Anda di halaman 1dari 14

OLEH:

MUHIMMATUL AZIZAH S.Z


MOH. ADITIA GUNTARA
KEBIJAKAN PUBLIK
Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi adalah berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri,
dan nomos yang berarti aturan.Jadi otonomi bisa diartikan sebagai kemerdekaan dan
kebebasan menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
Kebijakan Publik
Kebijakan secara umum menurut Said Zainal Abidin (Said Zainal Abidin,2004:31-
33) dapat dibedakan dalam tiga tingkatan:
Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.
Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-
undang.
Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan
pelaksanaan.
CIRI CIRI KEBIJAKAN PUBLIK
Sangat Kompleks
Proses Bersifat Dinamis
Komponen-komponennya Beraneka Ragam
Peran Masing-masing Sub Struktur Berbeda
Memutuskan
Sebagai Pedoman Umum
Untuk Mengambil Tindakan
Di Arahkan pada Masa Depan
Di Lakukan Oleh Lembaga-lembaga Pemerintah
Secara Formal Dimaksudkan Untuk Mencapai Suatu Tujuan
Apa yang Tercermin Dalam kepentingan umum
Di lakukan dengan cara sebaik mungkin
Kearifan
Sumber berbagai pilihan

KEBIJAKSANAAN KEBIJAKSANAAN KEBIJAKAN


Cara/alat memecahkan Pilihan dlam memecahkan Pilihan dalam batas
masalah terbentuk masalah berdasarkan hati nurani kopetensidan secara
tindakan negatif etik dan moral mengikat formal mengikat
KONSEP OTODA
DELEGASI: pelimpahan pengambilan keputusan & kewenangan manajerial
untuk melakukan tugas khusus kepada organisasi yang tidak secara
langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat.
DEVOLUSI: transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan keuangan
dan manajemen kepada unit otonomi pemda.
PRIVATISASI: Tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada
badan-badan sukarela, swasta dan swadaya masyarakat.
DEKONSENTRASI: pembagian kewenangan dan tanggungjawab
administratif antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan
tanpa adanya penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau
keleluasaan untuk membuat keputusan. Ada 2 tipe : administrasi lapangan
(~ pejabat lapangan diberi keleluasaan untuk mengambil keputusan
seperti merencanakan, membuat keputusan rutin dan menyesuaikan
pelaksanaan kebijakan pusat dengan kondisi setempat); dan administrasi
lokal, berupa administrasi terpadu, dan administasi yang tidak terpadu.
Salam NKRI
ASAS-ASAS OTODA
Desentralisasi : desentralisasi adalah penyerahan
urusan pemerintah dari pemerintah pusat kepada
daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri
Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintah
oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat dan/atau kepada instansi vertical di
wilayah tertentu.
Tugas perbantuan : Penugasan dari pemerintah pusat
kepada daerah dan/atau desa,dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas perbantuan

PRINSIP-PRINSIP
OTODA
Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip
penyelenggaraan otonomi daerah adalah :
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keaneka ragaman
daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata


dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada
daerah dan daerah kota, sedangkan otonomi provinsi adalah
otonomi yang terbatas.
Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah kabupaten dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi.
Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh
pemerintah.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
peranan dan fungsi badan legislatif daerah baik sebagai
fungsi legislatif, fungsi pengawasan, mempunyai fungsi
anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah.
Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah
propinsi dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi
untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu
dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah.
Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan
tidak hanya di pemerintah daerah dan daerah kepada
desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana
serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskan.
PERIMBANGAN PUSAT-DAERAH DALAM
KEBIJAKAN PUBLIK.
Perimbangan dapat terjadi jika terjadi suatu timbal
balik antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Maka harus ada didesentralisir hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerahnya.
Dalam pelaksanaannya pemerintah daerah
mengelola pendapatan asli daerah (PAD). Namun
disadari bahwa daerah tidak dapat memenuhi
segala kebutuhan daerah, maka dari itu pemerintah
pusat memberikan segala sumber-sumber
pembiayaan guna sebagai pertumbuhan
pembangunan. Hal ini juga berlaku pada pemerintah
daerah yang memberikan segala bantuan tenaga
kepemerintahan kepada pusat.
SESUAI PASAL 7 AYAT 1 UU NO. 22 TAHUM 1999

Kewenangan daerah mecakup kewenangan


dalam seluruh bidang pemerintah, kecuali dalam
bidang :
1. Politik luar Negeri

2. Pertahanan keamanan

3. Peradilan

4. Moneter dan fisikal

5. Agama

6. Standarisasi nasional
OTONOMI DESA
Desa merupakan instuisi yang otonom dengan tradisi,adat dan
hukumnya sendiri dan relatif mandiri

Pada bagian umum atau pasal 200 UU 32 Tahun 2004, pemerintah


desa dan badan permusyawaratan desa dibentuk dalam satuan
wilayah kabupaten/kota. Pembentukan, penggabungan, dan
penghapusan desa memperhatikan asal usulnya atas prakarsa
masyarakat, termasuk dalam hal perubahan status desa.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa.


Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa
lainnya. Kepala desa diangkat berdasar hasil suara terbanyak dari
pemilihan langsung yang diikut oleh penduduk desa setempat. Namun,
pada desa-desa yang masih menjadi kesatuan hukum adat dapat
merujuk pada ketentuan hukum adat yang sudah mendapat penetapan
dari peraturan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Assiddiqie Jimly, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia, Sinar Grafika,


Jakarta, 2010.
Nurjaman Asep, Kebijakan Elistis Politik Indonesia, Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang, 2006.
http://mualimpersi.wordpress.com/2012/12/03/visi-dan-konsep-dasar-
otonomi-daerah-otoda-yang-benar-sesungguhnya/

Anda mungkin juga menyukai