5. Iatrogenic :-Retinal detachment surgery
- Extensive retinal
photocoagulation
Klasifikasi
b. Ablasi retina eksudatif
Ablasi retina eksudatif ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya
eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan
cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari
pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini
disebabkan penyakit epitel pigmen retina, koroid. Kelainan ini
dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar,
radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah
retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina
yang terangkat terlihat licin.
Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi
ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah
penyebabnya berkurang atau hilang.
Retina yang lepas
memiliki permukaan yang
halus tanpa disertai
adanya kerusakan retina.
Penyebabnya (misalnya
tumor korid) bisa terlihat
SRF sangat mobile dan
dalam, menyebar sampai
oraserata
Scattered subretinal
pigment clumps 'leopard
spots' bisa terlihat ketika
retina rata
Klasifikasi
c. Ablasi retina traksi
Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi
akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang
akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan
turun tanpa sakit.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang
dapat disebabkan diabetes melitus proliferatif,
trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah
atau infeksi
Pengobatan ablasi akibat retraksi di dalam badan
kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan
jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca
dengan tindakan yang disebut vitrektomi
Penyebab tersering
adalah diabetic
retinopathy dan
trauma penetrasi
SRF bentuknya
konkaf dan tidak
terdapat retina yang
robek
USG menunjukan
membran yang relatif
imobile, bisa disertai
perdarahan vitreous
Patofisiologi
1. Penimbunan cairan subretina, akibat
keluarya cairan dari pembuluh darah retina
atau koroid seperti ada tumor, hipertensi
maligna
2. Ada robekan pada retina sehingga badan
kaca melalui robekan dapat masuk ke dalam
celah potensial dan menimbulkan ablasi
retina
3. Tarikan dari badan kaca pada retina
menyebabkan terlepasnya lapisan batang dan
kerucut tanpa robekan
Anamnesis
Floater (benda kecil mengapung di depan
pandangan)
Metamorfopsi makropsi dan mikropsi
Fotopsi (seperti melihat kilatan petir/api)
Seolah-oleh melihat tirai ke satu arah (karna
cairan bergerak mencari tempat yang rendah)
Apabila mengenai temporal (terdapat makula
lutea) maka visus sentral akan hilang sedangkan
bila terjadi di bagian nasal lebih lambat terganggu
Lambat laun tirai akan menutupi seluruh matanya,
karena terdapat ablasi retina total sehingga
persepsi cahaya menjadi 0.
Pemeriksaan Fisik
Ablasi rata : tampak retina tidak
bergelombang pada oftalmoskop,
perubahan warna abu-abu seperti
awan, kadang-kadang koroid masih
terlihat. Pembuluh darahnya lebih
gelap, lebih berkelok-kelok dan refleks
cahaya (-)
Ablasi tinggi: Pupil berwarna kelabu-
hijau dengan lipatanya berwarna
putih. Gambaran koroid tak tampak
Pemeriksaan Fisik
Bentuk Robekan retina :
ladam kuda : di temporal atas kemudian
masuk cairan ke celah potensial kemudian
semakin ke bawah cairannya sehingga gangguan
penglihatan dimulai dari temporal atas ke bawah
kemudian menjadi ablasi retina total (menyisakan
di bagian papil dan ora serata)
Bulat kecil : dapat ditemukan di mana saja
Bulan sabit : biasanya di kwadran bawah
terutama di tepi
Panjang : biasanya di ora serata
Differential
Diagnosis
Degenerative
Retinoschisis
Retina halus sangat
tipis, elevasi retina
relatif imobile, inner
layer menunjukan
snowflakes dan
vascular sheating
Biasanya tidak
disertai robekan
Coroidal detachment
Elevasi periferal yang
kecoklatan, konveks,
dan rata.
Tekanan intraokular
sangat rendah
USG menunjukan
elevasi berbentuk
kubah yang
menyebabkan 'kissing
choroidals'
Uveal Effusion
Syndrome
Jarang biasanya
kondisi idiopatik
yang bisa bilateral
Ciliocoroidal
detachment yang
berhubungan dengan
exudative retinal
detachment

Terapi
Harus segera dilakukan tindakan karena sel
batang dan kerucut tidak bisa terlalu lama
lepas dari koroid karena membutuhkan
nutrisi.
Prinsip:
Cari tempat robekan
Tutup robekan
Keluarkan cairan subretina dengan pungsi
yang dilakukan di daerah yang paling tinggi
ablasinya sehingga retina melekat kembali
Terapi
METODE
Gonin Termokoagulasi pada sklera
Dilakukan termokoagulasi sklera di muka robekan koroiditis
korioretinitis terbentuk jaringan parut menutup
Linder dan Guist
Dilakukan dengan NaOH yang kemudian dibilas dengan NaCl
Fisiologis.
Weve Elektrokoagulasi :di sekitar robekan setelah
dilokalisir tempat robekan konjungtiva dibuka sklera dipungsi
dengan elektrode beberapa kali sekitar robekan. Bila jarum
elektrode diangkat cairan subretina ikut keluar
Fotokoagulasi : Melalui pupil daerah robekan dibakar
dengan sinar panas . cara ini lebih aman karena panas bisa
dipusatkan di tempat robekan. Syaratnya: ablasi rendah,
kurang dari 1mm. Atau dilakukan elektrokoagulasi dahulu
baru kemudian dilakukan fotokoagulasi.
Terapi
Scleral buckling operation
Sklera ditekan dengan bahan silikon sehingga retina
yang lepas dapat melekat kembali.
Oprasi pengecilan bola mata:
Scleral resection
Sklera dibuang sedikit kurang lebih setengah keliling
bulbus okuli di daerah ekuator. Kemudian dilakukan
perforasi koroid untuk mengeluarkan cairan kemudian
sklera dijahit. Tindakan ini bisa dilakukan jika
penyebabnya retraksi akibat retinitis proliferans atau
bila terdapat robekan besar.
Scleral reefing
Sklera dilipat dengan benang sehingga bola mata
mengecil
Terapi
Pengobatan dengan krioterapi atau laser:
Krioterapi permukaan (surface diatermy)
Krioterapi setengah tebal sklera (partial
penetrating diatermy) sesudah reseksi sklera.
Hal ini dapat dilakukann dengan/tanpa
mengeluarkan cairan subretina. Pengeluaran
dilakukan di luar daerah reseksi dan terutama
di daerah dimana ablasi paling tinggi.
Terapi
Berbagai teknik bedah lainnya:
Retinopeksi pneumatik
Udara/gas yang disuntikan ke dalam vitreous
untuk mempertahankan retina pada posisinya
Vitrektomi
Pelepasan traksi vitroretina jika diperlukan
penyuntikan perfluorocarbon atau cairan dan
udara/gas yang dapat mempertahankan
posisinya jika dibutuhkan tamponade retina
lebih lama
Prognosis
Baik sekali bila pertamakali dioprasi
(berhasil 50-60%)
Bila tak berhasil, diulangi lagi, prognosis
15%
Abrasi atau oprasi yang berulang
prognosisnya buruk sekali
Pada miopia tinggi karena ada proses
degenerasi retina, prognosis buruk
Tipe Eksudat lebih baik prognosisnya
Komplikasi
Bila ablasinya berlangsung lama, maka pada
retina timbul gangguan metabolisme.
Zat-zat toksik yang ditimbulkan
menyebabkan degenerasi dan atrofi retina,
sel batang dan kerucut menjadi rusak
karena hubungan dengan kapiler koroid
terputus.
Dapat menimbulkan uveitis dengan
glaukoma dan katarak sebagai penyulitnya

Anda mungkin juga menyukai