Anda di halaman 1dari 18

MALARIA SEREBRAL

OLEH:
DWI RIZKY KURNIATI,S.KED
712016078

PEMBIMBING:
DR. IRMA, SP.S
DEFINISI
Malaria serebral adalah suatu komplikasi berat dari infeksi Plasmodium
falciparum yang ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan
kesadaran, kejang yang terutama terjadi pada anak, hemiplegi dan
berakhir pada kematian jika tidak secepatnya mendapatkan
perawatan yang tepat
ETIOLOGI

akibat sumbatan pembuluh darah kapiler di otak karena menurunnya


aliran darah efektif dan adanya hemolisa sel darah - infeksi Plasmodium
falciparum yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina
PATOFISIOLOGI

pembentukan knob sitoadherens sekuestrasi rosseting


MANIFESTASI KLINIS

Terbagi menjadi dua fase sebagai berikut:


1. Fase prodromal :
Gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang,
mialgia, demam yang hilang timbul serta kadang-kadang menggigil, dan
sakit kepala.
2. Fase akut :
Gejala menjadi bertambah berat dengan timbulnya komplikasi seperti sakit
kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah,
gangguan kesadaran, pingsan, kejang, hemiplegi dan dapat berakhir
dengan kematian. Pada fase akut ini serangan bisa berlangsung selama 20-
36 jam. Dalam pemeriksaan fisik ditemukan cornea mata divergen, anemia,
ikteris, purpura, tetapi tidak ditemukan tanda rangsang meningeal.
DIAGNOSIS KLINIS

Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
Keluhan utama: Demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Meskipun manifestasi klinis malaria serebral sangat beragam, namun
hanya terdapat 3 gejala terpenting, baik pada anak dan dewasa,
yaitu:
Gangguan kesadaran dengan demam non-spesifik
Kejang umum dan sekuel neurologic
Koma menetap selama 24 72 jam, mula-mula dapat dibangunkan,
kemudian tak dapat dibangukan.
Kriteria diagnosis lainnnya, yaitu harus memenuhi lima kriteria berikut:
Penderita berasal dari daerah endemis atau berada di daerah
malaria.
Demam atau riwayat demam yang tinggi.
Ditemukan parasit malaria falsiparum dalam sediaan darah
tipis/tebal.
Adanya manifestasi serebral berupa kesadaran menurun dengan
atau tanpa gejala-gejala neurologis yang lain, sedangkan
kemungkinan penyebab yang lain telah disingkirkan.
Kelainan cairan serebro spinal yang berupa Nonne positif, Pandi positif
lemah, hipoglikemi ringan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gold standar pemeriksaan laboratoris demam malaria pada


penderita adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam
darah tepi
Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Tes serologi
DIAGNOSIS BANDING

Meningitis
Untuk membedakan meningitis bakterial dan malaria cerebral
diperlukan hasil dari pemeriksaan laboratorium, diantaranya
penemuan plasmodium pada apusan darah, hitung leukosit pada
CSS, kultur darah dan CSS, serta tes antigen bakteri pada CSS
Tifoid ensefalopati
Pemeriksaan darah dapat menentukan jenis bakteri atau parasit yang
menyebabkan ensefalopati yang di derita, baik akibat salmonella
typhii maupun plasmodium
TATALAKSANA
Manajemen terapi malaria serebral meliputi:
1. Penanganan Umum
a. Penderita sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif (ICU).
b. Untuk di daerah endemis, terapi diberikan sesegera mungkin,
kadang- kadang sebelum konfirmasi parasitologik.
c. Penderita harus ditimbang untuk menghitung dosis obat antimalaria.
d. Pemberian cairan infus untuk pemeliharaan cairan dan kebutuhan
kalori.
e. Pasang kateter urin untuk mengukur pengeluaran urin.
A. Derivat artemisinin
Golongan artemisin yang dipakai untuk pengobatan malaria berat, adalah :
a. Artesunate 2,4 mg/kg ( loading dose ) i.v, selanjutnya 1,2 mg/kg setelah 12
jam,kemudian 1,2 mg/kg/hari selama 6 hari, jika pasien dapat makan, obat dapat
diberikan oral.
b. Artemether 3,2 mg/kg ( loading dose ) IM pada hari I selanjutnya 1,6mg/kg/hari
(biasanya diberikan 160 mg dilanjutkan dengan 80 mg) sampai pasien dapat
makan, obat dapat diberikan oral dengan kombinasi Artesunat dan Amodiaquin
selama 3 hari.
c. Arteether150 mg sekali sehari intramuskular untuk 3 hari.
b. Kina (kina HCI/dihidro-klorida/kinin Antipirin)
Loading dose : Kina dihidrokhlorida 20 mg / kg BB diencerkan dalam
10 ml/kg BB (2mg/ml) dektrose 5% atau dalam infuse dektrose dalam 4
jam.
Dosis Maintenen: Kina dihidrokhlorida 10 mg /kgBB diencerkan dalam 10
ml/kg BB (1mg/ml ) dektrose 5 % ,pada orang dewasa dosis dapat
diulang tiap 8 jam dan pada anak tiap 2 jam, diulang tiap 12 jam,
sampai pasien dapat makan.
Kina oral : Kina sulfat 10 mg /kg, tiap 8 jam sampai 7 hari
c. Kinidin
Dosis loading 15mg basa/kg BB dalam 250 cc cairan isotonik diberikan
dalam 4 jam, diteruskan dengan 7,5mg basa/kg BB dalam 4 jam tiap 8
jam, dilanjutkan per oral setelah sadar,
d. Klorokuin
Dosis loading : klorokuin 10 mg basa/Kg BB dalam 500 ml cairan
isotonis dalam 8 jam diulang 3 x.
Lini pertama dapat diberikan Artesunat+Amodiakuin+Primakuin. Dosis
artesunat= 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin= 10 mg/kgBB (dosis
tunggal), primakuin=0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Pengobatan Lini kedua dapat diberikan Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin +
Primakuin. Dosis kina=10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari),
doksisiklin= 4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr
(8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin= 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr
selama 7 hari).
KOMPLIKASI

Kecacatan
Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan,
gangguan bicara dan epilepsi
Kematian
PROGNOSIS

Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan


diagnosis serta pengobatan.
Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/L, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/L, maka mortalitas >1%.
Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas >5%.

Anda mungkin juga menyukai