Anda di halaman 1dari 40

PEMICU 6

Tingkat Gangguan
Kejiwaan
Tingkat Gangguan Kejiwaan
F 00 F 09 : Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental
simtomatik

F 10 F19 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat


psikoaktif

F 20 F29 : Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham

F 30 F39 : Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

F 40 F48 : Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan


gangguan yang berkaitan dengan stres
F50 F59 : Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik

F60 F69 : Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

F70 F79 : Retardasi mental

F80 F89 : Gangguan perkembangan psikologis

F90 F98 : Gangguan perilaku dan emosional dengan onset


biasanya pada masa kanak dan remaja

F99 : Gangguan jiwa YTT


Skizofrenia
Skizofrenia
Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran
dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya


dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Teori-Teori Mengenai Skizofrenia
Emil Kraepelin (1856 1926)
Demensia prekoks suatu istilah yang menekankan suatu
proses kognitif yang jelas (demensia) dan onset yang awal
(prekoks) / terjadi kemunduran inteligensi sebelum
waktunya.
Pasien dengan demensia prekoks mengalami perjalanan
jangka panjang yang memburuk dan gejala klinis umum
berupa halusinasi dan waham.
Kraepelin lebih lanjut membedakan pasien dengan
demensia prekoks dari pasien dengan psikosis manik-
depresif atau paranoia.
Pasien dengan psikosis manik-depresif dibedakan dari pasien
dengan demensia prekoks dengan adanya episode penyakit
yang jelas yang dipisahkan oleh periode fungsi normal.

Pasien dengan paranoia mempunyai waham persekutorik


yang persisten sebagai gejala utamanya tetapi tidak
mempunyai perjalanan demensia prekoks yang memburuk
atau gejala psikosis manik-depresif yang intermiten.
Eugen Bleuer (1857 1939)
Dalam tahun 1911 Bleuer menganjurkan supaya lebih baik dipakai
istilah skizofrenia (schizos = pecah-belah atau bercabang; phren =
jiwa) jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan / disharmoni
antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan.
Demensia dalam demensia prekoks tidak dapat disamakan dengan
demensia pada gangguan otak organik atau gangguan inteligensi pada
retardasi mental dan pada skizofrenia perjalanannya tidak harus
memburuk pada skizofrenia tidak terdapat demensia.
Gejala fundamental Empat A: gangguan asosiasi, afektif, autisme,
dan ambivalensi.
Gejala pelengkap (sekunder) halusinasi & waham
Bleuer membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi dua
kelompok:
Gejala-gejala primer:
Gangguan proses berpikir
Gangguan emosi
Gangguan kemauan
Otisme
Gejala-gejala sekunder:
Waham
Halusinasi
Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain
Adolf Meyer
Skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah reaksi terhadap
berbagai stres kehidupan, yang dinamakannya sindroma suatu reaksi
skizofrenik.

Harry Stack Sullivan


Pendiri bidang psikoanalitik internasional.

Menekankan isolasi sosial sebagai penyebab dan gejala skizofrenia.

Gabriel Langfeldt
Membagi pasien dengan gejala psikotik berat menjadi dua kelompok:
skizofrenia sesungguhnya & psikosis skizofreniform.
Skizofrenia sesungguhnya depersonalisasi, autisme,
penumpulan emosi, onset yg perlahan, dan perasaan
derealisasi

Kurt Schneider
Menggambarkan sejumlah gejala urutan pertama yang
dianggap tidak spesifik untuk skizofrenia tetapi
mempunyai nilai pragmatik dalam membuat diagnostik,
juga dapat didiagnosis semata-mata atas dasar gejala
urutan kedua dan gambaran klinis yang tipikal lainnya.
Epidemiologi
Di AS prevalensinya bervariasi 1 1,5%

Berdasarkan usia & jenis kelamin:

Sama prevalensinya antara laki-laki dan perempuan.

Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal usia puncak onset


untuk laki-laki = 15 25 tahun; wanita = 25 35 tahun

90% pasien dalam pengobatan: antara usia 15 dan 55 tahun.

Hasil akhir untuk pasien skizofrenia wanita lebih baik daripada


laki-laki.
Etiologi
Model diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor


lingkungan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan
yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau


psikologis (misal kematian orang terdekat).

Dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh


pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial ,
dan trauma.
Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan


adanya kerusakan pada bagian otak tertentu sitem limbik, korteks
frontal, cerebellum dan ganglia basalis

Hipotesa Dopamin skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan


aktivitas neurotransmitter dopaminergik:

Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik


dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor
dopamine D2.

Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti


amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
Faktor Genetika

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika


terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren,
apalagi jika hubungan keluarga dekat.

Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh


genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia,
dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami skizofrenia.

Faktor Psikososial
Tanda & Gejala
Gejala-gejala primer
Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran) yang
terutama terganggu: asosiasi
Satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain
Pemindahan maksud
Menggunakan arti simbolik
Kecenderungan untuk menyamakan hal-hal
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi
(blocking)
Gangguan afek dan emosi

Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting) penderita


menjadi acuh tak acuh.

Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan


gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.

Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia


menangis.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai


kesatuan.

Emosi yang berlebihan


Hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang
baik (emotional rapport)

Dua hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama,


umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ; atau
menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan
ambivalensi pada afek.

Gangguan kemauan

Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam


suatu keadaan.

Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan


berbulan-bulan.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan
terhadap suatu permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan
pada waktu yang sama.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh
orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu
secara otomatis.

Gejala psikomotor (gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan)


Gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku
Stupor tidak bergerak sama sekali selama berhari-hari,
berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya.
Mutisme disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang
ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau
karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama
sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.

Tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan


hiperkinesa, ia terus bergerak saja (logorea).

Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap (stereotipik)


verbigerasi (stereotipik pembicaraan), mannerisme (bentuk
grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya).

Gejala katalepsi (suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu


yang lama). Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan
terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan
dengan apa yang disuruh.

Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya


merupakan lawan dari negativisme : semua perintah dituruti
secara otomatis, bagaimana ganjilpun echolalia (penderita
meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia
(penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder
Waham

Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa


penyebab apa-apa dari luar. Umpamanya istrinya sedang berbuat
serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua
kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia
melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohon
untuk kencing.

Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan


merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain.
Halusinasi

Paling sering halusinasi oditif / akustik dalam bentuk suara


manusia, bunyi barang-barang atau siulan.

Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik),


halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil).

Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering


pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak
organik.
Perjalanan Penyakit
Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja adanya perubahan sosial /
lingkungan berkembang simtom prodromal (berlangsung sampai bertahun-
tahun) akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi.
Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk
waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan.
Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan
mengalami deteriorasi tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh.
Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa
berlangsung seumur hidup.

.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk
berkembangnya skizofrenia
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia,
terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar
monozygotnya menderita skizofrenia.
Kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan
trauma pada otak.
Terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian.
Anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai
teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut.
Proses berpikir idiosinkratik

Sensitive dengan perpisahan

Mempunyai orang tua dengan sikap paranoid dan gangguan berpikir


normal

Memiliki gerakan bola mata yang abnormal

Menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain.

Mempunyai riwayat epilepsi


Penatalaksanaan
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang
memerlukan perhatian saat mempertimbangkan
pengobatan gangguan, yaitu:

Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang


mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.

Kenyataan bahwa faktor genetik, lingkungan dan psikologis yang tidak


diketahui tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam
perkembangan gangguan.

Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan


terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit:

Untuk tujuan diagnostik.

Menstabilkan medikasi.

Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau


membunuh.

Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.


Terapi Somatik

Antipsikotik
Antagonis reseptor dopamine

Risperidone ( risperdal )

Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat
Antagonis Reseptor Dopamin obat antipsikotik yang klasik dan efektif
dalam pengobatan skizofrenia. 2 kekurangan utama:

Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan


kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal.

Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek


mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinson berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial
adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.
Risperidone
Obat antispikotik dengan aktivitas antagonis pada reseptor serotonin tipe
2 ( 5-HT2 ) & pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ).
Obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan
obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor
dopaminergik yang tipikal.

Clozapine
Obat antipsikotik yang efektif, mekanisme kerjanya belum diketahui secara
pasti.
Suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis
yang kuat terhadap reseptor D4 & mempunyai aktivitas antagonistic pada
reseptor serotogenik.
Efek samping: agranulositosis monitoring setiap minggu pada
indeks-indeks darah.

Obat ini merupakan lini kedua diindikasikan pada pasien dengan


tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa
clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi
gangguan tersebut.
Prinsip-Prinsip Terapetik
Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati

Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.

Lama minimal percobaan antipsikotik: 4 6 minggu pada dosis yang


adekuat.

Penggunaan > 1 medikasi antipsikotik pada satu waktu jarang


diindikasikan.

Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin


yang diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode
psikotik.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik
Riwayat respon alergi yang serius

Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi


dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.

Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organik atau audiopatik.

Adanya glaukoma sudut sempit jika digunakan suatu antipsikotik dengan


aktivitas antikolinergik yang bermakna.
Obat Lain
Lithium

Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50


persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan
untuk dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi
antipsikotik.

Antikonvulsan

Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri /


kombinasi dengan lithium / suatu antipsikotik. Efektif dalam
menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.
Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi


pasien yang tidak berespon terhadap pemberian antipsikotik saja, dan
pasien skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam (
valium ) saja.

Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi setelah putus dari


benzodiazepine.
Terapi Somatik Lainnya
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien
katatonik dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak
dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ).

Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah
yang paling mungkin berespon.
Terapi Psikososial
Terapi Perilaku latihan keterampilan perilaku
(behavioral skills trainning)

Terapi Berorientasi Keluarga

Anda mungkin juga menyukai