Anda di halaman 1dari 22

Benjolan pada leher laki-laki usia 60

tahun dengan dugaan limfoma maligna

Nama: David Christian Ronaldtho


NIM: 102012210
Skenario
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke
poliklinik RS UKRIDA dengan keluhan utama
benjolan pada leher sejak 2 bulan SMRS.
Anamnesa
Keluhan utama
Apakah terasa nyeri
Dapat digerakkan?
Bagaimana konsistensinya?
Apakah ada mual-muntah, demam, atau sakit
kepala, berkeringat, penurunan BB?
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Melihat Perbesaran Nodul/Difus dan
letaknya/Skar bekas operasi/Masa yang jelas.
(Kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian
anterior dan posterior dari leher tepat di bagian bawah
dagu. Jika kelenjar getah bening cukup besar, dapat
terlihat adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih
mudah lagi jika pembesarannya asimetris.)

Palpasi: Besar/Ukuran Nodul, Difus/Multinodular, Nyeri


tekan, dan Mobilitas.
(Palpasi dilakukan dengan membandingkan antara bagian
kiri dan kanan secara simultan, dari atas ke bawah dan
dengan sedikit tekanan.)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematologi
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap (complete
blood count), sediaan hapusan darah tepi, dan
hitung sel. Pada limfoma sering terdapat anemia
normositik normokrom pada darah tepi, anemia
sering kali disebabkan menurunnya produksi
dan meningkatnya destruksi. Granulosit sering
meningkat hingga timbul leukositosis.
Radiologi
USG
Toraks foto PA lateral
Ct scan seluruh abdomen
Ct scan toraks
Limfografi
BIOPSI

(A) (B)

Gambaran histopatologis (A) Limfoma Hodgkin


dengan Sel Reed Sternberg dan (B) Limfoma
Non Hodgkin
Diagnosis Banding
Limfadenitis spesifik (Tb)
Disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberkulosis. Bakteri TBC bisa masuk melalui makanan
ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai kelenjar
limfe di leher, sering tanpa tanda TBC paru. Kelenjar
yang sakit akan membengkak, dan sedikit nyeri.
Kemudian secara berangsur kelenjar didekatnya satu
demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini.
selain itu, dapat terjadi juga limfadenitis sehingga
beberapa kelenjar melekat satu sama lain membentuk
massa. Yang dikeluhkan pasien sebagai benjolan di
kelenjar limfe nya. Bila mengenai kulit, kulit akan
meradang, merah, bengak, mungkin sedikit nyeri.
Diagnosis Kerja
Limfoma
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik.
Terjadi kelainan dalam proses proliferasi sel,
dimana menghasilkan sel yang bersifat mirip
dengan sel aslinya. Pembentukan tumor awal
pada jaringan limfatik sekunder seperti kelenjar
getah bening atau lien tempat limfosit abnormal
menggantikan struktur normal.
Terbagi menjadi Limfoma Hodgkin & Limfoma
Non Hodgkin.
Limfoma Hodgkin
Epidemiologi
Khas puncaknya pd usia 15-30 tahun puncak
lainnya bisa terjadi pada rentan usia 45-55
tahunan atau lebih.
<10 thn = >
Remaja = =
Limfoma Hodgkin
Gambaran Histopatologi
Sel Reed Sternberg
Klasifikasi Rye
1. Limfositik Predominan
2. Sel Campuran/MC
3. Deplesi Limfositik/LD
4. Nodul Sklerosis/NS
Limfoma Hodgkin
Gambaran Klinik
Limfadenopati asimptomatik
Demam, keringat malam hari, BB sulit naik
bahkan berkurang
Lab : anemia normokromik normositik,
neutrofilia, leukositosis, limfositopeni,
eosinofilia, monositosis, LED
Limfoma Hodgkin
Stadium
Klasifikasi Ann Arbor
Stadium Karakteristik

I Pembesaran kelenjar limfe regional tunggal (I) atau pembesaran organ ekstra
limfatik tunggal atau sesisi (Ie)

II Pembesaran kelenjar limfe regional dua atau lebih yang masih sesisi dengan
diafragma (II) atau pembesaran organ ekstra limfatik satu sisi atau lebih yang
masih sesisi dengan diafragma
III Pembesaran kelenjar limfe pada kedua sisi diafragma (III) disertai dengan
pembesaran limpa (IIIs) atau pembesaran organ ekstra limfatik sesisi (IIIe) atau
kedua sisi (IIIse)
IV Pembesaran organ ekstralimfatik dengan atau tanpa pembesaran kelenjar limfe
Limfoma non-Hodgkin
Epidemiologi
Ketiga tertinggi setelah leukemia &
keganasan SSP
: = 2,5 : 1
Limfoma non-Hodgkin
(1) jenis nodular ; sel sel neoplastik
berkelompok dalam agregat kohesif yang
merangsang folikel limfoid
(2) jenis difus ; pada jenis ini tidak terjadi
agregasi
Derajat rendah = Mukosa dekat lambung
Derajat sedang = Metastasis ke sumsum tulang
Derajat tinggi = SSP
Pada pasien usia 50thnan
Gambaran klinis
Massa tumor ( intra abdominal, thorakal /
mediastinal)
Nyeri, disfagi, sesak napas, pembengkakan di daerah
leher, muka, sekitar leher akibat adanya obstruksi
vena cava superior, limfadenopati,
Hepato-splenomegali memperlihatkan adanya
keterlibatan sumsum tulang
SSP
Kadar LDH dan asam urat tinggi karena tumor lisis
dan maupun nekrosis jaringan
Etiologi
Imunodefisiensi
Infeksi EBv
Lingkungan dan pekerjaan (sinar UV,
paparan herbisida)
Diet (makanan tinggi lemak hewani dan
merokok)
Penatalaksanaan
- Untuk stadium I dan II secara mantel radikal
- Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi
- Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation
- Untuk stadium IV secara total body irradiation
Pembedahan
Radioterapi Kemoterapi pada
Bahan yang
sedang
tingkat keganasaan
digunakan
danInterferon-,
tinggi pad LNH
dalam terapi ini
adalah di mana interferon-
Kemoterapi berperan untuk menstimulasi sistem
imun yang menurun akibat pemberian
Imunoterapi kemoterapi.
Pencegahan
Pencegahan primer adalah: etiologi penyakitnya;
Mengubah gaya hidup dengan cara tidak merokok
Makan makanan bernutrisi
Berolahraga teratur
Menghindari faktor pajanan seperti sinar
radioaktif dan menghindari pajanan di tempat
bekerja misalnya dengan menggunakan masker,
baju dan alat pelindung
Pencegahan sekunder nya adalah: deteksi dini
dengan cara memeriksakan diri kita secara teratur.
Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat berupa;
-Pansitopenia
-Perdarahan
-Kelainan pada jantung
-Kelainan pada paru-paru
-Sindrom vena cava superior
-Kompresi pada spinal cord
-Kelainan neurologis
-Obstruksi hingga perdarahan pada traktus gastrointestinal
-Leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia.

Komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa;


-Pansitopenia
-Mual dan muntah,
-Mudah kelelahan
-Neuropati
-Toksisitas jantung akibat penggunaan doksorubisin
-Kanker sekunder,
-Sindrom lisis tumor.
Prognosis
Prognosis Limfoma Hodgkin Prognosis Limfoma non-Hodgkin,
ditentukan oleh beberapa faktor di faktor yang mempengaruhi
bawah ini, antara lain: prognosisnya antara lain:
Serum albumin < 4 g/dL
usia (>60 tahun)
Hemoglobin < 10.5 g/dL
Ann Arbor stage (III-IV)
Jenis kelamin laki-laki
Stadium IV hemoglobin (<12 g/dL)
Usia 45 tahun ke atas jumlah area limfonodi yang
Jumlah sel darah putih > terkena (>4) and
15,000/mm3 serum LDH (meningkat)
Jumlah limfosit < 600/mm3 atau <
8% dari total jumlah sel darah yang kemudian dikelompokkan
putih menjadi tiga kelompok resiko,
yaitu resiko rendah (memiliki 0-1
Jika pasien memiliki 0-1 faktor di atas faktor di atas), resiko menengah
maka harapan hidupnya mencapai (memiliki 2 faktor di atas), dan
90%, sedangkan pasien dengan 4 resiko buruk (memiliki 3 atau
atau lebih faktor-faktor di atas angka lebih faktor di atas).
harapan hidupnya hanya 59%.
Kesimpulan
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Terjadi
kelainan dalam proses proliferasi sel, dimana sel menghasilkan
sel yang bersifat mirip dengan sel aslinya. Limfoma di bedakan
menjadi 2 kelompok besar berdasarkan histopatologinya yaitu
Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Tidak ada
perbedaan seracara klinis antara dua penyakit ini, yang
membedakannya adalah hasil pemeriksaan sel patologinya.
Masing masing kelompok bisa diklasifikasikan lagi berdasarkan
stadiumnya. Penetapan stadium penting untuk menentukan
prognosis dan terapi yang akan diberikan. Tidak ada obat yang
bisa menyembuhkan keganasan pada sistem limfatik,
pengobatan yang diberikan bersifat menghambat
pertumbuhan sel ganas nya saja.

Anda mungkin juga menyukai