Anda di halaman 1dari 89

PENGANTAR ILMU HUKUM

DEFINISI HUKUM
Immanuel Kant :
Noch suchen die Juristen eine definition zu ihrem begriffe von recht

Prof. Claude du Pasquer :


Dlm bukunya : Introduction a la theorie generale et a la philosophie du
droit menyebutkan 17 definisi hukum yg masing-masing menonjolkan segi
tertentu dari hukum

Dr. WLG Lemaire dlm buku Het Recht in Indonesia:


Karena hukum itu mempunyai segi & bentuk yg sangat banyak, sehingga
tak mungkin tercakup keseluruhan segi & bentuk hukum itu di dalam
sebuah definisi
E. Utrecht dlm buku Pengantar Dalam Hukum Indonesia:
Sekalipun tidak mungkin mengadakan batasan yg lengkap tentang apa yg
dinamakan HUKUM sesungguhnya batasan tentang hal itu tetap harus ada
sebagai pegangan bagi orang yg sedang mempelajari ilmu hukum
Hukum adalah himpunan peraturan2 berisi peintah2 &
larangan2 yg mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu

Mochtar Kusumaatmadja:
Hukum tidak saja meliputi keseluruhan kaidah & norma2 yg mengatur
pergaulan hidup manusia tetapi juga meliputi proses-proses & lembaga2 yg
berupaya mewujudkan kaidah2 tersebut dalam kenyataan
UNSUR-UNSUR HUKUM :

1. Peraturan ttg tingkah laku manusia dlm pergaulan masyarakat;


2. Dibuat oleh badan resmi yg berwenang;
3. Bersifat memaksa (imperatif);
4. Terdapat sanksi tegas terhadap pelanggaran peraturan.

HUKUM

MEMAKSA MENGATUR
(Dwingen Recht) (Aan Vullend Recht)
Pelanggaran terhadap kaidah HUKUM YG MEMAKSA diancam
dengan SANKSI

Pasal 10 KUHP : SANKSI meliputi:

A. PIDANA POKOK
1. Pidana Mati;
2. Pidana Penjara;
a) Seumur hidup
b) Sementara (max. 20 thn, min. 1 thn) atau selama waktu ttt.
3. Pidana Kurungan; (min. 1 hari & max. 1 thn)
4. Pidana Denda (sbg pengganti hukuman kurungan)
5. Pidana Tutupan;

B. PIDANA TAMBAHAN
1. Pencabutan hak tertentu;
2. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu;
3. Pengumuman keputusan hakim (Penetapan pengadilan)
TUJUAN HUKUM:
1. Menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat;
2. Eigenrichting is verboden, mencegah agar setiap orang tidak
menjadi hakim atas dirinya sendiri.

KEBUTUHAN & KEPENTINGAN MANUSIA :


Kebutuhan fisiologis ;
Kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman dari gangguan,
ancaman atau serangan pihak lain;
Kebutuhan akan kerja sama yg saling menguntungkan (kerja sama
untuk tujuan2 kolektif);
Kebutuhan akan kehormatan dirinya; penghargaan sbg manusia yg
bermartabat & berkebudayaan;
Kebutuhan akan eksistensi diri dengan jiwa yg merdeka, yg memiliki
daya logika, etika & estetika atau nalar & kreatifitas guna
membudayakan dirinya.

SYARAT KAIDAH HUKUM YG EFEKTIF :


1. SYARAT FILOSOFIS;
2. SYARAT YURIDIS;
3. SYARAT SOSIOLOGIS;
SUMBER-SUMBER HUKUM
Segala sesuatu yg menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai
kekuatan yg bersifat memaksa, yakni aturan-aturan bila
dilanggar mengakibatkan sanksi yg tegas & nyata.

SUMBER HKM MATERIAL SUMBER HKM FORMAL


Ekonomi, Sosial, Sosiologi, 1. Undang-Undang
Filsafat, dll. 2. Kebiasaan
3. Yurisprudensi
4. Traktat
5. Doktrin
SYARAT BERLAKUNYA SUATU UU :
Diundangkan dalam Lembaran Negara (LN) oleh Menteri / Sekretaris
Negara;
Tanggal mulai berlakunya UU adalah menurut tanggal yg ditentukan dalam
UU itu sendiri;
Jika tgl tidak disebutkan, maka untuk Pulau JAWA & MADURA, UU mulai
berlaku 30 hari setelah diundangkan dlm LN, sedangkan untuk daerah
lainnya mulai berlaku 100 hari setelah dilakukan pengundangan dlm LN.

FICTIE HUKUM
SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA
SUATU UNDANG-UNDANG
BERAKHIRNYA KEKUATAN BERLAKU SUATU UU :
Jangka waktu berlakunya UU tsb sudah lampau;
Keadaan atau hal yg diatur UU sudah tidak ada lagi;
UU tsb dengan tegas dicabut oleh badan pembuat (badan berwenang
lainnya yg lbh tinggi kedudukannya);
Telah diadakan UU yg baru, yg isinya bertentangan dengan UU yg
sebelumnya berlaku.
PENEMUAN HUKUM

PENAFSIRAN PEMBENTUKAN HUKUM


(INTERPERTASI) HUKUM OLEH HAKIM

Tata bahasa (gramatikal)


cara penafsiran berdasarkan pada bunyi ketentuan UU, dengan berpedoman
pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam
kalimat-kalimat yang dipakai oleh UU

Otentik
cara penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
diberikan oleh pembentuk UU

Historis (sejarah substansi & sejarah pembentukannya)

Sistematis / dogmatis
penafsiran dengan cara menilik susunan yang berhubungan dengan bunyi
pasal-pasal lainnya baik dalam UU itu maupun dengan UU yang lain
PENAFSIRAN
(INTERPERTASI) HUKUM

Restriktif
penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-kata dalam
peraturan itu

Analogis
memberi tafsiran pada sesuatu peraturan hukum dengan memberi ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asas hukumnya, sehingga
sesuatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, lalu dianggap
sesuai dengan bunyi peraturan tersebut

Argumentum a contrario
suatu cara menafsirkan UU yang didasarkan pada perlawanan pengertian
antara soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal UU.
Dengan berdasarkan perlawanan pengertian (pengingkaran) itu ditarik
kesimpulan, bahwa soal yang dihadapi itu tidak diliputi oleh pasal yang
termaksud atau dengan kata lain berada di luar pasal tersebut
PEMBIDANGAN ILMU HUKUM

Pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab


KODIFIKASI
undang-undang secara sistematis dan lengkap

TUJUAN :
Kepastian hukum;
penyederhanaan hukum;
kesatuan hukum

Pemberlakuan hukum secara nasional secara serentak


UNIFIKASI
pada sebuah negara
Menurut SUMBERNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Undang-Undang, hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan;
2. Hukum Kebiasaan (Adat), yaitu hukum yang terdapat dalam peraturan-
peraturan kebiasaan masyarakat (adat);
3. Hukum Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara negara, baik bilateral maupun multilateral;
4. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.

Menurut BENTUKNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hkm TERTULIS
a) Hkm Tertulis yg telah dikodifikasikan;
b) Hkm Tertulis yg tidak dikodifikasikan.
2. Hkm TIDAK TERTULIS (Kebiasaan)
Menurut TEMPAT BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Nasional, hukum yang berlaku dlm sebuah negara;
2. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar
hukum dalam dunia internasional;
3. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain;
4. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma yg ditetapkan oleh Gereja untuk
para anggota-anggotanya.

Menurut WAKTU BERLAKUNYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Positif (ius constitutum), hukum yang berlaku saat ini bagi suatu
masyarakat tertentu dalam sebuah daerah (negara) tertentu;
2. Hukum Cita-cita (ius constituendum), yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yg akan datang;
3. Hukum Asasi, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu & untuk semua bangsa di dunia.
Menurut CARA MEMPERTAHANKANNYA, HUKUM terbagi dalam:
Contoh :
1. Hukum Material, yaitu hukum yang hukum yang memuat peraturan-
peraturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan;
Contoh : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
2. Hukum Formal (Hukum Proses / Hukum Acara), yaitu hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-
peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu
perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-caranya hakim memberi
putusan.
Contoh : Hkm Acara Pidana, Hkm Acara Perdata
Menurut SIFATNYA, HUKUM terbagi dalam:
1. Hukum Yang Memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun
harus dan mempunyai paksaan mutlak ;
2. Hukum Yang Mengatur (Hukum Pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian ;

Menurut ISINYA, HUKUM terbagi dalam:


1. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan (individu) ;
Contoh : Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll
2. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara Negara dengan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan perseorangan (warga negara) ;
Contoh : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum
Pidana, Hukum Internasional (Perdata Internasional dan Publik
Internasional)
PERBEDAAN HUKUM PRIVAT DENGAN HUKUM PUBLIK

PERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)

ISINYA Mengatur hubungan hukum antar Mengatur hubungan hukum antara


individu dengan titik berat adanya warga negara dengan negara
kepentingan individu dengan titik berat adanya
kepentingan umum
PELAKSANAANNYA Penegakkan hukumnya tergantung Penegakkan hukum dilakukan oleh
kepada individu negara

CARA MENAFSIRKAN Membolehkan untuk mengadakan Hukum Pidana hanya mengenal


berbagai interpretasi terhadap penafsiran otentik, yaitu dengan
undang-undang Hukum Perdata menafsirkan menurut arti kata
dalam undang-undang Pidana itu
sendiri
DLM HAL MENGADILI Hukum acara perdata mengatur Hukum acara pidana mengatur cara-
cara-cara mengadili perkara- cara mengadili perkara pidana di
perkara di muka pengadilan muka pengadilan pidana oleh hakim-
perdata oleh hakim-hakim perdata hakim pidana
PELAKSANAAN HKM Pada acara perdata inisiatif datang Pada acara pidana inisiatif datang
ACARA dari pihak yang berkepentingan dari penuntut umum (jaksa)
yang dirugi-kan
PENUNTUTAN Pada acara perdata, yang Dalam acara pidana, jaksa menjadi
menuntut si tergugat adalah pihak penuntut terhadap si terdakwa.
yang dirugikan. Penggugat Jaksa mewakili negara berhadapan
berhadapan dengan tergugat dengan si terdakwa
PERBEDAAN HKM PRIVAT (PERDATA) HKM PUBLIK (PIDANA)

ALAT BUKTI Pada acara perdata sumpah Pada acara pidana hanya dikenal 4
merupakan alat pembuktian alat bukti (kecuali sumpah)
(terdapat 5 alat bukti, yaitu:
tulisan, saksi, persangkaan,
pengakuan dan sumpah)
DLM HAL PENARIKAN Pada acara perdata, sebelum ada Pada acara pidana, tidak dapat
KEMBALI PERKARA putusan hakim, pihak-pihak yang ditarik kembali kecuali untuk delik
bersangkutan boleh menarik tertentu (delik aduan)
kembali perkaranya
KEDUDUKAN PARA Pada acara perdata, para pihak Pada acara pidana, jaksa memiliki
PIHAK mempunyai kedudukan yang kedudukan lebih tinggi dari
sama, hakim hanya bertindak terdakwa, hakim pun bersifat aktif
sebagai wasit dan bersifat pasif
(menunggu)
DASAR KEPUTUSAN Pada acara perdata, putusan Pada acara pidana, putusan hakim
HAKIM hakim itu cukup mendasarkan diri harus mencari kebenaran materiil
pada kebenaran formal saja (akta (menurut keyakinan, perasaan
tertulis, dll.) keadilan hakim sendiri)
JENIS SANKSI Pada acara perdata, tergugat Pada acara pidana, terdakwa yang
yang terbukti kesalahannya di terbukti kesalahannya dapat di
hukum denda atau hukuman pidana mati, penjara, kurungan
kurungan sebagai pengganti atau denda, dan mungkin ditambah
denda dengan pidana tamabahan seperti:
dicabut hak-hak tertentu, dll.
PEMERIKSAAN TINGK Bandingan perkara perdata dari Bandingan perkara pidana disebut
BANDING PN ke PT disebut Appel dengan Revisi
SUBYEK HUKUM
Pihak yang menanggung (mempunyai) HAK & KEWAJIBAN

1. Manusia (natuurlijke persoon);


2. Badan Hukum (rechts persoon);

Secara HISTORIS, dapat dipahami bila Buku I tentang Orang (van


Persoon) KUH Perdata tidak mengenal suyek hukum SELAIN
manusia.

TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:


Teori FIKSI (C.V. Savigny, System des heutigen romischen Rechst) :
Pada dasarnya hanya manusia adalah orang, juga bagi hukum. Badan hukum itu
sebenarnya adlh sekedar bayangan (gambaran) saja, yg tidak nyata berwujud. Ia
hanya dianggap ada & diperlakukan sama dengan orang. Keberadaan Badan Hukum
tergantung pengakuan dari penguasa (pemerintah).
TEORI-2 TTG BADAN HUKUM:

Teori KEKAYAAN BERTUJUAN (BRINZ dlm Lehrbuck der Pandecten & R.H. SICCAMA,
de Geestelijke en kerkelijke goederen onder het canonieke, het gereformeerde en het
neutrale recht) :
Badan Hukum terdiri dari sesuatu kekayaan yg dipisahkan & diberi tujuan-tujuan tertentu.

Teori ORGAN (von GIERKE das Deutsche Genossenschaftrecht):


Bdn Hukum adalah sesuatu badan yang nyata & mempunyai kehendak sendiri. Ia
mempunyai kepribadian sendiri

Teori KEKAYAAN BERSAMA (Planiol Traite elementarie de droit civil & Molengraaff
Leidraad b/d beofening van het Ned. Handelsrecht) :
Pada Bdn Hukum terdapat suatu kekayaan dari beberapa orang (manusia) bersama-sama. Ia
adlh suatu kesatuan yg berdiri sendiri, mempunyai nama sendiri dan dlm hubungan itu ia
merupakan pendukung hak.

Teori LEON DUGUIT dlm Traite de droit constitutionnel :


Tidak dikenal adanya Bdn Hukum, yg ada hanyalah fungsi-fungsi sosial yg harus
dilaksanakan & subyek hukum itu adlh hanya manusia saja.

Teori EGGENS, yg menyatakan: Bdn Hukum adlh suatu hulpfiguur, karenanya


keberadaannya dibutuhkan & dibolehkan oleh hukum, demi ntuk menjalankan hak-hak dgn
sewajarnya (behoorlijke).
Terbentuknya BADAN HUKUM dapat dilihat melalui 2 cara, yaitu:
1. Dikarenakan UU / Hukum dgn tegas menyatakan suatu badan adlh
badan hukum, seperti : PERTAMINA (UU No. 8 thn 1971), Koperasi (UU
No. 25 th 1992), Perseroan Terbatas (UU No. 1thn 1995), dll.
2. Dengan melihat karakteristik yg diberikan oleh ketentuan UU atas suatu
badan. Karakteristik tsb adalah:
adanya pemisahan harta kekayaan yg tegas antara harta kekayaan
badan (perusahaan) dengan harta kekayaan pribadi pemiliknya
(pengurusnya);
Memiliki tujuan tertentu yaitu kepentingan bersama yg bersifat stabil;
Adanya organisasi yg teratur, semisal dalam PT dengan adanya
organ-organ PT.
Beberapa golongan ORANG yg dikecualikan oleh HUKUM sbg pihak TIDAK
CAKAP atau KURANG CAKAP (Handelings-onbekwaamheid atau
onbevoegheid), yaitu:
1. Orang yg masih di bawah umur (belum dewasa); Pasal 1330 KUH Pdt jo.
Psl. 47 UU No. 1 th 1974 bis. UU No. 13 th 2003.
2. Orang-2 yg berada di bawah pengampuan / perwalian (curatele); Pasal
1330 KUH Pdt jo. Pasal 433 KUH Pdt
3. Orang-2 yg dilarang UU untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.
Mnrt Psl 1330 KUH Pdt, termasuk pula dlm golongan ini adlh orang-2
perempuan dalam pernikahan. Berdasarkan SE MA No. 3 thn 1963 yg
dikeluarkan pd tanggal 5 September 1963, perempuan-2 dlm pernikahan
adlh juga pihak dengan status BEKWAAMHEID & BEVOEGHEID.
OBYEK HUKUM
segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat
menjadi obyek sesuatu perhubungan hukum .

Pasal 503 KUH Perdata, pengertian BENDA dibagi dalam:


1. benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca
indera, seperti: rumah, buku, dll
2. benda yang tak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam hak,
seperti: hak cipta, hak merk perdagangan, dll.

Selain itu, menurut pasal 504 KUH Perdata, BENDA dapat juga dibagi dalam:
1. benda yang tak bergerak (benda tetap), semisal : tanah, bangunan, dll.
2. benda yang bergerak, semisal : cek, wesel, motor, dll.
PERBUATAN HUKUM
Segala perbuatan manusia yg secara sengaja dilakukan oleh
seseorang untuk menimbulkan hak & kewajiban.

Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum jika perbuatan itu oleh


hukum diberi akibat (mempunyai IMPLIKASI HUKUM) dan akibat
itu dikehendaki oleh yang bertindak.
Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak dikehendaki oleh yang
melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka
perbuatan itu bukanlah suatu perbuatan hukum.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya kehendak dari yang
melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan hukum.
Perbuatan Hukum terdiri dari :

1. Perbuatan hukum sepihak (Perbuatan Hukum Bersegi Satu), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, semisal:
pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah (hibah);

2. Perbuatan hukum dua pihak (Perbuatan Hukum Bersegi Dua), yaitu


perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal
balik / tegen-prestatie), semisal : membuat persetujuan jual-beli,
sewa menyewa, dll.
PERISTIWA HUKUM (FAKTA HUKUM)
segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang
memiliki implikasi /akibat hukum (rechtsfeit) .

FAKTA HUKUM

AKIBAT PERBUATAN AKIBAT PERISTIWA LAIN YG BUKAN


SUBYEK HUKUM PERBUATAN SUBYEK HUKUM

PERBUATAN HUKUM BUKAN PERBUATAN HUKUM


Perbuatan Yg Bertentangan Dengan Hukum (onrecht matige daad)
Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum meskipun akibat itu
memang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan tersebut, menurut
hukum (pasal 1365 KUH Perdata) menimbulkan suatu perikatan untuk mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan.

Pasal 1365 KUH Perdata menegaskan:


tiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum (melanggar hukum), yang
merugikan orang lain, mewajibkan pihak yang melakukan itu mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak yang dirugikan.

Dalam sejarah hukum, onrechtmatige daad telah diperluas pengertiannya


menjadi :
membuat sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan sesuatu) yang:
melanggar hak orang lain;
bertentangan dengan kewajiban hukum dari pihak yang melakukan
perbuatan itu;
bertentangan dengan kesusilaan, maupun asas-asas pergaulan
kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain.
Sepihak/bersegi satu

Perbuatan Hukum
Perjanjian
Ganda /
Bersegi
Lainnya
Perbuatan Subyek banyak
Hukum

Sukarela Psl.
1354-1359
Perbuatan Subyek
Peristiwa Hukum Lainnya
Melawan Hukum Psl.
Hukum 1365

Peristiwa Bukan Perbuatan Kejadian


Subyek Hukum Keadaan Lampaunya
Waktu
Bukan Peristiwa Hukum dengan
Akibat Hukum
PERJANJIAN ATAU
CONTRACT
LEGAL ASPECT OF CONTRACT (ASPEK
HUKUM KONTRAK)

1. Pengertian Perjanjian
2. Subyek & Obyek Perjanjian
3. Asas-Asas Perjanjian
4. Syarat-syarat Perjanjian yang Sah
5. Akibat Perjanjian
6. Berakhirnya Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Dasar-dasar pengaturan hukum perjanjian
terdapat dalam buku III KUHPdt. Menurut
buku tersebut, perjanjian merupakan salah
satu sumber hukum perikatan.
Adapun pengertian perikatan adalah sebagai
berikut :
Pitlo
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang
bersifat harta kekayaan antara dua orang atau
lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur)
atas suatu prestasi.
Ilmu Pengetahuan Hukum
Perikatan adalah hubungan hukum kekayaan antara dua
orang atau lebih yang memberi hak kepada pihak yang satu
untuk menuntut sesuatu dari pihak yang lain dan ia
diwajibkan untuk memenuhi tuntutan itu.

Seperti yang telah disebutkan di atas, perjanjian


merupakan salah satu sumber hukum perikatan setelah
undang-undang. Dengan demikian, akibat adanya
perjanjian akan melahirkan perikatan. Hal ini dapat kita
lihat dari skemanya berikut ini :
SKEMA LAHIRNYA PERIKATAN
Perikatan
(Psl. 1233)
Sumber perikatan da dua:
Undang-Undang Perjanjian
(Psl. 1352) (Psl. 1313)

(Psl. 1352)
UU Karena Perbuatan Manusia
(Psl. 1353)
Melulu UU, semisal:
Pekarangan yang
berdam-pingan (Psl. 625)
Kewajiban mendidikan
dan memelihara anak (Psl. 104)
Perbuatan Menurut Hukum, misal:
Perwakilan sukarela (Psl. 1354)
Pembayaran tak terutang (Psl. 1359)
Perbuatan Melawan Hukum
(Psl. 1353)
Menurut Pasal 1313 KUHPdt, Perjanjian adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih.

Dengan demikian perjanjian paling tidak dibuat oleh 2 orang


atau lebih yang saling mengikat atau melahirkan akibat hukum
yaitu hak dan kewajiban.

Sementara yang dimaksud dengan hukum perjanjian adalah


sebagai berikut :
Lawrence M. Friedman
Hukum perjanjian adalah perangkat hukum yang hanya
mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis
perjanjian tertentu.
Ensiklopedia Indonesia
Hukum perjanjian adalah rangkaian kaidah-kaidah hukum
yang mengatur berbagai persetujuan dan ikatan antara
warga-warga hukum.

Salim HS
Hukum perjanjian adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum.
Unsur-Unsur Perjanjian
a. adanya kaidah hukum
Kaidah hukum perjanjian dapat dibagi dua macam, yaitu kaidah
tertulis dan tidak tertulis. Kaidah tertulis adalah kaidah-kaidah
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,
traktat, yurisprudensi. Sedangkan kaidah tidak tertulis adalah
kaidah yang timbul, tumbuh dan hidup di masyarakat. Contoh:
jual beli tahunan yang berasal dari hukum adat.
b. subyek hukum (rechtsperson)
Diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi
subyek hukum dalam hukum perjanjian adalah kreditur dan
debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan
debitur adalah orang yang berutang.
c. adanya kewajiban
Kewajiban dalam hukum perjanjian disebut dengan prestasi.
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban
debitur.

d. kata sepakat
Kata sepakat (konsensus) artinya bahwa persesuaian pernyataan
kehendak antara para pihak.

e. akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan
menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya
hak dan kewajiban.
2. SUBYEK PERJANJIAN

Para pihak dalam perikatan adalah kreditur dan debitur.


Debitur
Adalah pihak yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi
tuntutan. Atau debitur adalah orang yang berutang.

Para diri debitur terdapat dua unsur yang melekat, yaitu


SCHULD dan HAFTUNG. Schuld adalah utang debitur
kepada kreditur, sedangkan haftung adalah harta kekayaan
debitur yang dipertanggungjawabkan sebagai pelunasan utang
debitur tersebut.
Azas bahwa kekayaan debitur dipertanggungjawabkan bagi
pelunasan utang-utangnya tercantum dalam Pasal 1131
KUHPdt. Baik undang-undang maupun para pihak dapat
menyimpang dari azas tersebut, yaitu antara lain dalam hal :
Schuld tanpa haftung
Dapat kita jumpai pada perikatan alam (naturlijke verbentenis).
Dalam perikatan alam ini, walaupun debitur memiliki
utang/schuld kepada kreditur, tetapi jika debitur tidak mau
memenuhi kewajibannya tidak dapat menuntut pemenuhannya.
Contoh : pada utang yang timbul karena perjudian.
Schuld dengan haftung terbatas
Dalam hal ini debitur tidak bertanggung jawab dengan seluruh
harta kekayaannya, akan tetapi terbatas sampai jumlah tertentu
atau batas barang tertentu.
Haftung dengan schuld pada orang lain
Apabila pihak ke-3 menyerahkan barangnya untuk
dipergunakan sebagai jaminan oleh debitur kepada kreditur,
maka walaupun dalam hal ini pihak ke-3 tidak mempunyai
utang kepada kreditur, akan tetapi ia bertanggung jawab atas
utang debitur dengan barang yang dipakai sebagai jaminan.
Kreditur
Adalah pihak yang mempunyai hal untuk menuntut orang yang
berutang/debitur atas prestasi yang harus dilaksanakannya. Atau
orang yang berpiutang.

Pada diri kreditur melekat hak yang dikenal dengan eksekusi riil
atau upaya hukum lainnya seperti ganti rugi, uang paksa dan
pembatalan (pada perjanjian timbal balik).
3. OBYEK PERIKATAN
Obyek perikatan adalah PRESTASI. Pada
debiturlah kewajiban untuk memenuhi prestasi
tersebut.

Menurut pasal 1234 KUH Pdt, prestasi ada 3 bentuk


:
1. berbuat sesuatu;
2. tidak berbuat sesuatu;
3. memberikan sesuatu.

Apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya


tersebut bukan karena keadaan memaksa maka
debitur dianggap melakukan ingkar
Ada 3 bentuk wanprestasi, yaitu :
1. tidak memenuhi prestasi sama sekali;
2. terlambat memenuhi prestasi;
3. memenuhi prestasi secara tidak baik.

Oleh karena wanprestasi membawa akibat yang merugikan


baik bagi debitur, karena sejak saat tersebut berkewajiban
mengganti kerugian, dan bagi kreditur maka dalam hal ini
kreditur dapat menuntut :
1. pemenuhan perikatan;
2. pemenuhan perikatan dengan ganti rugi;
3. ganti rugi;
4. pembatalan perjanjian rimbal balik;
5. pembatalan dengan ganti rugi.
Pada azasnya harus dibuktikan bahwa kreditur telah menderita
kerugian dan berapa besarnya kerugian tersebut.

Menurut pasal 1246 KUHPdt ganti rugi terdiri dari 2 fakta


yaitu:
1. kerugian yang benar-benar terjadi;
2. keuntungan yang seharusnya diperoleh.

Kedua faktor tersebut mencakup pengertian biaya yaitu


pengeluaran-pengeluaran nyata, kerugian yaitu berkurangnya
kekayaan kreditur sebagai akibat wanprestasi, dan bunga
yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditur jika tidak
ingkar janji.
Sebelum kreditur menyatakan debiturnya wanprestasi,
kreditur harus melayangkan surat peringatan (somasi)
terhadap debitur yang harus malakukan prestasi tersebut.

SOMASI (ingebrekestelling) adalah suatu pesan atau


peringatan dari kreditur kepada debitur kapan selambat-
lambatnya harus memenuhi kewajibannya. Berapa kali
kreditur dapat melayangkan somasi kepada debitur, tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini
tergantung dari kesepakatan para pihak, setelah berapa kali
dilayangkan somasi baru kreditur dapat menetapkan
debiturnya wanprestasi.

menyalahkan debitur, karena keadaan tersebut terjadi di luar


kehendak dari debitur.
Sedangkan apabila debitur tidak dapat memenuhi prestasi di
luar kekuasaan dirinya hal ini disebut dengan
OVERMACHT/FORCE MAJEUR.

Overmacht adalah suatu keadaan yang terjadi setelah


dibuatnya perjanjian yang menghalangi debitur untuk
memenuhi prestasinya tetapi debitur tidak dapat dipersalahkan
dan tidak harus menanggung kerugian yang diderita oleh kedua
belah pihak karena ia tidak dapat menduganya pada waktu
perjanjian itu dibuat.

Kerugian yang diderita oleh kedua belah pihak dalam ilmu


hukum disebut dengan RESIKO. Kreditur tidak dapat
Overmacht ada 2 macam :
1. Overmacht absolute
Pada overmacht ini debitur tidak dapat lagi diharapkan untuk
memenuhi prestasinya. Kerugian yang terjadi dianggap sebagai
resiko yang tidak terduga. Contoh : gempa bumi, kebakaran,
tanah longsor, tsunami.
2. Overmacht relatif
Pada overmacht relatif, debitur masih dapat diharapkan dalam
pemenuhan prestasinya, akan tetapi pemenuhan prestasinya
tidak sempurna. Contoh : kebijakan pemerintah, krisis
ekonomi, harga barang-barang yang tidak stabil dipasaran.
3. AZAS-AZAS PERJANJIAN
1. Azas konsensualisme
Azas ini merujuk pada Pasal 1320 KUHPdt yang menyatakan syarat
sah perjanjian, salah satunya adalah adanya kesepakatan kedua belah
pihak. Azas ini merupakan azas yang menyatakan bahwa perjanjian
pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan
adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
kedua pihak.
2. Azas kebebasan berkontrak (the freedom of contract)
Azas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal
1338 ayat (1) KUHPdt, yang berbunyi : Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Azas kebebasan berkontrak adalah suatu azas yang memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk :
1. membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
3.menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan
4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

3. Azas mengikat sebagai undang-undang (pacta sunt servanda)


Azas ini disebut juga dengan azas kepastian hukum. Azas ini merupakan
azas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.
Azas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, perjanjian
yang telah dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak seperti
mengikatnya sebuah undang-undang.
4. Azas kepribadian (privacy of contract)
Azas kepribadian merupakan azas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat
disimpulkan dari Pasal 1315 KUHPdt dan Pasal 1340 KUHPdt.
5. Azas itikad baik (goede trouw)
Azas itikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Azas ini merupakan azas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur
dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari
para pihak.
Azas itikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu itikad baik
nisbi dan itikad baik mutlak.
4. SYARAT SAH PERJANJIAN
Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dapat
dikatan sah apabila memenuhi syarat sah perjanjian
(Pasal 1320 KUHPdt) sebagai berikut:
a) Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
kehendak antara para pihak. Dalam hal ini berarti
untuk mencapai persesuaian kehendak tidak boleh
ada unsur penipuan, paksaan, dan kekhilafan.
b) Kecakapan kedua belah pihak
Kecakapan adalah kecakapan atau kemampuan
untuk melakukan perbuatan hukum. Orang-orang
yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-
orang yang cakap dan mempunyai wewenang
(bevoeg dan bekwaam) untuk melakukan perbuatan
Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan
hukum adalah orang yang sehat akal fikiran dan dewasa.
Ukuran kedewasaan adalah berusia 21 tahun dan/atau sudah
kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum (Pasal 1330 KUHPdt):
1. anak di bawah umur;
2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. Istri istri.
Akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan
perbuatan hukum, seperti yang diatur dalam Pasal 31 UU No.
1/1974 jo. SEMA No. 3/1963.
c) Adanya obyek
Bahwa suatu perjanjian harus ditentukan apa yang diperjanjikan
atau obyek perjanjian harus jelas.
d) Adanya causa yang halal
Perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi salah satu syarat 1 atau
2, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan
apabila salah satu syarat 3 atau 4 tidak terpenuhi, maka
perjanjian batal demi hukum.

Pengertian dapat dibatalkan adalah bahwa perjanjian tersebut


walaupun telah berlangsung dapat diputuskan ditengah-tengah
melalui putusan pengadilan. Sedangkan pengertian batal demi
hukum adalah bahwa menurut huku, perjanjian yang dibuat
para pihak dianggap tidak ada sejak perjanjian disepakati.
Selain syarat sah di atas, suatu perjanjian juga harus mengandung 3 unsur
penting, yaitu :
1. Essentialia
Yaitu bagian yang mutlak harus ada dalam perjanjian. Jika bagian ini
tidak ada maka suatu perjanjian tidak mungkin ada. Contoh : harga dan
barang dalam perjanjian jual beli.
2. Naturalia
Yaitu bagian yang oleh undang-undang ditentukan sebagai sesuatu yang
bersifat mengatur. Contoh : memberikan kenikmatan suatu barang
dalam perjanjian jual beli.
3.Accidentalia
Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang oleh para pihak ditambahkan
dalam perjanjian. Contoh : cara pembayaran (kredit atau tunai) dalam
perjanjian jual beli.
5. AKIBAT PERJANJIAN
Dengan dibuatnya suatu perjanjian, maka dapat
berakibat bagi pihak0pihak yang membuatnya
maupun pihak ketiga. Hal ini diatur lebih lanjut
dalam pasal-pasal berikut ini :
a. Pasal 1338
Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
Bahwa suatu perjanjian tidak dapat ditarik
kembali kecuali atas sepakat kedua belah pihak
atau karena alasan yang dibenarkan oleh
undang-undang.
Bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik.
b. Pasal 1339
Bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat
untuk hal-hal yang dengan tegas diatur dalam
perjanjian, tetapi juga untuk hal-hal yang
menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
c. Pasal 1340
Bahwa perjanjian hanya berlaku diantara pihak-
pihak yang membuatnya.
Bahwa suatu perjanjian tidak boleh membuat
rugi pihak ketiga serta pihak ketiga pun tidak
dapat mengambil keuntungan/manfaat dari
perjanjian tersebut.
d. Pasal 1341
Bahwa kreditur boleh mengajukan batalnya
segala perbuatan yang tidak diwajibkan
dalam perjanjian yang dilakukan oleh debitur,
yang dianggap dapat merugikan kreditur
dengan cukup bukti-bukti, hal ini disebut
dengan Actio Pauliana.
6. BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Menurut Pasal 18 UU No. 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, berakhirnya perjanjian dalam
dunia internasional dikenal 8 cara (ada 8 cara berakhirnya
perjanjian internasional), yaitu :
1).terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang
ditetapkan dalam perjanjian;
2). tujuan perjanjian telah tercapai;
3).terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi
pelaksanaan perjanjian;
4).salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar
ketentuan perjanjian;
5). dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan
perjanjian lama;
6). muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;
7). obyek perjanjian hilang;
8). terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.
Sedangkan menurut Pasal 1381 KUHPdt, suatu perikatan dapat
berakhir dengan cara-cara seperti berikut ini :
1. Pembayaran;
Pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur.
2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan;
Jika kreditur menolak pembayaran, maka debitur dapat
melakukan penawaran pembayaran tunai dengan menitipkan
uang atau barang, sehingga debitur dapat terbebas dari
utangnya.
3. pembaharuan utang (novasi)
Suatu perjanjian antara debitur dan kreditur, dimana perjanjian
lama dan subyeknya yang ada dihapuskan dan timbul sebuah
obyek dan subyek perjanjian yang baru.
4. Perjumpaan utang (kompensasi)
Penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara
kreditur dan debitur.
5. Percampuran utang;
Percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang (debitur)
dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu.
6. Pembebasan utang;
Suatu pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur, bahwa
debitur dibebaskan dari perutangan.
7. Musnahnya barang terutang;
Jika barang yang menjadi obyek perjanjian musnah, maka
hapuslah perjanjian asalkan barang tersebut musnah di luar
salahnya debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya.
8. Kebatalan atau pembatalan;
Ada 3 penyebab timbulnya pembatalan perjanjian, yaitu :
a. adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang
belum dewasa dan di bawah pengampuan;
b. tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang disyaratkan
dalam undang-undang;
c. adanya cacat kehendak (kekhilafan, paksaan, dan
penipuan).
9. Berlaku syarat batal;
Suatu syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan
semula, seolah-olah tidak ada suatu perjanjian.
10. Daluarsa.
Berakhirnya suatu perjanjian dengan lewatnya suatu waktu
tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang.
TYPES OF INDIVIDUAL &
PUBLIC CONTRACT
Dari peraturan yang termuat dalam KUHPdt maka
berikut ini dapat diklasifikasikan jenis-jenis
perjanjian :

A. Perjanjian sepihak dan timbal balik


Perjanjian sepihak yaitu perjanjian yang
menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja,
contoh : hibah.

Perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang


menimbulkan kewajiban pokok kepada kedua belah
B. Perjanjian Cuma-Cuma dan atas beban
Perjanjian Cuma-Cuma yaitu perjanjian yang menurut
hukum hanya salah satu pihak saja yang mendapatkan
keuntungan dari pihak yang lainnya, contoh : hibah.

Perjanjian atas beban yaitu perjanjian dimana terdapat


prestasi dari pihak yang satu dan kontra prestasi dari pihak yang
lain, contoh : jual beli.

C. Perjanjian formil, riil dan konsensuil


Perjanjian formil yaitu perjanjian dimana kata sepakatnya
harus dibuat dalam bentuk tertentu, contoh : jual beli tanah.
Perjanjian riil yaitu perjanjian dimana selain diperlukan kata
sepakat juga diperlukan penyerahan barang, contoh : penitipan
barang, pinjam pakai.
Perjanjian konsensuil yaitu perjanjian yang membutuhkan
kata sepakat dari para pihak.

D. Perjanjian bernama, tidak bernama.


Perjanjian bernama yaitu perjanjian yang oleh undang-
undang diatur secara khusus (bab V-XVIII Buku III KUHpdt)
contoh : jual beli, sewa menyewa.
Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur
secara khusus di dalam KUHPdt, atau perjanjian yang timbul,
tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat yang belum
diatur dalam KUHPdt, contoh: sewa guna usaha (leasing).
PENYUSUNAN KONTRAK
Bagian-bagian dalam kontrak:
1. Bagian awal kontrak, terdiri dari:
a. Judul kontrak;
b. Komparisi;
c. Konsideran/recitals.
2. Bagian isi/tengah kontrak, terdiri dari:
a. Ketentuan-ketentuan umum;
b. Ketentuan-ketentuan pokok;
c. Ketentuan-ketentuan penunjang/pelengkap;
d. Ketentuan-ketentuan tentang aspek-aspek formal
kontrak.
3. Bagian akhir kontrak/penutup.
BAGIAN AWAL KONTRAK

A.Judul kontrak
Judul kontrak adalah nama yang digunakan oleh para
pihak untuk mengidentifikasikan inti dari transaksi yang
syarat-syaratnya akan diatur di dalam kontrak.

Pasal 1319 KUHPerdata membedakan kontrak yang oleh


undang-undang diberi nama (kontrak bernama) dari
kontrak-kontrak yang tidak diberi nama oleh undang-
undang (kontrak tidak bernama).
Adanya pembedaan tersebut menyebabkan para pihak yang
membuat kontrak perlu berhati-hati, terutama untuk
memasuki wilayah kontrak bernama, karena keinginan
para pihak pada akhirnya harus memperhatikan berbagai
ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Contoh dari
kontrak bernama antara lain; kontrak jual beli dan kontrak
sewa menyewa. Sementara contoh kontrak tidak bernama
adalah kontrak sewa beli atau kontrak sewa patungan.
B. Komparisi

Istilah komparisi berasal dari bahasa Belanda: comparitie,


dan berarti penghadapan.
Istilah ini digunakan untuk menandai suatu bagian
pembukaan dari akta-akta notaris, karena merupakan
bagian yang menyebutkan pihak-pihak yang menghadap
notaris.
Pada prinsipnya, komparisi memuat identifikasi dari para
pihak yang melibatkan dan mengikatkan diri dalam
suatu kontrak, yaitu subyek hukum orang pribadi
maupun badan hukum yang mempunyai kewenangan
dan kecakapan bertindak secara hukum.
CONTOH: (komparisi bagi orang pribadi)

-Tuan [nama lengkap], swasta, beralamat di [Nama Jalan,


Nomor Angka, Nama Kota, Kode Pos], dengan Kartu Tanda
Penduduk [Nomor Lengkap], (selanjutnya disebut penjual).

Dalam bahasa Inggris:

- Mister [Complete Name], private person, residing at [Street


Name, Number, City Name, Post Code], with a passport
[Complete Number], (hereinafter, the Seller).
CONTOH: (komparisi bagi seorang penandatangan
kontrak yang mewakili dan bertindak atas nama suatu
perusahaan/badan hukum)

- Tuan [Nama Lengkap], swasta, dalam hal ini bertindak


selaku Direktur dari, dan karena itu untuk dan atas nama PT.
Tambang Pasir Jaya, sebuah perusahaan perseroan terbatas
yang Anggaran Dasarnya terakhir kali dimuat dalam Berita
Acara [Nomor] dan [Tahun], dan berdomisili di [Nama Jalan,
Nomor Angka, Nama Kota, Kode Pos], dengan Kartu Tanda
Penduduk [Nomor Lengkap], dan untuk maksud ini telah
memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris (selanjutnya
disebut Pembeli).
Dalam bahasa Inggris:

- Mister [Complete Name], private person, in this matter acting


in his capacity as a Director of, and therefore for and on behalf of
Great Sand Mining Pte. Ltd., a limited liability company
established and existing under the laws of the Republic of
Singapore, having its domicile at [Name of Building, Level
Number, Street Number, Singapore, Post Code],with a passport of
the Republic of Singapore [Complete Number], and for the purpose
hereof has obtained the approval of the Board (hereinafter, the
Purchase).
C. Konsiderans

Bagian konsiderans (=Consideration) biasanya memuat


kapasitas para pihak.

Kapasitas para pihak yang dimaksudkan disini adalah


minat para pihak untuk melibatkan diri dalam suatu
transaksi, yang biasanya didasarkan pada kemungkinan
akan diperolehnya manfaat timabl balik. Transaksi yang
sehat memang mengindikasikan adanya manfaat timbal
balik bagi para pihak yang terlibat.
Kapasitas para pihak kerap kali dijabarkan
sebagai:
1. Kemampuan modal;

2. Supremasi teknologi;

3. Penguasaan pangsa pasar;

4. Jaringan kerja /network informasi; dan

5. Pengalaman yang andal.


CONTOH: (dalam kontrak jual beli)

Menimbang
Bahwa Penjual adalah pemilik yang sah dari satu set mesin
kompresor Tipe 3 AT buatan Fabriek B.V., Belanda, tahun
1998 (selanjutnya disebut Kompresor), dan Penjual
bermaksud menjualnya;
Bahwa _______________________________
Bahwa _______________________________
Maka, karena itu, berdasarkan kesepakatan dan prinsip-
prinsip tersebut, para Pihak dengan ini setuju untuk
membuat Kontrak Jual Beli ini dengan tunduk pada
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat berikut ini.
Dalam bahasa Inggris:

Witnesseth
Whereas the Seller is the lawful owner of one set compressor
equipment 3AT Type made by Fabriek B.V., the Netherlands,
of 1998 (hereinafter, the Compressor) and the Seller wishes to
sell such Compressor;
Whereas _____________________________
Whereas _____________________________
Now, therefore, in consideration of the aforementioned mutual
covenants and premises, the Parties hereto agree to enter into
this Sale and Purchase Contract subject to the following terms
and conditions.
BAGIAN ISI KONTRAK

Bagian ini juga dapat dipahami sebagai rincian lebih dari niat para
pihak yang telah dinyatakan di dalam recital.

Elemen terpenting yang harus dimuat di dalam pasal-pasal kontrak


adalah pasal-pasal yang memuat inti hubungan hukum dan inti
transaksi bisnis yang diadakan para pihak. Ini yang dimaksud
dengan Ketentuan-Ketentuan Pokok Kontrak.

A. Ketentuan-ketentuan Umum
Di dalam Ketentuan Umum dirumuskan definisi-definisi atau
pembatasan pengertian dari istilah-istilah yang dianggap penting dan
sering digunakan dalam kontrak, yang disepakati oleh para pihak.
Dengan adanya kesepakatan semacam ini, maka perselisihan yang
timbul karena perbedaan pengertian atau penafsiran di antara para
pihak dapat diminimalisir.
CONTOH:

1. DEFINISI

1.1. Dalam Kontrak ini, istilah-istilah berikut akan


mempunyai arti sebagai berikut, kecuali jika ditentukan
lain: Proyek adalah pendirian serta pengoperasian
pabrik oleh Perusahaan untuk memproduksi sistem
control otomotif di Bandung, sebagaimana diuraikan
lebih jauh dalam Rencana Bisnis.
Rencana Bisnis adalah _____________

1.2. Judul-Judul pasal digunakan untuk kenyamanan


semata dan tidak boleh digunakan untuk menafsirkan
Kontrak ini.
Dalam bahasa Inggris:
1. DEFINITIONS

1.1. In this Contract the following terms shall have the


following meanings, save if expressly determined
otherwise:Project shall mean the establishment and the
subsequent operation by the Company of a plant for the
production of automotive control systems in Bandung as
further described in the Business Plan.
Business Plan shall mean ___________

1.2. Heading are inserted for convenience only and shall not
be applied for the interpretation of this Contract.
B. Ketentuan-ketentuan Pokok Lain

Isi, bentuk dan corak dari ketentuan-ketentuan pokok suatu


kontrak akan sangat tergantung dari isi transaksi yang
disepakati para pihak. Substansi dari ketentuan-ketentuan
pokok inilah yang menggambarkan ciri khas suatu kontrak
dan membedakannya dari kontrak yang lain.

CONTOH:

Debitur menyatakan maksud untuk meminjam sejumlah


uang dan Bank menyatakan setuju untuk meminjamkan
sejumlah uang tersebut, sehingga Debitur dan Bank sepakat
untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kredit
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diatur
lebih alnjut dalam Perjanjian Kredit ini.
Dalam bahasa Inggris:

The Debtor hereby states its intention to borrow a certain amount


of money and the Bank hereby states its agreement to lend such
amount of money, therefore the Debtor and the Bank agree to
bind themselves by this Loan Agreement subject to the terms
and conditions set forth herein.
Beberapa hal utama yang sebaiknya dimuat di dalam pasal-
pasal tentang Ketentuan Pokok, misalnya tentang:

a. Perincian lebih lanjut tentang hubungan kontraktual para


pihak yang dituangkan dalam pasal-pasal tentang hak dan
kewajiban, serta kewenangan pokok para pihak yang terbit
dari transaksi yang mereka adakan.

b. Dasar-dasar kausalitas dari obyek kontrak, spesifikasi teknis


dari obyek kontrak, penetapan wilayah, dan sebagainya.

c. Pasal-pasal tentang persyaratan mengenai kuantitas barang


dan nilai ekonomis/harga yang disepakati para pihak/terms
of quantity and price.
d. Pasal-pasal tentang persyaratan dan tata cara
pembayaran/terms and method of payment.
e. Pasal-pasal tentang jaminan-jaminan dan tanggung jawab para
pihak terhadap resiko-resiko kerugian yang mungkin timbul
dalam pelaksanaan kontrak.
f. Ketentuan tentang masa berlakunya kontrak dan persyaratan-
persyaratan mengenai pengakhiran, pembatalan dan atau
pemutusan kontrak oleh salah satu pihak.
g. Hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan
janji-janji para pihak.
C. Ketentuan-ketentuan Penunjang/
Pelengkap

Ketentuan penunjang berisi ketentuan-ketentuan yang


dibutuhkan untuk menjadi pedoman para pihak dalam
operasionalisasi/pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak
yang telah ditetapkan di dalam pokok transaksi.Artinya,
tanpa ketentuan-ketentuan penunjang kontrak tidak dapat
dilaksanakan secara efektif oleh para pihak.
D. Ketentuan-ketentuan Tentang
Aspek Penyusunan Kontrak.

Unsur formalitas kontrak pada dasarnya


memuat pasal-pasal tentang hal-hal tertentu
yang harus diperhitungkan oleh para pihak
agar kontrak yang dibuat menjadi sah dan
dapat dilaksanakan secara yuridis.
Ketentuan-ketentuan tersebut, misalnya:

- Pasal-pasal yang memuat hal-hal yang berkaitan


dengan, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
proses pendaftaran atau perolehan perizinan khusus
(yang diterbitkan oleh badan publik).

- Pasal yang memuat alamat-alamat dan format


korespondensi yang akan digunakan para pihak secara
resmi dalam pelaksanaan kontrak.
BAGIAN AKHIR KONTRAK

Bagian ini mengakhiri batang tubuh kontrak dengan


identitas pihak-pihak dalam transaksi serta hal-hal lain yang
dianggap perlu dimuat untuk memberikan keabsahan yuridis
pada kontrak yang bersangkutan.
Pada bagian akhir dari kontrak umumnya dimuat pelbagai
informasi penutup, seperti misalnya:
- Tanggal dan tempat penandatanganan kontrak oleh para
pihak (bila ini belum disebutkan pada bagian pembukaan)
Kolom-kolom untuk tandatangan para pihak atau wakil-wakil
resmi dari para pihak.
- Tanda pengenal/cap/seal dari pihak-pihak
(khusus bila para pihak adalah badan-
badan hukum).
- Materai yang ditempel dan dibubuhi
tanggal pada saat kontrak ditandatangani.
Kewajiban ini tidak perlu dilakukan apabila
kontrak dibuat di atas kertas segel yang
sah.

Anda mungkin juga menyukai