Anda di halaman 1dari 22

TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEMS (TDDS)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sistem Penghantaran Obat
Semester VII
Pengampu: Anita Sukmawati, Ph.D., Apt.

Oleh:
Adnan Buyung Kurniawan (K100150126)
Ririn Ulpha Brigita (K100150142)
Hanifatul Millah Tyas Utomo (K100150158)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2018

i
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB 2 ISI ........................................................................................................ 3
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................................. 3
B. Definisi Transdermal DDS ................................................................... 4
C. Kelebihan Dan Kekurangan Transdermal DDS ................................... 5
D. Prinsip Penghantaran Transdermal DDS .............................................. 6
E. Faktor yang Mempengaruhi Transdermal DDS ................................... 9
F. Terapi Transdermal DDS ..................................................................... 12
G. Teknologi Patch Transdermal DDS ..................................................... 12
H. Formula Sediaan Transdermal DDS .................................................... 14
I. Sediaan di Pasaran ................................................................................ 15
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 17
A. Kesimpulan........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Kulit Manusia ................................................................... 3
Gambar 2. Rute Permeasi Obat ........................................................................ 6
Gambar 3. Rute Epidermal ............................................................................... 7
Gambar 4. Urutan Permeasi Obat secara Transdermal .................................... 8
Gambar 5. Urutan Proses Absorpsi Obat Secara Sistemik .............................. 8
Gambar 6. Sistem patch transdermal reservoir yang dikendalikan .................. 13
Gambar 7. Matriks sistem patch transdermal yang dikendalikan .................... 14
Gambar 8. Kemasan Tablet Clonidine ............................................................. 16

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Patch transdermal berlisensi............................................................... 12
Tabel 2. Formulasi Transdermal Patch Dextrometorphan HBr ....................... 14

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem penghantaran obat secara transdermal atau transdermal drug
delivery system (TDD) merupakan salah satu sistem penghantaran obat non
konvensional atau termodifikasi. Transdermal drug delivery system merupakan
rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit akan
didistribusikan secara sistemik.
Singh et al., (2010) menyatakan bahwa sistem penghantar obat
transdermal dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran partikel, karena adanya
barrier membran kulit. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah
untuk menembus barrier membran kulit dan semakin baik efeknya. NSAID
(Non Steroidal Anti Inflammatory Drug) juga dapat meningkat efektifitasnya
sebagai penghilang nyeri lokal apabila dibuat dalam sistem ini. Beberapa
keuntungan transdermal drug delivery sistem antara lain dapat menghindari
kesulitan absorpsi gastrointestinal dan terhindar dari first pass effect dan
memperpanjang aktivitas obat.
Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas suatu obat pada kulit
adalah dengan melakukan formulasi bentuk patch. Penggunaan
Dextrometorphan HBr sebagai zat aktif dalam formulasi pembuatan
transdermal patch dimaksudkan untuk dapat meningkatkan berbagai aspek
ditinjau dari sisi keamanan, kenyamanan, keefektifan dan dari segi kepraktisan
dari sediaan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan pembuatan sediaan perlu
memperhatikan aspek kenyamanan pasien, dengan menggunakan patch pasien
tidak perlu mengkonsumsi obat secara peroral karena sediaan
dextromethorphan yang beredar dipasaran masih dalam bentuk tablet dan sirup.
Tujuan dari modifikasi polimer dalam formulasi transdermal patch adalah
untuk mendapatkan hasil terbaik dari formulasi transdermal patch.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transdermal drug delivery system?
2. Bagaimana prinsip dan mekanisme kerja transdermal drug delivery system?
3. Apa saja sediaan obat yang dapat dibuat dengan transdermal drug delivery
system sediaan patch dan bagaimana prinsip kerjanya?

C. Tujuan
1. Mengerti dan memahami transdermal drug delivery system.
2. Memahami prinsip dan mekanisme kerja transdermal drug delivery system
pada berbagai macam sediaan.
3. Menunjukkan sediaan dan contoh obat yang dapat dibuat dengan
transdermal drug delivery system beserta mekanisme pelepasannya.
3

BAB II
ISI

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti
perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik
maupun pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh
dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang
menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan
orang dewasa (Paul et al., 2011).
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari kehilangan cairan
elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan panas
karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang
dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat terjadinya
metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat. Selain itu juga terdapat lapisan subkutan yang
letaknya di bawah lapisan dermis.

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia


4

a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel
berlapis bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (stratum Germinatum)
(Perdanakusuma, 2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan,
dermis terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
menebal dan sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan bertambahnya
usia. Sedangkan serabut elastin terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat,
saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh
darah dan ujung saraf dan sebagian serabut lemak yang terdapat pada
lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
(Perdanakusuma, 2007).

B. Definisi Transdermal DDS


Sistem penghantaran obat secara transdermal atau Transdermal Drug
Delivery System (TDDS) (trans = lewat; dermal = kulit) merupakan salah satu
5

sistem penghantaran obat termodifikasi dimana rute administrasi obat melalui


kulit yang kemudian zat aktif obat akan ditransfer ke dalam peredaran darah
dan akan didistribusikan secara sistemik ( Patil and Mali., 2017).
Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu
inovasi dalam sistem penghantaran obat modern untuk mengatasi problem
bioavailabilitas obat tersebut jika diberikan melalui rute lain seperti oral. Obat
yang diberikan secara transdermal masuk ke tubuh melalui permukaan kulit
yang kontak langsung baik secara transeluler maupun secara intraseluler (Barry
B.W,. 2001). Sistem pelepasan transdermal mudah digunakan untuk obat yang
larut lemak dengan dosis dan BM rendah. Parameter obat yang ideal dipilih
sebagai sediaan transdermal yakni memiliki berat molekul < 1000 Daltons, titik
lebur < 200 C (Singh et.al, 2012).

C. Kelebihan Dan Kekurangan Transdermal DDS


Penghantaran obat secara transdermal memberikan keuntungan yaitu:
 Pelepasan obat dapat dikontrol secara kontinyu pada selang waktu tertentu,
 Pemberian secara transdermal dapat menghindari masalah absorpsi obat di
saluran cerna karena obat yang diberikan tidak melalui lingkungan
gastrointestinal sehingga efektif untuk memberikan obat-obat yang dipecah
oleh asam lambung
 Mencegah interaksi obat dengan makanan atau obat lain dalam lambung,
 Dapat menghindari efek lintas pertama (first pass effect) yang dapat
menyebabkan molekul obat aktif dikonversi menjadi molekul tidak aktif.
 Meningkatkan bioavailabilitas obat dalam sirkulasi sistemik dengan durasi
yang lebih lama dan dapat dikontrol sehingga dapat meminimalkan
pemberian dosis dan frekuensi pemakaian.
 Rute yang cocok untuk pasien yang tidak biasa diberikan obat secara peroral
(muntah) dan pasien takut terhadap pemakaian jarum suntik,
 Dapat menghantarkan obat dengan indeks terapi sempit sehingga
kemungkinan overdosis lebih kecil (Singh et.al, 2012).
6

Namun di sisi lain, penghantaran obat secara transdermal juga memiliki


beberapa keterbatasan antara lain:
 Pemberian secara transdermal dapat menimbulkan reaksi iritasi atau
hipersensitifitas pada kulit pasien
 Obat yang bersifat hidrofil membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menembus lapisan kulit yang bersifat lipofil, sediaan transdermal tidak
dapat digunakan untuk obat-obat ionik dan makromolekul.
Dengan berbagai permasalah tersebut perlu diperhatikan beberapa
aspek mulai dari anatomi fisiologi kulit sampai pengaruh dari sifat fisikokimia
obat agar dapat terabsorpsi secara baik pada kulit (Singh et.al, 2012).

D. Prinsip Penghantaran Obat Transdermal DDS


Prinsip penghantaran sediaan Transdermal Drug Delivery System adalah
obat harus dapat diabsorbsi menembus kulit. Absorpsi perkutan adalah
masuknya molekul obat dari luar kulit kedalam jaringan dibawah kulit
kemudian masuk kedalam sirkulasi darah. Fenomena absorbsi perkutan
(permeasi) melibatkan proses difusi pasif dari zat melalui kulit. Difusi
merupakan suatu proses obat melewati membran akibat penurunan gradien
konsentrasi suatu molekul obat.
Proses penembusan obat melalui kulit terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi (tanpa memerlukan energi), sehingga terjadi kesetimbangan antar
membran. Umumnya zat aktif merupakan basa atau asam organik, ketika dalam
keadaan terlarut sebagian molekul berada dalam bentuk terionkan dan sebagian
dalam bentuk tak terionkan. Hanya fraksi zat aktif yang tak terionkan dan larut
dalam lemak yang dapat melalui membran dengan cara difusi pasif.

Gambar 2. Rute Permeasi Obat (Barry B.W,. 2001)


7

1. Rute Appendageal
Rute ini dianggap efektif karena area yang relatif kecil, sekitar 0,1%
dari luas kulit keseluruhan. Namun pada rute ini dapat bermanfaat bagi obat
dengan molekul besar dan bersifat polar atau ionik dengan konstanta difusi
kecil atau rendah sehingga hampir tidak berpenetrasi melalui stratum
corneum dan kelarutan rendah. Rute ini dapat menghasilkan difusi yang
lebih cepat akan tetapi jumlah obat yang diabsorbsi relatif sedikit/kecil (
Patil and Mali., 2017).
2. Rute Epidermal
Prinsip penghantaran melalui rute epidermis adalah difusi obat
melalui stratum corneum disebabkan oleh besar koefisien partisi obat. Obat-
obat yang bersifat hidrofilik akan berpenetrasi melalui jalur transeluler
sedangkan obat-obat lipofilik akan masuk melalui rute intraseluler.

Gambar 3. Rute Epidermal (Barry B.W,. 2001)


3. Rute Transeluler
Rute transelular merupakan rute pengangkutan molekul obat melewati
membran sel epitel melalui mekanisme transport pasif, umumnya rute untuk
senyawa obat yang memiliki ukuran molekul kecil, dan mekanisme transpor
aktif untuk senyawa ionik dan polar. Obat yang bersifat hidrofilik dapat
menembus stratum corneum melalui rute intra seluler.
4. Rute Interseluler
Pada jalur intersaluler pengangkutan molekul dilakukan dengan
melewati ruang sempit di sekitar atau antara sel-sel. Obat dengan sifat
lipofilik akan melewati stratum korneum melalui rute interselluler (Patil and
Mali., 2017).
8

Gambar 4. Urutan Permeasi Obat secara Transdermal (Barry B.W,. 2001)


Proses permeasi obat dari sediaan transdermal menuju sirkulasi
sistemik dimulai dari disolusi obat untuk melepaskan zat aktif dari matrik
pembawa, kemudian obat akan berdifusi melalui stratum corneum, jaringan
epidermis dan dermis kemudian mencapai pembuluh kapiler dan
dihantarkan pada target obat untuk memberikan efek local. Namun, absorpsi
perkutan suatu obat secara umum dihasilkan dari penetrasi obat langsung
melalui stratum korneum. Setelah melalui stratum korneum, molekul obat
dapat melintasi jaringan epidermal yang lebih dalam melalui difusi pasif dan
memasuki dermis. Jika obat mencapai pembuluh darah pada lapisan dermal
obat dapat masuk kedalam sirkulasi sistemik ( Patil and Mali., 2017).

Gambar 5. Urutan proses absorpsi obat secara sistemik dari sediaan


transdermal ( Patil and Mali., 2017).
9

E. Faktor yang Mempengaruhi Transdermal DDS


Menurut (Singh et.al, 2012) (Barry, 2001; Gupta, 2014; Lestari &
Binarjo, 2013; Patil, 2017; Singh, Yadav, & Gautam, 2012) terdapat 2 faktor
yang mempengaruhi absorbsi sediaan transdermal antara lain:
 Faktor Biologis
Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor biologis yang mempengaruhi
penghantaran sediaan transdermal melalui kulit, yaitu meliputi:
a. Kondisi dan umur kulit
Kulit utuh merupakan suatu pelindung (barrier) kulit bagian dalam,
efektivitas difusi obat berkurang bila terjadi perubahan dan kerusakan pada
sel stratum corneum karena zat-zat lain seperti pembawa obat juga dapat
memasuki kulit sehingga dapat menyebabkan iritasi.
b. Aliran darah
Secara teoritis, perubahan sirkulasi pada daerah perifer, atau
perubahan aliran darah pada kulit, dapat mempengaruhi absorbsi perkutan.
Meningkatnya aliran darah, maka waktu zat aktif berada pada jaringan
dermis akan berkurang, dengan demikian gradien konsentrasi zat aktif
yang berpenetrasi melalui kulit akan meningkat.
c. Tempat pemakaian dan metabolisme kulit
Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama akan berbeda
dan hal ini tergantung pada ketebalan stratum korneum dan kerapatan
folikel rambut, maupun kelenjar keringat yang terdapat di kulit. Kulit
memetabolisme steroid, hormon, bahan kimia karsinogen dan beberapa
obat. Jadi metabolisme kulit menentukan keampuhan absorbsi obat-obat
tersebut melalui kulit.
d. Perbedaan spesies
Kulit mamalia dari spesies yang berbeda akan menunjukkan
beberapa perbedaan karakteristik dari segi anatomi
e. Tempat pengolesan
Jumlah yang diserap oleh molekul yang sama, akan berbeda
tergantung pada anatomi tempat pengolesan. Perbedaan ketebalan kulit
10

terutama disebabkan oleh perbedaan ketebalan lapisan tanduk pada setiap


bagian tubuh.
Menurut Lestari and Binarjo (2013), Difusi zat aktif menembus kulit
dan berpartisi melalui stratum corneum sesuai dengan persamaan Stokes
Einsteins :

Keterangan :

D = Difusifitas (cm2 detik-1)


R = Konsentrasi gas ideal (erg mol -1 derajat)
T = Suhu mutlak (K)
H = Viskositas (dyne cm-2)
r = Jari-jari molekul (cm/molekul)
N = Bilangan Avogadro (6,02 x 1023 molekul/mol)

 Faktor Fisikokimia
Hal-hal yang termasuk ke dalam faktor fisikokimia yang mempengaruhi
penghantaran sediaan transdermal, adalah sebagai berikut:
a. Hidrasi/ kelembaban kulit
Hidrasi mempengaruhi kontak obat dengan air yang menyebabkan
permeabilitas kulit meningkat secara signifikan. Peningkatan hidrasi kulit
dapat membuka struktur stratum korneum sehingga penetrasi meningkat,
sehingga penggunaan humektan diperlukan dalam sediaan transdermal
untuk meningkatkan hidrasi kulit.
b. Temperatur dan pH
Secara klinis, temperatur kulit akan meningkat dengan
digunakannya suatu pembawa yang bersifat oklusif, seperti vaselin. Pada
penggunaan suatu pembawa yang bersifat oklusif, kelenjar keringat tidak
dapat mengeluarkan air maupun panas sehingga meningkatnya suhu
11

sekitar kulit. Jika suhu meningkat, maka kelembaban pun akan meningkat.
Dalam keadaan terhidrasi permeabilitas kulit akan meningkat, sehingga
memudahkan absorbsi zat aktif melalui kulit. Sifat pH kulit mempengaruhi
absorbsi obat. Obat asam lemah dan basa lemah terlepas tergantung pada
pH dan nilai-nilai pKa atau pKb.
c. Bobot molekul dan ukuran molekul
Senyawa dengan bobot molekul dan ukuran molekul yang rendah
akan berdifusi menembus kulit lebih cepat dibandingkan dengan senyawa
denganbobot molekul tinggi.
d. Koefisien partisi
Koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi
dalam fase lemak dengan konsentrasi dalam fase air. Bila molekul semakin
larut lemak, maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi
transmembran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa
organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi
sangat tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan
hambatan pada proses difusi zat aktif.
e. Konsentrasi dan viskositas
Konsentrasi obat mempengaruhi penghantaran topikal jumlah zat
aktif yang diserap pada setiap satuan luas permukaan dan satuan waktu
adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam media pembawa,
selanjutnya, peningkatan viskositas obat menurunkan penetrasi obat ke
dalam kulit yang diakibatkan penurunan difusi.

 Syarat obat dalam pembuatan sediaan trandermal


Menurut Singh et.al, (2012) terdapat 5 syarat dalam pembuatan sediaan
transdermal
a. Tidak mengandung bahan mengiritasi kulit
b. Memiliki ukuran dan bobot molekul yang kecil < 1000 Da agar mudah
menembus stratum corneum
12

c. Obat yang memiliki koefisien partisi Log P 1-3 agar dapat mencapai
sirkulasi sistemik.
d. Obat yang memiliki titik lebur < 200oC
e. Molekul obat harus memiliki kelarutan yang baik dalam minyak dan air.

F. Terapi Transdermal DDS


Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan gangguan kulit atau
untuk sistemik, efeknya untuk mengobati penyakit organ lain. Patch
transdermal dapat diterapkan untuk pengobatan yang mendapat lisensi dari
united kingdom sebagai berikut:

Tabel 1. Patch transdermal berlisensi di Inggris


Bahan Aktif Indikasi
Buprenorphine Analgesia
Clonidine Hypertension
Oestradiol Hormone replacement
Oestradiol and progesterone Hormone replacement
Fentanyl Analgesia
Glyceryl trinitrate Angina
Hyoscine Motion Sickness
Lisuride Parkinson
Nicotine Smoking cessation
Testosterone Hypogonadism
(Margetts and Richard, 2007)

G. Teknologi Patch Transdermal DDS


Teknologi dalam pengambangan transdermal system pengiriman obat
dapat diklasifikasikan menjadi empat pendekatan dasar:
• TDDS yang dikontrol pertisi membrane polimer
• Matriks TDDS yang dikendalikan difusi polimer
• TDDS yang dikontrol reservoir gradien obat
13

• TDDS yang dikontrol mikroreservior .


(Sharma et al., 2011)
Tipe patch transdermal:
1. Single-layer Drug-in-Adhesive
Lapisan perekat dari sistem ini juga mengandung obat. Pada patch jenis
inilah lapisan perekat tidak hanya berfungsi untuk mengisi berbagai lapisan
secara bersama-sama, bersama dengan seluruh sistem ke kulit, tetapi juga
bertanggung jawab untuk melepaskan obat.
2. Multi-layer Drug-in-Adhesive
Patch ini serupa ke sistem single-layer, di kedua perekat itu lapisan juga
bertanggung jawab atas pelepasan obat. Sistem multi-layer berbeda,
Namun, itu menambah lapisan obat di perekat, biasanya dipisahkan oleh
membran.
3. Reservoir
Dalam sistem ini, obat tertanam antara lapisan pendukung yang tahan api
dan mengendalikan membran. Di dalam kompartemen obat reservoir, obat
bisa dibentuk larutan, suspensi, gel atau terdispersi dalam matriks polimer
padat.
4. Matriks
Sistem Matrix memiliki lapisan obat matriks semipadat yang mengandung
larutan obat. Lapisan perekat di patch ini mengelilingi lapisan obat dan
sebagian menutupinya.

Gambar 6. Sistem patch transdermal reservoir yang dikendalikan


14

Gambar 7. Matriks sistem patch transdermal yang dikendalikan


(Patel et al 2012; Latheeshjlal et al 2011).

H. Formula Sediaan Transdermal DDS


Dextrometorphan HBr biasa dikenal sebagai antitusif non-narkotik
yang digunakan sebagai salah satu komposisi dalam formulasi sediaan obat flu
dan batuk (Silvati, Y., et al, 1987). Penggunaan Dextrometorphan HBr sebagai
zat aktif dalam formulasi dimaksudkan untuk dapat meningkatkan berbagai
aspek ditinjau dari sisi keamanan, kenyamanan, keefektifan dan dari segi
kepraktisan dari sediaan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan pembuatan sediaan perlu
memperhatikan aspek kenyamanan pasien, dengan menggunakan patch pasien
tidak perlu mengkonsumsi obat secara peroral karena sediaan
dextromethorphan yang beredar dipasaran masih dalam bentuk tablet dan sirup.
Berikut ini merupakan formulasi sediaan transdermal patch melalu beberapa
optimasi yang telah dilakukan.
Tabel 2. Formulasi transdermal patch Dextrometorphan HBr dengan
modifikasi polimer Na CMC dengan HPMC dan modifikasi pelarut.
Komposisi/10 patch F1 F2 F3 F4

Dextrometrophan Hbr 500 mg 500 mg 500 mg 500 mg

HPMC K 15 500 mg 800 mg 500 mg 400 mg

Na CMC 500 mg 200 mg 500 mg 200 mg


15

DMSO 2 mL 2 mL 2 mL -

Propilen Glikol 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL

Etanol 8 mL - 20 mL -

ad Aquadest 32 mL 50 mL 30 mL 20 mL
Metode pembuatan transdermal patch:
i. Pertama ditimbang 500 mg dextrometrophan HBR, kemudian dilarutkan
dengan 4 ml etanol 96% hingga larut dan ditutup dengan aluminium foil.
ii. Ditimbang juga HPMC K-15 dan Na-CMC masing-masing 500 mg.
Dimasukkan HPMC K-15 kedalam 4 ml etanol 96% dan dimasukkan juga
Na-CMC kedalam 5 ml aquadest yang telah dipanaskan sebelumnya,
diaduk diatas penangas air sampai Na-CMC larut.
iii. Ditambahkan 2 ml DMSO kedalam larutan dextrometrophan dan pada
larutan HPMC K-15 ditambahkan juga 2 ml propilen glikol diaduk hingga
larut dan homogen.
iv. Selanjutnya dimasukkan larutan dextrometrophan kedalam larutan
polimer, terakhir dimasukkan larutan Na-CMC dan diaduk sampai larut.
v. Setelah terbentuk massa patch yang diinginkan, dituang sediaan ke cetakan
patch.
vi. Selanjutnya cetakan yang telah berisi sediaan dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 38ºC selama maksimal 24 jam agar hasil patch tidak
mengalami kekeringan.
vii. Setelah sediaan jadi, diambil cetakan dari oven dan diambil sediaan
patchnya untuk selanjutnya dilakukan evaluasi (viresh, K. C., Anilkumar,
K., Aamir, Syed, Shabaraya, 2012).

I. Sediaan Patch Transdermal DDS di Pasaran


Clonidin
Merek dagang : Catapres-TTS
Patch dengan 4 lapisan:
1. Backing layer berupa film poliester terpigmentasi
2. Reservoir yang terdiri dari minyak mineral, poliisobutilen, koloidal silikon
16

dioksida
3. Membran polipropilen mikropori untuk mengatur laju penghantaran obat
4. Bahan adhesif
(Allen, Popovich, & Ansel, 2011)

Gambar 8. Kemasan Tablet Clonidine


 Komposisi dan Bahan Aktif:
Clonidine tablet dibuat dari bahan aktif (garam) yaitu Clonidine
Hydrochloride.
 Clonidine tablet kemasan : 10 strip dengan 10 tablet
 Kegunaan: Obat ini digunakan sendiri atau dengan obat lain untuk
mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Menurunkan tekanan darah
tinggi, mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Klonidin
termasuk golongan obat yang bekerja di otak untuk menurunkan tekanan
darah. Ia bekerja dengan merilekskan pembuluh darah sehingga darah
dapat mengalir lebih mudah.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Transdermal drug delivery system merupakan rute administrasi dimana
bahan aktif yang disampaikan di kulit akan didistribusikan secara sistemik.
Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu inovasi
dalam sistem penghantaran obat modern untuk mengatasi problem
bioavailabilitas obat jika diberikan melalui jalur lain seperti oral. Obat yang
diberikan secara transdermal masuk ke tubuh melalui permukaan kulit yang
kontak langsung baik secara transeluler maupun secara intraseluler.
Suatu obat agar dapat diformulasi dalam sediaan transdermal idealnya
harus memiliki sifat fisika kimia seperti, waktu paruh eliminasi pendek, berat
molekul kecil, dosis rendah, dan kelarutan dalam lemak tinggi.
18

DAFTAR PUSTAKA

Barry, B. W. (2001). Novel mechanisms and devices to enable successful


transdermal drug delivery. European Journal of Pharmaceutical Sciences,
14(2), 101–114. https://doi.org/10.1016/S0928-0987(01)00167-1
Gupta. (2014). TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM: an Overview,
3(5), 263–278.
Kaisar Permanente, 2018, Clonidine 0.1 Mg/24 Hr Weekly Transdermal Patch,
Terdapat di: https://healthy.kaiserpermanente.org/ (Diakses pada 27
November 2018).
Lestari, M., & Binarjo, A. (2013). Formulasi Cold Cream Propranolol Untuk
Penghantaran Transdermal Dengan Basis Emulsi Yang Mengandung Vco
(Virgin Coconut Oil). Pharmaciana, 3(2), 37.
https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v3i2.429
Patil, P. A. (2017). Transdermal Drug Delivery System-a Review. World Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(4), 2049–2072.
https://doi.org/10.20959/wjpps20174-9012
Singh, S., Yadav, A. K., & Gautam, H. (2012). An Official Publication of
Association of Pharmacy Professionals D ETERMINATION OF T
ELMISARTAN IN P HARMACEUTICAL, 2(2), 83–86.

Anda mungkin juga menyukai