Anda di halaman 1dari 38

PENGERTIAN

Perilaku dg tujuan melukai


secara fisik & psikologis

Verbal Non verbal


/ fisik

Diri sendiri Orang lain Lingkungan


Perilaku kekerasan merupakan salah satu
respon terhadap stressor yg dihadapi oleh
seseorang.

Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik


pada diri sendiri,orang lain maupun lingkungan.

Melihat dampak dari kerugian yg


ditimbulkan,penanganan pasien perilaku
kekerasan perlu dilakukan secara tepat dan
cepat oleh tenaga profesional.
Perilaku kekerasan adalah bentuk perilaku yg bertujuan
untuk melukai seseorang,baik secara fisik maupun
psikologis.

Berdasarkan definisi PK dapat dilakukan secara


verbal,diarahkan pada diri sendiri,orla maupun
lingkungan.

PK dapat terjadi dalam dua bentuk,yaitu PK saat


sedang berlangsung atau PK terdahulu (riwayat PK).
adaptif maladaptif

Asertif Pasif Perilaku Kekerasan


Dalam setiap orang terdapat kapasitas
untuk berperilaku pasif, asertif, dan
agresi/perilaku kekerasan (Stuart dan
Laraia,
Perilaku asertif merupakan perilaku individu yg mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tdk
setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain.

Dampak dari perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pd


individu.

Perilaku pasif merupakan perilaku individu yg tidak


mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yg
sedang dialami,dilakukan dg tujuan menghindari suatu
tuntutan nyata.
Agresi/perilakukekerasan merupakan hasil dari
kemarahan yg sangat tinggi atau ketakutan
(panik).
Individu agresif tidak mempedulikan hak orang
lain.
Bagi individu ini hidup adalah medan peperangan.
Biasanya perilaku kekerasan dilakukan individu yg
agresif untuk menutupi kurangnya rasa percaya
diri.
Harga dirinya ditingkatkan dg cara menguasai
orang lain untuk membuktikan
kesuperiorannya.

Stres,cemas, harga diri rendah dan rasa


bersalah dapat menimbulkan kemarahan yg
dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan
secara eksternal maupun internal.

Secara
eksternal dapat berupa perilaku
kekerasan, sedangkan secara internal dapat
berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.
Mengekspresikan marah dg perilaku konstruktif
dg menggunakan kata2 yg dapat dimengerti dan
diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan
memberikan perasaan lega, menurunkan
ketegangan sehingga perasaan marah dapat
teratasi.
Apabila perasaan marah diekspresikan dg
perilaku kekerasan, biasanya dilakukan individu
karena ia merasa kuat.
Cara demikian tentunya tidak akan
menyelesaikan masalah, bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yg berkepanjangan
dan dapat menimbulkan tingkah laku
destruktif, seperti tindakan kekerasan yg
ditujukan pd orla dan lingkungan.
Perilakuyg tidak asertif seperti menekan perasaan
marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat.
Individuakan berpura-pura tidak marah atau
melarikan diri dari rasa marahnya sehingga rasa
marah tidak terungkap.
Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa
bermusuhan yg lama dan pd suatu saat dapat
menimbulkan kemarahan destruktif yg ditujukan kpd
diri sendiri.
PENGKAJIAN

1.Faktor PREDISPOSISI
Faktor2 yg mendukung terjadinya masalah
perilaku kekerasan adalah faktor biologis,
psikologis dan sosiokultural.
A.Faktor Biologis
1.Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan
Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku
kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yg sangat kuat.
2.Psychosomatic Theory
Pengalaman marah adalah akibat dari
respons psikologis terhadap stimulus
eksternal,internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini sistem limbik berperan sbg
pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
B.Faktor PSIKOLOGIS
1.Frustration aggresion theory (teori
agresif-frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan


terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi.

Frustasiterjadi apabila keinginan


individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau terhambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui berperilaku
kekerasan.

2.Behavioral theory (Teori perilaku)


Kemarahan adalah proses belajar,hal ini
dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi
yg mendukung.
3.Existential Theory (Teori eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan
dasar manusia,apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif,maka individu
akan memenuhinya melalui
berperilaku dekstruktif.
C.Faktor SOSIAL KULTURAL
Lingkungan sosial akan mempengaruhi
sikap individu dalam mengekspresikan
marah.

Norma budaya dapat mendukung


individu untuk berespons asertif atau
agresif.
2.Social Learning Theory (Teori
belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari


secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
fisik, kehilangan, kematian dan lain2.
Stresor yg mencetuskan perilaku kekerasan
bagi setiap individu bersifat unik.

Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar


maupun dari dalam.

Contoh stresor yg berasal dari luar antara


lain : serangan
Sedangkan stresor yg berasal dari dalam adalah
putus hubungan dg orang yg berarti, kehilangan
rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dll.

Selain itu lingkungan yg terlalu ribut,padat, kritikan


yg mengarah pada penghinaan,tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan.
Perawatperlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien, sehingga dapat membantu klien
mengembangkan mekanisme koping yg
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.
Mekanisme koping yg umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti
Displacement, Sublimasi, Proyeksi, Represi,
Denial dan Reaksi Formasi.
Perilaku yg berkaitan dg perilaku kekerasan
antara lain :
1. Menyerang atau Menghindar (fight or
flight)
Pada keadaan ini respons psikologi timbul
karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi ephineprin yg menyebabkan
tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah
merah,
Pupil melebar,mual, sekresi HCL meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urin dan
saliva meningkat, konstipasi,kewaspadaan jg
meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang
terkatup,tangan dikepal,tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yg cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yg sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif dan asertif.

Perilaku asertif adalah cara yg terbaik untuk


mengekspresikan marah krn individu dapat
mengekspresikan rasa
Marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis.
Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yg muncul biasanya disertai kekerasan
akibat konflik perilaku memberontak utk menarik
perhatian orla.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yg
ditujukan kepada diri sendiri,orla maupun
lingkungan.
Masalah keperawatan yg mungkin untuk
masalah perilaku kekerasan adalah
(Capernito,1995) :
Harga diri rendah
Perilaku kekerasan
Resiko mencederai diri sendiri,orang lain
dan lingkungan.
Adapun contoh diagnosa keperawatan yg mungkin
adalah :
1.Perilaku kekerasan
2.Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum :
Klien dapat mengontrol perilakunya dan
dapat mengungkapkan kemarahannya
secara asertif.

Tujuan Khusus :
Mengidentifikasi Penyebab PK
Tanda-tanda PK

Menyebutkan Perilaku PK yg
pernah
dilakukan
Akibat PK

Mengontrol PK dg cara marah


sehat
Tindakan keperawatan pada perilaku
kekerasan dapat menggunakan pendekatan
rentang rencana keperawatan mulai dari
strategi pencegahan sampai dg strategi
pengontrolan.

Pada strategi PENCEGAHAN dapat


dilakukan penkes, latihan asertif, kesadaran
diri, komunikasi verbal dan non verbal,
Perubahan lingkungan, intervensi perilaku dan
penggunaan psikofarmaka.

Jika strategi-strategi ini telah dilakukan namun


klien menjadi bertambah agresif, maka teknik
manajemen krisis seperti isolasi dan pengikatan
harus dilakukan.

Namun demikian pencegahan adalah upaya yg


terbaik dlm mengelola klien dg perilaku kekerasan.
Untuk dapat melakukan strategi diatas perawat
perlu memahami perasaan sendiri dan
reaksinya terhadap perilaku kekerasan klien.

Seringkali
tanpa disadari perawat
memperlihatkan respon yg tidak terapeutik yg
dapat memperburuk hubungan terapeutik
perawat-klien,shg perawatpun harus belajar.
Evaluasipd klien dg perilaku kekerasan
harus berdasarkan observasi perubahan
perilaku dan respons subyektif.

Pada fase evaluasi diharapkan klien dapat


mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan, tanda2 PK, PK yg biasa
dilakukan, akibat dari PK, cara yg
konstruktif dalam berespons terhadap
Kemarahan, mendemonstrasikan perilaku yg
terkontrol, memperoleh dukungan keluarga
dalam mengontrol perilaku, menggunakan
obat dg benar.

Anda mungkin juga menyukai