Anda di halaman 1dari 9

PERKERASAN JALAN C

KONDISI STRUKTUR
PERKERASAN LAMA
KELOMPOK 6
MUH. AKHIRUL PUTRA (D111 15 509)
NADHILA FARASWATI (D111 15 311)
AULIYA RABBANI (D111 15 314)
A. MUH. ERDIHAMZAH (D111 15 321)
MUH. YULIZAR ANANTA (D111 15 502)
MIFHTA FARID KAHAR (D111 15 506)
Kondisi struktur perkerasan lama diperlukan untuk
perhitungan tebal lapis tambahan dengan
menggunakan Metoda Analisa Komponen. Penilaian
kondisi struktur perkerasan lama dilakukan dengan
mengamati secara visual kondisi dari masing masing
lapisan perkerasan melalui pembongkaran
(coring/testpit). Dengan demikian, metoda desain
lapis tambahan ini akan sangat cocok jika pelapisan
tambahan dilakukan dengan teknik konstruksi daur
ulang. Tabel 2.7 memperlihatkan batasan penetapan
nilai kondisi lapisan lapisan perkerasan sesuai dengan
kerusakan/keadaan yang diamati.
PRINSIP DASAR
Pada akhir masa layan struktur perkerasan diperkuat dengan
memperbesar nilai ITP sehingga mampu memikul perkiraan
beban lalu lintas tambah yang diinginkan.
Nilai ITP yang dimaksud diperoleh dari sisa nilai ITP perkerasan
lama ditambah dengan nilai ITP tambahan dari lapis tambahan
yang diberikan.
Untuk menentukan nilai ITP sisa dari perkerasan lama,
dilakukan penilaian kondisi struktur pekerasan lama.
Lapisan tambahan akan memadai jika struktur perkerasan lama
masih daalam kondisi keritis, belum mencaaapai kondisi runtuh
ADA TIGA PARAMETER INPUT YANG DIPERLUKAN DALAM
PENENTUAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN, YAITU:
Nilai lendutan (mm) yang mewakili seksi jalan yang dianggap seragam yang
sedang direncanakan
Kondisi perkerasan dari seksi jalan tersebut secara umum (data keretakan,
deformasi pada tapak roda (rutting) dan ketebalan struktur data yang ada)
Beban lalu lintas baik yang telah lewat sejak konstruksi jalan dibuat, maupun
beban yang akan memakai jalan setelah overlay.
Penentuan kondisi perkerasan pada kondisi kritis dan kondisi runtuh
didefenisikan dari nilai IP (indek permukaan), IPt untuk kondisi kritis, IPf untuk
kondisi runtuh.
Ketetapan IPt yang diberikan dalam Analisa Komponen sebagai berikut :
IPt = 2,5 ; Permukaan jalan yang masih cukup stabil dan baik
IPt = 2,0 ; Tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap
IPt = 1,5 ; Tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus)
IPt = 1,0 ; Permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat
mengganggu lalu lintas kendaaraan.
Tabel 2.7 Nilai Kondisi Struktur Perkerasan Jalan
Nilai
No. Gambaran Kondisi Perkerasan
Kondisi
1. Lapis Permukaan
- Umumya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda 90 100 %
- Terlihat retak halus, sedkit deformasi pd jalur roda, namun masih tetap stabil 70 90 %
- Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, pada dasarnya masih stabil 50 70 %
- Retak banyak dan juga deformasi pada jalur roda, terlihat gelaja ketidakstabilan 30 50 %

2. Lapis Pondasi
a) Aspal Beton atau Penetrasi Macadam
Umumnya tidak retak 90 100 %
Terlihat retak halus, namun mash tetap stabil 70 90 %
Retak sedang, pada dasamya masih menunjukkan kestabilan 50 70 %
Retak banyak,. terlihat gejala ketidakstabilan 30 50 %
b) Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur
Index Plastisitas 10 70 100 %
c) Macadam atau Batu Pecah
Index Plastisitas 6 80 100 %
3. Lapis Pondasi Bawah
Index Plastisitas 6 90 100 %
Index Plastisitas > 6 70 90 %
Nilai Kondisi
(NK)
Kondisi NK Peningkatan
Pemeliharaan
Perencan o Rutin dan
aan Ideal Berkala

Rehabilitasi

Masa Pemeliharaan Rutin dan


Berkala
Kondisi
Kritis NK T
Penunjang
Masa Peningkatan
Kondisi NK
K
Runtuh
Masa Rekonstruksi

Masa Layan
N (log)
PERENCANAAN TEBAL LAPISAN TAMBAHAN

1. METODA ITP SISA


ITPsisa = (ai x Di x NKi)
i = 1,2,n, masing-masing urutan lapisan
ai = koefisien kekuatan relatif bahan i
Di = tebal lapisan perkerasan i
NKi = Nilai Kondisi lapis perkerasan i
Tebal Lapisan Tambahan D0 = (ITPperlu ITPsisa) / a0
3. METODA HRODI

2.303 log D 0.408(1 log L)


t
0.08 0.013 log L
Pd .Cam
T 0.001(9 RCI ) 4.5
T min
4
TebalLapisTambahan (t T )
D = Lendutan Balik segmen atau lendutan balik yang digunakan untuk perencaanaan
L = Lintas ekivalen komulatif selama umur rencana (dalam 106)
Pd = Lebar perkerasan (m)
Cam= Perubahan kemiringan melintang yg dibutuhkan untuk menghasilkan kemiringan
melintang yang direncanakan.
Tmin= Tebal minimum berdasarkan ukuran agregat minimum yang dipergunakan
t = Tebal lapis tambahan untuk mengurangai lendutan selama umur rencanan
T = Tebal yang dibutuhkan untuk membentuk permukaan perkerasaan ke n bentuk
yang dikehendaki

Anda mungkin juga menyukai