Oleh:
Adnan Buyung Kurniawan (K100150126)
Ririn Ulpha Brigita (K100150142)
Hanifatul Millah Tyas Utomo (K100150158)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2018
i
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB 2 ISI ........................................................................................................ 3
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................................. 3
B. Definisi Transdermal DDS ................................................................... 4
C. Kelebihan Dan Kekurangan Transdermal DDS ................................... 5
D. Prinsip Penghantaran Transdermal DDS .............................................. 6
E. Faktor yang Mempengaruhi Transdermal DDS ................................... 9
F. Terapi Transdermal DDS ..................................................................... 12
G. Teknologi Patch Transdermal DDS ..................................................... 12
H. Formula Sediaan Transdermal DDS .................................................... 14
I. Sediaan di Pasaran ................................................................................ 15
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 17
A. Kesimpulan........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Kulit Manusia ................................................................... 3
Gambar 2. Rute Permeasi Obat ........................................................................ 6
Gambar 3. Rute Epidermal ............................................................................... 7
Gambar 4. Urutan Permeasi Obat secara Transdermal .................................... 8
Gambar 5. Urutan Proses Absorpsi Obat Secara Sistemik .............................. 8
Gambar 6. Sistem patch transdermal reservoir yang dikendalikan .................. 13
Gambar 7. Matriks sistem patch transdermal yang dikendalikan .................... 14
Gambar 8. Kemasan Tablet Clonidine ............................................................. 16
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Patch transdermal berlisensi............................................................... 12
Tabel 2. Formulasi Transdermal Patch Dextrometorphan HBr ....................... 14
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transdermal drug delivery system?
2. Bagaimana prinsip dan mekanisme kerja transdermal drug delivery system?
3. Apa saja sediaan obat yang dapat dibuat dengan transdermal drug delivery
system sediaan patch dan bagaimana prinsip kerjanya?
C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami transdermal drug delivery system.
2. Memahami prinsip dan mekanisme kerja transdermal drug delivery system
pada berbagai macam sediaan.
3. Menunjukkan sediaan dan contoh obat yang dapat dibuat dengan
transdermal drug delivery system beserta mekanisme pelepasannya.
3
BAB II
ISI
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel
berlapis bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (stratum Germinatum)
(Perdanakusuma, 2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan,
dermis terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
menebal dan sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan bertambahnya
usia. Sedangkan serabut elastin terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat,
saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh
darah dan ujung saraf dan sebagian serabut lemak yang terdapat pada
lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
(Perdanakusuma, 2007).
1. Rute Appendageal
Rute ini dianggap efektif karena area yang relatif kecil, sekitar 0,1%
dari luas kulit keseluruhan. Namun pada rute ini dapat bermanfaat bagi obat
dengan molekul besar dan bersifat polar atau ionik dengan konstanta difusi
kecil atau rendah sehingga hampir tidak berpenetrasi melalui stratum
corneum dan kelarutan rendah. Rute ini dapat menghasilkan difusi yang
lebih cepat akan tetapi jumlah obat yang diabsorbsi relatif sedikit/kecil (
Patil and Mali., 2017).
2. Rute Epidermal
Prinsip penghantaran melalui rute epidermis adalah difusi obat
melalui stratum corneum disebabkan oleh besar koefisien partisi obat. Obat-
obat yang bersifat hidrofilik akan berpenetrasi melalui jalur transeluler
sedangkan obat-obat lipofilik akan masuk melalui rute intraseluler.
Keterangan :
Faktor Fisikokimia
Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor fisikokimia yang mempengaruhi
penghantaran sediaan transdermal, adalah sebagai berikut:
a. Hidrasi/ kelembaban kulit
Hidrasi mempengaruhi kontak obat dengan air yang menyebabkan
permeabilitas kulit meningkat secara signifikan. Peningkatan hidrasi kulit
dapat membuka struktur stratum korneum sehingga penetrasi meningkat,
sehingga penggunaan humektan diperlukan dalam sediaan transdermal
untuk meningkatkan hidrasi kulit.
b. Temperatur dan pH
Secara klinis, temperatur kulit akan meningkat dengan
digunakannya suatu pembawa yang bersifat oklusif, seperti vaselin. Pada
penggunaan suatu pembawa yang bersifat oklusif, kelenjar keringat tidak
dapat mengeluarkan air maupun panas sehingga meningkatnya suhu
11
sekitar kulit. Jika suhu meningkat, maka kelembaban pun akan meningkat.
Dalam keadaan terhidrasi permeabilitas kulit akan meningkat, sehingga
memudahkan absorbsi zat aktif melalui kulit. Sifat pH kulit mempengaruhi
absorbsi obat. Obat asam lemah dan basa lemah terlepas tergantung pada
pH dan nilai-nilai pKa atau pKb.
c. Bobot molekul dan ukuran molekul
Senyawa dengan bobot molekul dan ukuran molekul yang rendah
akan berdifusi menembus kulit lebih cepat dibandingkan dengan senyawa
denganbobot molekul tinggi.
d. Koefisien partisi
Koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi
dalam fase lemak dengan konsentrasi dalam fase air. Bila molekul semakin
larut lemak, maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi
transmembran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa
organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi
sangat tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan
hambatan pada proses difusi zat aktif.
e. Konsentrasi dan viskositas
Konsentrasi obat mempengaruhi penghantaran topikal jumlah zat
aktif yang diserap pada setiap satuan luas permukaan dan satuan waktu
adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam media pembawa,
selanjutnya, peningkatan viskositas obat menurunkan penetrasi obat ke
dalam kulit yang diakibatkan penurunan difusi.
c. Obat yang memiliki koefisien partisi Log P 1-3 agar dapat mencapai
sirkulasi sistemik.
d. Obat yang memiliki titik lebur < 200oC
e. Molekul obat harus memiliki kelarutan yang baik dalam minyak dan air.
DMSO 2 mL 2 mL 2 mL -
Propilen Glikol 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
Etanol 8 mL - 20 mL -
ad Aquadest 32 mL 50 mL 30 mL 20 mL
Metode pembuatan transdermal patch:
i. Pertama ditimbang 500 mg dextrometrophan HBR, kemudian dilarutkan
dengan 4 ml etanol 96% hingga larut dan ditutup dengan aluminium foil.
ii. Ditimbang juga HPMC K-15 dan Na-CMC masing-masing 500 mg.
Dimasukkan HPMC K-15 kedalam 4 ml etanol 96% dan dimasukkan juga
Na-CMC kedalam 5 ml aquadest yang telah dipanaskan sebelumnya,
diaduk diatas penangas air sampai Na-CMC larut.
iii. Ditambahkan 2 ml DMSO kedalam larutan dextrometrophan dan pada
larutan HPMC K-15 ditambahkan juga 2 ml propilen glikol diaduk hingga
larut dan homogen.
iv. Selanjutnya dimasukkan larutan dextrometrophan kedalam larutan
polimer, terakhir dimasukkan larutan Na-CMC dan diaduk sampai larut.
v. Setelah terbentuk massa patch yang diinginkan, dituang sediaan ke cetakan
patch.
vi. Selanjutnya cetakan yang telah berisi sediaan dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 38ºC selama maksimal 24 jam agar hasil patch tidak
mengalami kekeringan.
vii. Setelah sediaan jadi, diambil cetakan dari oven dan diambil sediaan
patchnya untuk selanjutnya dilakukan evaluasi (viresh, K. C., Anilkumar,
K., Aamir, Syed, Shabaraya, 2012).
dioksida
3. Membran polipropilen mikropori untuk mengatur laju penghantaran obat
4. Bahan adhesif
(Allen, Popovich, & Ansel, 2011)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Transdermal drug delivery system merupakan rute administrasi dimana
bahan aktif yang disampaikan di kulit akan didistribusikan secara sistemik.
Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu inovasi
dalam sistem penghantaran obat modern untuk mengatasi problem
bioavailabilitas obat jika diberikan melalui jalur lain seperti oral. Obat yang
diberikan secara transdermal masuk ke tubuh melalui permukaan kulit yang
kontak langsung baik secara transeluler maupun secara intraseluler.
Suatu obat agar dapat diformulasi dalam sediaan transdermal idealnya
harus memiliki sifat fisika kimia seperti, waktu paruh eliminasi pendek, berat
molekul kecil, dosis rendah, dan kelarutan dalam lemak tinggi.
18
DAFTAR PUSTAKA