Anda di halaman 1dari 50

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BATANG

KALAKAI (Stenochlaena palustris (Burm.f.)


Bedd.)TERHADAP Staphylococcus aureus DENGAN
METODE DIFUSI (Tes Kirby & Bauer)

Diajukan Oleh
Dina Wulandari
FAA 111 0006

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
2015
CURRICULUM VITAE

Nama : Dina Wulandari


TTL : Pangkalan Bun, 16 Juni 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. G. Obos XI No.01
Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Riwayat Pendidikan :
- TK Anggrek, Pangkalan Bun (1997-1999)
- SDN-Langkai 2, Palangka Raya (1999-2005)
- SMPN-2 Pahandut, Palangka Raya (2005-2008)
- SMAN-4 Jekan Raya, Palangka Raya (2008-2011)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (2005) Prevalensi untuk penyakit infeksi kulit di
Indonesia 21-87%.
Salah satu infeksi kulit yang paling sering tejadi terutama pada anak-anak
adalah pioderma (0,2-35%) dan sering diikuti dengan furunkulosis
(26,35%), impetigo vesikobulosa (23,76%), impetigo krustosa (22,79%),
tinea kapitis (1-19,7%), skabies (0,2-24%), dan gangguan kulit akibat
virus (0,4-9%).
Salah satu bakteri penyebab pioderma yang menginfeksi kulit adalah
Staphylococcus aureus.
Pengobatan penyakit pioderma biasanya diobati dengan pemberian
antibiotik. Saat ini berkembang pengobatan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan herbal. Salah satu yang digunakan adalah tumbuhan kalakai.
Menurut hasil uji fitokimia yang dilakukan oleh Maharani DM, et all
tumbuhan kalakai mempunyai beberapa zat aktif berupa senyawa
Flavonoid (3,010%), Alkaloid (3,817%), dan Steroid (2,583%) yang
berfungsi sebagai antibakteri.
1.2 Rumusan Masalah
Senyawa apa saja yang terdapat dalam ekstrak etanol batang
kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) ?
Apakah ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f.) Bedd.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dengan metode difusi (Tes Kirby &
Bauer)?
Berapa konsentrasi maksimal ekstrak etanol batang kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) dapat menghambat
Staphylococcus aureus dengan metode difusi (Tes Kirby &
Bauer)?
1.3 Tujuan Peneliti
Tujuan Umum
Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol batang kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) terhadap Staphylococcus aureus
dengan metode difusi (Tes Kirby & Bauer)
Tujuan Khusus
Mengetahui senyawa fitokimia yang terdapat didalam ekstrak etanol batang
kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.).
Membuktikan ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f.) Bedd.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dengan metode difusi (Tes Kirby & Bauer).
Mengetahui konsentrasi maksimal ekstrak etanol batang kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) dapat menghambat
Staphylococcus aureus dengan metode difusi (Tes Kirby & Bauer).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang manfaat dari ekstrak etanol batang
kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) yang ada di
Kalimantan Tengah tepatnya di kota Palangkaraya yang berfungsi
sebagai antibakteri yang baik untuk kesehatan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Bakteri Stahpylococcus aureus

Gambar 2.1 Bentuk Mikroskopis Staphylococcus aureus17

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi membentuk pigmen


paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni pada perbenihan padat berwarna /-abu
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau. Lebih dari
90% isolat klinik menghasilkan Staphylococcus aureus yang mempunyai kapsul
polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri.(Gambar 2.1)
Klasifikasi Staphylococcus aureus
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus.16
2.2 Pioderma17
2.2.1 Definisi
Infeksi pioderma merupakan interaksi antara mikroorganisme
dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang
tertentu. Organisme yang paling umum yang menginvasi kulit ialah
Staphylococcus aureus.
2.2.2 Etiologi
Penyebabnya yang utama ialah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus Beta hemolyticus, sedangkan Staphylococcus
epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang
menyebabkan infeksi.
2.2.3 Faktor Predisposisi
Higiene yang kurang
Menurunnya daya tahan. Misalnya: kekurangan gizi, anemia,
penyakit kronik, neoplasma ganas dan diabetes melitus.
Telah ada penyakit lain di kulit, karena terjadi kerusakan di
epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
2.3 Tumbuhan Kalakai (stenochlaena palustris (Burm.f.)
Bedd.)

Gambar 2.2 Tumbuhan Kalakai (Stenochlaena palustris)

Stenochlaena palustris atau kalakai merupakan jenis paku pakuan


yang banyak ditemukan dihutan kalimantan. Tumbuhan ini hidup merambat
dengan panjang hingga 5-10 cm. Kalakai ada yang berwarna merah dan ada
yang berwarna hijau, berakar serabut dan batangnya berwarna hijau
berlendir, keras dan beruas, tangkainya panjang dengan daun yang saling
berhadapan dengan bentuk memanjang dan di sisi-sisinya
bergerigi.(Gambar 2.2)
Taksonomi Tanaman Kalakai
Klasifikasi tanaman kalakai (stenochlaena palustris) adalah
sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Divisio : Pteridophyta
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Ordo : Filicales
Family : Bleechnaceae
Genus : Stenochlaena
Spesies : stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd
2.4 Ekstraksi
2.4.1 Definisi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut.

2.4.2 Metode Ekstraksi Dengan Maserasi


Maserasi adalah proses perendaman serbuk kering
(simplisia) menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan
pada temperatur suhu ruang kamar.
2.5 Antibakteri
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus
digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan
berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang
menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau
menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel,
antibakteri yang menghambat sintesisprotein, dan antibakteri
yang menghambat sintesis asam nukleat sel.
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode
difusi dan metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi
disk dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear
zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam
ekstrak.
BAB III
LANDASAN TEORI DAN
HIPOTESA
3.1 Landasan Teori
Sanitasi lingkungan yang kurang baik disertai
kurangnya kebersihan perindividu dan di saat sistem imun
tubuh menurun dapat memacu terjadinya suatu penyakit infeksi
terhadap mikroorganisme. Salah satu bakteri penyebab infeksi
adalah Staphylococcus aureus dimana bakteri dapat
mengganggu sistem imun pada tubuh manusia karena mengikat
antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis
serta leukolisis yang mematikan sel tubuh manusia.
Staphylococcus aureus menginfeksi manusia melalui
kulit dan jaringan subkutan, kemudian bakteri meluas masuk ke
suatu jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik
sehingga terjadinya suatu peradangan akut yang dapat
menyebabkan eritema lokal pada kulit sehingga dapat
menimbulkan suatu lesi,
Faktor Penyebab :
3.2 Kerangka Teori Sitasi lingkungan yang jelek
Higiene pribadi yang kurang diperhatikan
Status imun menurun ( )
Riwayat penyakit kulit terdahulu

Antibiotik :
- Menghambat sintesis dinding
Staphylococcus aureus sel bakteri
- Menghambat metabolisme sel
bakteri
- Mengganggu keutuham
Menyerang kulit dan membran sel
jaringan subkutan - Menghambat sintesis protein sel
bakteri
- Menghambat sintesis asam
nukleat
Meluas masuk ke jaringan yang lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Eritema lokal pada Edema kemerahan Nyeri tekan


Timbul lesi
kulit

Gangguan rasa tidak nyaman. nyeri,


Kerusakan integitas kulit malaise, demam, menggigil.
Pioderma
3.3 Kerangka Konsep Staphylococcus aureus

Menginfeksi Kulit dan JaringanLunak

Kerusakan jaringan / organ

Ekstrak Etanol Batang Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)

Fitokimia

Flavonoid Alkaloid Steroid

Mekanisme kerja flavonoid Di dalam senyawa alkaloid Mekanismenya sebagai antibakteri


berfungsi sebagai antibakteri terdapat gugus basa yang adalah bereaksi dengan porin
dengan cara membentuk menggandung nitrogen akan (protein transmembran) pada
senyawa kompleks terhadap bereaksi dengan senyawa membran luar dinding sel bakteri,
protein extraseluler yang asam amino yang menyusun membentuk ikatan polimer yang
mengganggu keutuhan membran dinding sel bakteri dan DNA kuat sehingga mengakibatkan
sel bakteri. bakteri. rusaknya porin.

Menghambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
3.4 Hipotesis
Ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f.) Bedd.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dengan metode difusi (Tes Kirby &
Bauer).
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian eksperimental dengan rancangan
Penelitian penelitian post test control group design

Pengambilan sampel batang kalakai di daerah


jalan G.Obos IX km 3,5 sebanyak 4 kg
4.2 Sampel dilakukan secara purposive sampling dari
batang kalakai muda dan dewasa, diambil dari
bagian yang tidak ditempeli atau tidak
menyatu langsung sisinya dengan daun.
4.3 Estimasi Besar Sampel
Rumus Federer =

Dimana: t = Jumlah perlakuan dalam penelitian


n = Jumlah pengulangan sampel
Penghitungan:

1 1 15
1 4 1 15
1 . 3 15
3 3 15
3 15 + 3
3 18
18
= 6
3
4.4 Kriteria Pemilihan
4.4.1 Kriteria Inklusi
Bagian dari tumbuhan kalakai yang digunakan untuk penelitian adalah
batang dari kalakai, batang muda dan dewasa.
Konsentrasi ekstrak etanol batang kalakai pada penelitian diambil dari
larutan induk yang kemudian diencerkan menjadi beberapa tingkatan
konsentrasi ekstrak, yaitu 20%, 40,%, 60%, dan 80% .
Biakan murni Staphylococcus aureus diambil dari Laboratorium Biologi
Sel Dan Genetik Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan dalam medium Nutrien Agar
mempunyai umur yang sama.
Koloni Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium Nutrien
Agar mempunyai kepadatan koloni yang sama. Teknik memulas ose steril
atau jarum steril disesuaikan dengan tata cara penggunaannya.
4.5 Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel, Subvariabel, dan Indikator

No. Variabel Subvariabel Indikator


1 Variabel Ekstrak etanol batang Konsentrasi 20%, 40%, 60%
Bebas kalakai (Stenochlaena dan 80%
palustris (Burm.f.)
Bedd.)

2 Variabel Pertumbuhan Diameter zona hambat


Terikat Staphylococcus aureus pertumbuhan
4.6 Definisi Operasional
Tabel 4.2 definisi operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


1. Ekstrak etanol batang Ekstrak etanol batang kalakai Neraca analitik Ditimbang (gram) Ordinal
kalakai (Stenochlaena adalah sediaan padat yang untuk menilai
Palustris (Burm.f.) diperoleh dengan mengekstraksi berat ekstrak
zat aktif tumbuhan dengan etanol
Bedd.) kental batang
96% melalui proses maserasi.
Lalu dibuat larutan konsentrasi kalakai
yang berbeda-beda
melalui pengenceran dengan
menggunakan
aquades. Konsentrasi yang
digunakan adalah
sebesar 20%, 40%, 60% dan 80%.

2. Pertumbuhan Staphylococcus aureus yang Penggaris Millimeter (mm) Numerik


Staphylococcus tumbuh pada media Mueller berskala dan
aureus Hinton Agar (MHA) yang jangka sorong
menghasilkan koloni padat
berbentuk bulat, halus,menonjol,
berkilau membentuk pigmen dan
berwarna kuning emas setelah
diinkubasi pada suhu 37C selama
24 jam.
4.7 Alat dan Bahan
4.7.1 Alat :
Spatula stainless, saringan, blender, sendok, gelas ukur, gelas beker, corong,
gunting, saputangan, hotplate dan magnetik stirer, thermometer, neraca digital
analitik, toples maserasi, batang pengaduk, kertas saring, labu erlenmeyer,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, inkubator, rotary evaporator, alumunium foil,
lemari pendingin, autoclave, inkubator, cawan petri, paperdisk, masker, sarung
tangan, kertas label, kertas sampul, kasa, kapas, jarum ose, jangka sorong
digital, bunsen, mikropipet, pipet tetes, rak tabung, pinset, baki, Laminar Air
Flow (LAF) , vortex mixer, loup (kaca pembesar), pipet gondok, alkohol 70%.

4.7.2 Bahan :
Ekstrak etanol batang kalakai, etanol 96%, alkohol 70%, aquades, Brain-
Heart Infusion (BHI), Mueller Hinton Agar (MHA), Nutrien Agar (NA),
larutan NaCl 0,9%, larutan Mc. Farland No. 0,5 dan biakan murni bakteri
Staphylococcus aureus, BaCl2 , H2SO4 , Lysol, vaselin.
4.8 Alir Penelitian
Persiapan sampel batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)

Tumbuhan batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) dicuci


dengan air bersih, ditiriskan dan dipotong kecil-kecil sekitar 1-3 cm

Dikeringkan di udara terbuka dan hindari dari paparan sinar matahari secara langsung, sampel yang kering kemudian diblender
agar serbuk yang diperoleh halus dan seragam. Timbang serbuk batang kalakai yang sudah halus dengan neraca analitik

Perendaman simplisia dengan pelarut etanol 96% kemudian penyaringan selama 1x 24


jam smpai 3x penyaringan dan uapkan dengan rotari

Didapatkan ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)

Dilakukan uji fitokimia

Pengujian aktivitas antibakteri

P1 P4 KN
P2 P3

Konsentrasi Konsentrasi Aquades


Konsentrasi Konsentrasi
20% 80% 0%
40% 60%
4.9 Prosedur Penelitian
Identifikasi Tumbuhan
Prosedur Pengambilan Batang Kalakai
Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Kalakai
Uji Fitokimia
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pembuatan Inokulum Staphylococcus aureus dan Pembuatan
Suspensi
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Kalakai
(Stenochlaena palustri (Burm.f.) Bedd.) Terhadap
Staphylococcus aureus.
Perlakuan Limbah Penelitian
4.10 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.10,1 Pengolahan Data


Editing
Ketika hasil penelitian sudah didapat, editing langsung
dilakukan untuk melakukan pengecekan ulang terhadap hasil
penelitian.
Entry
Data yang telah dilakukan editing lalu dimasukkan ke dalam
lembar kerja di komputer dengan menggunakan software komputer
SPSS untuk dianalisis.
Cleaning
Dilakukan pemeriksaan jumlah data yang hilang (missing) dan
analisa data awal dengan mulai menggolongkan, mengurutkan dan
menyederhanakan data sehingga mudah untuk dibaca dan
diinterpretasikan serta pemeriksaan.
4.10.2 Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan
program SPSS yang meliputi:
Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk tiap variabel penelitian
baik variabel dependen maupun independen meliputi distribusi
frekuensi, uji Shapiro Wilk untuk distribusi data dan uji Levenes
untuk homogenitas data. Penyajian analisis univariat akan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Analisa Bivariat
Uji statistik yang dilakukan adalah uji Anova one way
dengan software SPSS.
BAB V
HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil Determinasi Tumbuhan


Dari hasil determinasi yang dilakukan di lembaga ilmu pengetahuan
indonesia (LIPI) pusat penelitian Biologi, diketahui bahwa tumbuhan yang
digunakan pada penelitian ini adalah Kalakai dengan jenis (Stenochlaena
palustris (Burm.f.) Bedd.) dan dari suku Blechnaceace.
5.1.2 Hasil Ekstraksi
Hasil ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.)
Bedd.) setelah maserasi didapat jumlah maserat sebanyak 4153 ml yang
kemudian di uapkan menggunakan rotary evavorator dengan suhu 50 60 C
hingga sedikit mengental kemudian dipindahkan maserat kedalam gelas beker
dan dilanjutkan penguapan menggunakan hotplate dengan suhu 50 60 C dan
didapat ekstrak kental batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
sebanyak 24 gram.
5.1.3 Hasil Uji Fitokimia
Tabel 5.1 Hasil Uji Senyawa Fitokimia pada Ekstrak Etanol Batang Kalakai(Stenochlaena
palustris (Burm.f.) Bedd.)

No. Senyawa Hasil Keterangan

1 Alkaloid + Diketahui adanya senyawa


alkaloid ditandai dengan adanya
endapan putih.

2 Flavonoid + Diketahui adanya senyawa


flavonoid ditandai dengan filtrat
berwarna merah atau merah
muda kekuningan.
5.1.4 Hasil uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)

Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambatan Pertumbuhan


Staphylococcus aureus Oleh Ekstrak Etanol Batang Kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
% Diameter hambat (mm) Mean (mm)
P1 P2 P3 P4 P5 P6
20% 0 0 0 0 0 0 0
40% 29 22 0 21 0 33 17,5
60% 0 29 32 0 0 26 14,5
80% 44 35 24 30 31 29 32,16
K(-) 0 0 0 0 0 0 0
5.2 Analisis Data hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang
Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)

Tabel 5. 2 Hasil Uji Normalitas

Shapiro Wilk
Perlakuan
Statistic P

20 % Konstan Konstan

40 % 0.852 0.164

60 % 0.752 0.021

80 % 0.927 0.561

K(-) Konstan Konstan


Tabel 5. 3 Hasil Uji Homogenitas

Levene df1 df2 p


statistic

5.294 3 20 0.008
Tabel 5.4 Hasil Uji One Way Anova

Taraf kepercayaan 95
Std. %
Perlakuan Mean P
Deviasi Lower Upper

20 % 0.0000 0.00000 0.0000 0.0000 0.002

40 % 0. ,9764 0. 02176 0. 9535 0. 9992

60 % 0. 9790 0. 02366 0. 9541 1.0038

80 % 0. 9469 0. 02306 0. 9227 0. 9711

K(-) 0,0000 0.0000 0,0000 0,0000

Total 0.5804 0.15686 0.0942 0.2267


5.3 Pembahasan
5.3.1 Uji Fitokimia
Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol batang kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) ditemukan mengandung
senyawa zat aktif yaitu flavonoid, dan alkaloid. Pada uji fitokimia yang
dilakukan Maharani DM, et all mengatakan bahwa ekstrak etanol
batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) juga
mengandung senyawa steroid. Indikator positif pengujian fitokimia
pada senyawa flavonoid adalah perubahan warna menjadi merah atau
merah muda kekuningan, dan pada senyawa alkaloid ditandai dengan
adanya endapan putih. Pada senyawa steroid tidak dilakukan uji
fitokimia dikarenakan keterbatasan bahan pereaksi asam asetat
anhidrat.
Dari senyawa zat aktif yang terdapat pada ekstrak etanol
batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.) memiliki
mekanisme kerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan
terbentuknya diameter zona hambat pada uji aktivitas antibakteri
disekitar kertas cakram pada media Mueller Hinton Agar.
5.3.2 Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Batang Kalakai

Grafik Pengukuran Diameter Zona Hambat Pertumbuhan


Staphylococcus aureus Oleh Ekstrak Etanol Batang Kalakai
35

30

25
DIAMETER HAMBAT

20

15

10

0
20% 40% 60% 80%
KONSENTRASI EKSTRAK
5.4 Keterbatasan Peneliti

Pada penelitian dalam menguji aktivitas anti bakteri


ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.)
Bedd.) terhadap Staphylococcus aureus dengan metode difusi
(Tes Kirby & Bauer) terdapat beberapa keterbatasan anatara lain:
Keterbatasan bahan, seperti bahan Asam Asetat Anhidrat untuk
uji fitokimia terhadap steroid.
Keterbatasan alat, seperti labu erlenmeyer, corong saat
melakukan penyaringan ekstrak etanol batang kalakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
BAB VI
KESIMPULAN DAN
SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
memiliki senyawa fitokimia berupa senyawa Flavonoid, Alkaloid, dan
Steroid.
2. Ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan
metode difusi (tes Kirby & Bauer) pada konsentrasi 40% , 60% , dan 80%
dimana terlihat zona hambat atau zona bening.
3. Ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
secara statistik tidak memiliki kemampuan daya hambat maksimal
(p<0,05). Namun pada pengukuran rata-rata diameter zona hambat
terbesar didapat pada konsentrasi 80% sebesar 32,16 mm, dibandingan
dengan konsentrasi 20% , 40% dan 60%.
6.2 Saran
Menggunakan pelarut metanol atau pelarut lainnya dalan uji aktivitas
antibakteri ekstrank etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f.) Bedd.) terhadap Staphylococcus aureus.
Menggunakan hewan coba seperti mencit dalam uji aktivitas anti bakteri
ektrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
terhadap bakteri Staphlococcus aureus.
Menggunakan metode uji kepekaan antibakteri lainnya seperti metode
sumuran, dilusi cair dan yang lainnya.
Menggunakan antibiotik sebagai kontrol positif seperti Ciprofloxacin.
Menggunakan bagian kalakai lainnya seperti daun, dan akar dalam uji
aktivitas antibakteri ekstrak etanol batang kalakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f.) Bedd.) terhadap Staphylococcus aureus.
Lampiran 1. Surat Determinasi
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 4. Skema Persiapan Sampel
Pengambilan batang kalakai 3
Batang kalakai dibersihkan dan
jari sebelum akar dan yang
dicuci dengan air mengalir
sudah dipisahkan sisinya dengan
hingga bersih.
daunnya sebanyak 4 kg.

Kemudian sampel dikeringkan ditempat


Setelah kering sampel dibuat terbuka dan ditutup dengan kain hitam
menjadi serbukdengan cara agar tidak terkena langsung oleh cahaya
diblender sampai halus. matahari. Sampel dianggap kering
apabila sampel menjadi agak layu.

Kemudian setelah menjadi serbuk


halus ditimbang menggunakan
neraca analitik dan disimpan.
LAMPIRAN 5. Skema Ekstraksi Batang Kalakai Dengan Maserasi

Timbang serbuk simplisia Masukkan kedalamtoples


lalu lakukan maserasi tertutup dan dibiarkan pada
(perendaman) dengan etanol suhu kamar selama 24 jam
96% terlindung dari sinar
matahari.

Filtrat yang didapat disimpan


Hari selanjutnya filtrat dengan
dan dilapisi dengan aluminium
ampas dipisahkan dengan cara
foil .
disaring menggunakan kertas
saring.

Setelah seluruh filtrat digabungkan,


Ampas hasil saringan filtrat yang berwarna dipekatkan
dimaserasi lagi dengan dan dipisahkan dari pelarutnya
menggunakan etanol 96%. dengan menggunakan rotary
Ulangi sampai diperoleh filtrat evavorator pada suhu 50-60
yang tidak berwarna. kemudian dilanjutkan dengan
hotplate.

Kemudian timbang ekstrak Sehingga diperoleh ekstrak


Setelah ditimbang ekstrak etanol kenal batang kalakai etanol kental batang kalakai kental batang kalakai
diolah dalam berbagai konsentrasi, yaitu konsentrasi (Stenochlaena palustris (Stenochlaena palustris
20%, 40%, 60% dan 80% dalam 10 ml aquades. (Burm.f.) Bedd.) (Burm.f.) Bedd.)

Anda mungkin juga menyukai