Obat herbal berkontribusi dalam 80% dalam dunia kesehatan terutama di
negara berkembang,menurut WHO 80% pengobatan tradisional
menggunakan zat yang berasal dari tumbuhan
Beberapa tahun belakangan ini minat pengobatan
menggunakan tanaman obat tradisional semakin meningkat hingga tiap tahunnya minat perdagangan terhadap tanaman obat dan bahan mentah untuk obat yang berasal dari tanaman terus meningkat hingga 5-15% kandungan kimia obat herbal ditentukan oleh : letak geografis/tempat tumbuh tanaman, iklim, cara pembudidayaan, cara dan waktu panen, cara perlakuan pascapanen (pengeringan, penyimpanan) dapat mempengaruhi kandungan kimia obat herbal Melihat tingginya variabilitas kimia yang timbul pada tanaman perlu adanya sistem Quality Control dan Quality Asurance yang menjamin mutu khasiat tanaman tersebut,maka harus dikembangkan metode Fingerprinting yang mampu menggambarkan variasi kualitas kualitas tanaman obat (Andola et al,2009,2010) Metode Fingerprinting sebagai kontrol kualitas obat herbal antara lain KLT,GC,HPLC sistem Fingerprinting. Kromatografi fingerprinting analisis menggambarkan kualitas sebagai pendekatan untuk tujuan pembuktian spesies sebagai evaluasi kualitas dan memastikan konsisensi,stabilitas obat herbal terkait dalam pembuatan suatu produk herbal. Kromatografi fingerprint dapat menggambarkan kesamaan dan perbedaan yang ada pada suatu ekstrak tanaman dari variasi tanaman dan identifikasi keaslian dari suatu tanaman dapat dilakukan secara akurat Metode fingerprint dilakukan dengan melakukan analisis kromatogram dari suatu spesies tanaman yang aktif secara farmakologis atau hanya melakukan rerata intensitas puncak puncak kromatogram dari minimal tiga daerah penghasil spesies tanaman obat tanpa memperhatikan aspek farmakologis yang ditunjukkan untuk kontrol kualitas saja. Metode ini jika ditunjukkan untuk tujuan penelitian efikasi dan reproduksibilitas khasiat , aspek fingerprint akan jauh lebih penting