Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 4 :

IMAM WIJAYA 200110130056


NICHOLAS FERNANDEZ 200110130058
AULICA DENATHA 200110130061
RD. AULIA TRESNA N. 200110130062
SHIFANA DYAH SAPUTRI 200110130064
THOMAS JULIAN 200110130067

KELAS :
FAPET A
A. PERKAWINAN ALAM

Reproduksi merupakan suatu proses dimana makhluk hidup dapat


menghasilkan individu baru. Setiap spesies makhluk hidup pasti akan
melakukan proses reproduksi untuk mempertahankan eksistensi dari
spesies mereka sendiri dan untuk mencegah spesies mereka dari
ancaman kepunahan.

Perkawinan alam ini sendiri dapat terjadi karena adanya insting dari
hewan-hewan tersebut ketika akan melakukan kegiatan reproduksi atau
kawin. Bagaimanapun juga, proses perkawinan alam atau proses
reproduksi dari seluruh spesies makhluk hidup tidak dapat dihindarkan dan
semua organisme pasti melakukan proses reproduksi tersebut.
B. PROSES TERJADINYA PERKAWINAN ALAM

Perkawinan alam biasanya terjadi pada saat musim kawin (breeding


season). Musim kawin dari tiap-tiap hewan ternak berbeda-beda. Musim
kawin ini berawal dari hewan-hewan betina beberapa spesies yang
memperlihatkan siklus reproduksi yang terus-menerus sepanjang tahun
apabila tidak terjadi kebuntingan. Selama musim kawin, fungsi-fungsi
reproduksi adalah sama dengan hewan-hewan betina yang tidak kawin
bermusim.

Kebanyakan jenis hewan liar mempunyai musim kawin tertentu, yaitu


pada waktu dimana kondisi-kondisi lingkungan yang baik memungkinkan
kehidupan individu baru secara optimum. Apabila kebuntingan
berlangsung 5 bulan, maka musim kawin dimulai pada musim gugur
supaya anaknya akan lahir pada musim semi. Apabila lama kebuntingan 9
bulan, maka puncak musim kawin adalah pada awal musim panas, juga
supaya anaknya lahir pada musim semi
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUSIM KAWIN
Lamanya siang hari
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan reproduksi menurut
musim pada domba dipengaruhi oleh lamanya siang hari atau lamanya
penyinaran terhadap ternak tersebut (Toelihere, 1981).
Suhu
Pengaruh suhu ini adalah sekunder terhadap pengaruh lamanya siang hari
atau lamanya penyinaran. Seleksi alamiah selama periode banyak
generasi akan lebih efektif terhadap respon lamanya siang hari daripada
respons terhadap perubahan-perubahan suhu (Toelihere, 1981).
Jumlah makanan hijauan berbeda-beda dari satu musim ke musim lain.
Kekurangan makanan atau terganggunya kesehatan akan mempengaruhi
datangnya musim reproduksi. Ternak yang kurus karena kurangnya energi
atau zat-zat makanan seperti vitamin A atau fosfor di dalam ransum atau
karena penyakit yang mengganggu proses estrus (Toelihere, 1981).
Mekanisme Hormonal
Pengendalian reproduksi pada ternak-ternak yang kawin bermmusim
sebagian besar tergantung pada hypothalamus. Pada dasarnya,
hypothalamus mempengaruhi musim reproduksi pada semua spesies,
tetapi untuk menjalankan tugas ini ia mempergunakan banyak informasi
yang berbeda-beda, baik eksternal maupun internal (Toelihere, 1981).
D. PERKAWINAN ALAM PADA BEBERAPA TERNAK

1. Sapi Perah Dara


Terlebih dahulu pejantan mendeteksi kondisi berahi betina dengan
menjilati atau membau di sekitar organ reproduksi betina bagian luar
setelah itu pejantan melakukan penetrasi. Perkawinan alami dilakukan
oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan sperma kedalam alat
reproduksi betina dengan cara kopulasi.

2. Domba
Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan
birahi. Pada hari pertama penyatuan antara betina dan pejantan ini,
biasanya pejantan sangat agresif mengejar betina. Biasanya pada hari
ketiga betina mulai tampak ada yang birahi dan mengejar-ngejar
pejantan, dan mulailah terjadinya perkawinan alami.
3. Babi
Toelihere (1981) berpendapat bahwa pada pengawinan alami
pejantan melakukan tahap-tahap percumbuan yang dimulai dengan
mencium flank betina, menyeruduk dan menyodok diantara kaki
belakang betina secara tiba tiba dengan moncongnya, mengangkat
bagian belakang betina, menggertakkan gigi, menggertakkan rahang dari
samping kesamping dan keluar buih dari mulut. Babi pejantan tersebut
akan memisahkan babi babi betina yang tidak berahi dan mulai menaiki
betina yang menunjukkan gejala berahi.

4. Kuda
Masa perkawinan kuda terjadi ketika kuda sudah menginjak umur 1
tahun. pada umur tersebut kuda betina sudah menunjukan keadaan
birahi dan mulai menginginkan pasangan lawan jenis. Proses perkawinan
alam ini dimulai dengan saling mengejar di alam luas. Setelah dekat,
kuda-kuda tersebut akan saling mencium dan menggigit. Proses tersebut
berlangsung dalam beberapa jam hingga proses perkawinan terjadi.
Setelah si betina dibuahi, sebaiknya segera dipisahkan dari koloninya
dan ditempatkan pada kandang dengan perawatan dan pemberian
makanan bergizi.
5. Unggas
Kawin alam pada unggas biasa terjadi pada system pemeliharaan
ekstensif (alam bebas) dan semi-intensif (kawin alam menggunakan
kandang koloni). Pada pola pemeliharaan ekstensif, kawin alam ini terjadi
di alam bebas. Pengeraman telur biasanya dilakukan oleh induk betina
yang menghasilkan telur. System ini biasanya dilakukan oleh peternak
yang hanya memelihara beberapa ekor hingga puluhan ekor ayam saja
dan tujuan utamanya untuk dikonsumsi sendiri bukan sebagai sumber
pendapatan.

Kawin alam pada pemeliharaan semi-intesif, dilakukan dengan


mencampurkan jantan dan induk betina. Misalnya dalam kandang koloni
diisi dengan enam ekor induk betina dan satu ekor ayam pejantan.
Perkawinan alami di kandang koloni terjadi beberapa hari setelah
pejantan dan induk betina digabungkan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai