Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter & Parry,
2005). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi
bakteri dan kematian sel. Luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama dengan berbagai
etiologi dikhawatirkan mengalami komplikasi. Komplikasi luka dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif. Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu proses penanganan luka
dengan segera. Penanganan pertama adalah perawatan luka. Perawatan luka adalah suatu
tehnik membersihkan luka yang diakibatkan oleh faktor-faktor etiologi dengan tujuan untuk
mencegah infeksi luka, melancarkan peredaran darah sekitar, mencegah komplikasi dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Pemulihan luka dapat ditunjang dengan berbagai faktor diantaranya kesterilan yang
benar-benar terjaga. Kesterilan dikaitkan dengan berbagai aspek yaitu faktor sumber daya
manusia, lingkungan dan alat. Pasien yang sedang dalam proses asuhan perawatan di Rumah
Sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun lebih dari satu, secara umum keadaan
umumnya tentu kurang atau tidak baik sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Hal ini
mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman, virus dan sebagainya akan masuk
kedalam tubuh penderita. Infeksi yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan ini disebut Infeksi Nosokomial (Inos). Infeksi nosokomial dapat
diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di Rumah Sakit (Darmadi, 2008).
Laporan lain dari National Nosocomial Infection Surveilance (NNIS) Amerika tahun 2010,
bahwa tiap tahun 2 juta pasien atau setidaknya 5%-10% pasien di rumah sakit, 90.000 pasien
mengalami kematian akibat infeksi nosokomial yang berasal dari 3 indikator yaitu : sepsis
post operasi, dehiscence luka post operasi dan infeksi luka.
Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi luka operasi menempati urutan ketiga dari jumlah infeksi di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung yaitu 0,19% (12 orang), dimana perawatan luka sebagian besar masih

menggunakan dressing trolley, yaitu satu alat digunakan untuk beberapa pasien sehingga
memudahkan kontaminasi kuman dan kejadian infeksi nosokomial.
Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator mutu dari suatu Rumah Sakit.
Salah satu mekanisme transmisi patogen yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah
kesterilan alat (Potter & Perry, 2005). Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung,
perawatan luka sebagian besar masih menggunakan dressing trolley. Dressing trolley
mempunyai resiko infeksi nosokomial lebih tinggi karena pemakaian ulang alat dan dressing
yang dilakukan satu set terhadap sejumlah pasien (Setyawati, 2008). Dressing trolley
memperbesar resiko masuknya mikroorganisme karena buka tutup alat steril yang dilakukan
berulang-ulang, ditunjang dengan prosedur perawatan luka yang kurang steril, sumber daya
manusia yang kurang memadai dan berbagai faktor masuknya mikroorganisme kedalam luka
pasien. (Potter & Perry, 2005).
Pada penelitian AORN Amerika tahun 2010 yang dilakukan Hidron AI, Edwards JR,
Patel J, National Healthcare Safety Network Team (NHSN) telah membentuk Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dan Pengendalian infeksi epidemik Rumah Sakit
2006-2007 yang merekomendasikan penggunaan set instrumen paska operasi yang
meminimalkan resiko kontaminasi yang menyebutkan bahwa alat yang terbuka terlalu sering
dan terlalu lama akan beresiko terhadap infeksi. Berdasarkan hal tersebut sangat penting
menjaga sterilitas untuk mencegah infeksi tersebut. Salah satunya dengan penggunaan alat
steril dalam perawatan luka post operasi. Dressing set adalah suatu wadah steril yang berisi
alat- alat ganti verband yang dibuat menjadi satu paket steril. (CSSD Kamar Bedah RSB,
2007). Dressing set dapat meminimalkan resiko infeksi nosokomial karena memiliki resiko
kontaminasi dari luar yang minimal.
Hasil penelitian dari Dudy Disyadi Nurkusuma di Rumah Sakit dr. Kariadi
Semarang, 2009 mendukung adanya satu set ganti verband untuk satu pasien. Didapatkan
angka kejadian infeksi nosokomial minimal pada penggunaan dressing set dalam perawatan
luka post operasi. Infeksi luka operasi menempati urutan ketiga dari jumlah infeksi di
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Walaupun jumlah persentase sedikit, tetapi resiko
infeksi luka operasi akan sangat merugikan pasien dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.
Bahkan infeksi luka operasi dapat menyebabkan operasi berulang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi Perbedaan Alat Ganti Verband Antara Dressing Set Dan Dressing

Trolley Terhadap Resiko Infeksi Nosokomial Dalam Perawatan Luka Post Operasi Di RSUP
Dr. M Djamil Padang.
B.

Tujuan
1 Tujuan Umum
Untuk menelaah jurnal hasil penelitian di bidang keperawatan yang telah dipublikasikan
sesuai dengan kaidah ilmiah sehingga dapat diterapkan di rumah sakit.
2 Tujuan Khusus
a Menelaah abstrak jurnal
b Menelaah pendahuluan jurnal
c Menelaah pernyataan masalah penelitian
d Menelaah tinjauan pustaka
Menelaah kerangka konsep dan hipotesis
f Menelaah metodelogi penelitian
g Menelaah sampel dalam penelitian
h Menelaah instumen hasil penelitian
i Menelaah data analisis
j Menelaah hasil penelitian
k Menelaah kesimpulan atau diskusi
l Menelaah implikasi kegunaan hasil penelitian
m Menelaah daftar pustaka penelitian
e

\
BAB II
HASIL TELAAH JURNAL

A. Abstrak

Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi luka operasi menempati urutan ketiga dari jumlah infeksi di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung yaitu 0,19% (12 orang), dimana perawatan luka sebagian besar
masih menggunakan dressing trolley, yaitu satu alat digunakan untuk beberapa pasien
sehingga memudahkan kontaminasi kuman dan kejadian infeksi nosokomial. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan alat ganti verband antara
dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan
luka post operasi di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Dressing set adalah suatu
wadah steril yang berisialat-alat ganti verband yang dibuat menjadi satu paket steril
sehingga dapat meminimalkan resiko kontaminasi. Dressing trolley adalah suatu roda
yang berisi alat-alat perawatan luka dimana satu alat digunakan untuk sejumlah
pasien. Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperiment dengan
desain penelitian non randomizedpost test two group design. Hasil penelitian
didapatkan tidak ada perbedaan yang significant dengan p value> 0,05. Hal ini
disebabkan karena baik dressing set maupun dressing trolley sama-sama menggunakan
prinsip steril yang baik, serta perawatan luka dilakukan sesuai Standar Operasional
Prosedur. Diharapkan dressing trolley tetap digunakan dalam melakukan perawatan
luka dengan prinsip steril, serta diadakan in house training wound care secara berkala.
Abstrak dalam jurnal ini belum memenuhi kriteria penulisan abstrak. Abstrak dalam
jurnal
Indonesia
dengan
jumlah trolley
kata 203 kata, seharusnya syarat
Kataditulis
kunci: dalam
Infeksi Bahasa
nosokomial,
dressing
set, dressing
abstrak yang baik berkisar antara 150-200 kata. Adapun poin-poin yang dimuat dalam
abstrak tersebut adalah sebagai berikut :

Latar belakang
Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator terjadinya infeksi
nosokomial. Infeksi luka operasi menempati urutan ketiga dari jumlah infeksi di Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung yaitu 0,19% (12 orang), dimana perawatan luka
sebagian besar masih menggunakan dressing trolley, yaitu satu alat digunakan untuk

beberapa pasien sehingga memudahkan kontaminasi kuman dan kejadian infeksi


nosokomial.
Dalam abstrak jurnal ini sudah terdapat penjabaran tentang latar belakang dari
penelitian yang dilakukan. Latar belakang diperlukan sebagai pengantar tentang alasan
mengapa penelitian tersebut dilakukan dan untuk memperlihatkan secara spesifik tentang
fenomena yang ditemukan dilapangan, angka kejadian infeksi nosokomial.
-

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan alat ganti
verband antara dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial
dalam perawatan luka post operasi di RumahSakit Santo Borromeus Bandung.
Pada abstrak jurnal telah dicantumkan tujuan penelitian sehingga variabel yang
diukur dapat dinyatakan secara jelas, rinci dan tegas.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperiment dengan desain
penelitian non randomizedpost test two group design.
Pada abstrak dalam jurnal ini sudah memaparkan secara ringkas tentang metode
penelitian yang digunakan dan sudah sesuai dengan tujuan dalam penelitan,

Tempat dan Sampling


Dalam abstrak jurnal,tidak ada dicantumkan tentang tempat penelitian dan jumlah
sampel yang di ambil dalam penelitian. Seharusnya dalam abstrak sebuah penelitian
harus dijelaskan tempat penelitian dan jumlah sampel yang akan diteliti.

Hasil
Hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p
value>0,05. Hal ini disebabkan karena baik dressing set maupun dressing trolley samasama menggunakan prinsip steril yang baik, serta perawatan luka dilakukan sesuai
Standar Operasional Prosedur.
Hasil penelitian yang dicantumkan di abstrak telah sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan alat ganti verband antara dressing set
dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka post
operasi di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

Saran/ Rekomendasi
Diharapkan
dressing
tetap
digunakan
dalam
melakukan
perawatan luka
Kesehatan
adalah
keadaantrolley
sejahtera
dari
badan, jiwa
dan sosial
yang memungkinkan
dengan
prinsip
sertasecara
diadakan
house
training
wound
care secara
setiap
orang
hidupsteril,
produktif
sosialindan
ekonomi.
(UU
Kesehatan
No. 23 bekala.
Tahun 1992).
Saranyang
dalam
abstrak penelitian
ini sudahsalah
tercantum
penelitian.
Faktor-faktor
menurunkan
tingkat kesehatan
satunyadalam
adalahabstrak
gangguan
pada kulit.
Ketika kulit tertembus, proses inflamasi respons imun individu bekerja untuk menyingkirkan

Kata Kunci
Kata kunci: Infeksi nosokomial, dressing set, dressing trolley.
tubuh yang cedera ini disebut luka. (Kozier & Erb, 2009).
Kata kunci dalam jurnal sudah memenuhi syarat penulisan abstrak, yaitu terdiri
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal akibat proses patologis yang
dari 2-5 kata kunci yang mencerminkan konsep konsep utama yang dibahas dalam
berasal
dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter & Parry, 2005).
penelitian.
materi asing, jika mungkin dan menyiapkan area tubuh yang cedera untuk penyembuhan. Area

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian
- fungsi
Daftar
pustaka
organ,
respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan

Dalam abstrak
jurnal
tidak
dicantumkan
jumlah
danyang
tahunlama
daftar
bacaanberbagai
yng digunakan.
kematian
sel. Luka
yang
tidak
sembuh dalam
waktu
dengan
etiologi
dikhawatirkan mengalami komplikasi.
Komplikasi luka dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Berdasarkan hal
tersebut diperlukan suatu proses penanganan luka dengan segera. Penanganan pertama adalah
perawatan luka. Perawatan luka adalah suatu tehnik membersihkan luka yang diakibatkan oleh
faktor-faktor etiologi dengan tujuan untuk mencegah infeksi luka, melancarkan peredaran
darah sekitar, mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Secara umum penyembuhan luka telah didefinisikan sebagai suatu proses yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan kontinuitas anatomi dan fungsinya. (Black
& Hawks, 2008). Pemulihan luka dapat ditunjang dengan berbagai faktor diantaranya
B.kesterilan
Pendahuluan
yang benar-benar terjaga. Kesterilan dikaitkan dengan berbagai aspek yaitu faktor
sumber daya manusia, lingkungan dan alat. Secara praktis steril adalah probabilitas keadaan
bebas dari semua mikroorganisme. Kesterilan alat bertujuan untuk menghindari resiko infeksi
nosokomial pada luka post operasi dengan mencegah timbulnya mikroorganisme.
Pasien yang sedang dalam proses asuhan perawatan di Rumah Sakit, baik dengan
penyakit dasar tunggal maupun lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tentu kurang
atau tidak baik sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Hal ini mempermudah terjadinya
infeksi silang karena kuman, virus dan sebagainya akan masuk kedalam tubuh penderita. Infeksi
yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut Infeksi
Nosokomial (Inos). Infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau
terjadi di Rumah Sakit (Darmadi, 2008).
Fakultas mikrobilogi Universitas Uyo, Nigeria melakukan penelitian pada tahun 2009.
Pada penelitian tersebut didapatkan data bahwa dari 40 pasien post operasi paska kecelakaan
yang dilakukan pemeriksaan kultur infeksi luka operasi, 13 diantaranya berkultur positif
mengandung bakteri.

Laporan lain dari National Nosocomial Infection Surveilance (NNIS) Amerika tahun
2010, bahwa tiap tahun 2 juta pasien atau setidaknya 5%-10% pasien di rumah sakit, 90.000
pasien mengalami kematian akibat infeksi nosokomial yang berasal dari 3 indikator yaitu :

sepsis post operasi, dehiscence luka post operasi dan infeksi luka. Ketiga indikator tersebut
merupakan salah satu dampak infeksi nosokomial dengan biaya tertinggi dan perpanjangan
hari rawat.
Menurut Darmadi (2008), adanya sejumlah faktor yang sangat berpengaruh dalam
terjadinya proses infeksi nosokomial diantaranya faktor ekstrinsik yaitu petugas pelayanan
medis, lingkungan, makanan/ minuman, pasien lain dan pengunjung. Selain faktor ekstrinsik
(Setyawati, 2008), faktor ketidakpatuhan dari perawat yaitu perawat yang melakukan
perawatan luka operasi ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan benar.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Semarang pada bulan Desember 2012 dan didapatkan data
bahwa perawatan luka post operasi dengan satu set medikasi digunakan untuk pasien secara
bersama-sama dan tidak memperhatikan tehnik steril.
Penelitian tentang resiko infeksi nosokomial pada pasien post operasi ini juga
dilakukan oleh Devi Fitriyastanti di RSUD Kota Semarang pada bulan Maret sampai Mei
tahun 2003. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di Bangsal Bedah dan
menjalani operasi di RSUD Kota Semarang. Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa 7
dari 88 orang (7,95%) pasien rawat inap dengan luka operasi mengalami infeksi nosokomial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88,60% perawatan pasca operasi sudah dilaksanakan
secara aseptik dan antiseptik sesuai prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi
masih ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh perawat dengan tidak memperhatikan
septik dan antiseptik (ll,4%). Artinya perawatan luka operasi yang dilakukan dengan tidak
memperhatikan septik dan antiseptik dapat menambah resiko terjadinya infeksi luka operasi.

Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator mutu dari suatu Rumah
Sakit. Salah satu mekanisme transmisi patogen yang mempengaruhi terjadinya infeksi
adalah kesterilan alat (Potter & Perry, 2005). Di Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung, perawatan luka sebagian besar masih menggunakan dressing trolley.
Dressing trolley mempunyai resiko infeksi nosokomial lebih tinggi karena pemakaian
ulang alat dan dressing yang dilakukan satu set terhadap sejumlah pasien (Setyawati,
2008).
Dressing trolley terdiri dari 2 tingkat, bagian atas dan bagian bawah. Bagian
atas trolley atau roda digunakan untuk menyimpan peralatan steril dari CSSD, bagian
bawah trolley untuk menyimpan peralatan yang tidak steril. (Leo A Pramudya, 2005).

Dressing trolley memperbesar resiko masuknya mikroorganisme karena buka


tutup alat steril yang dilakukan berulang-ulang, ditunjang dengan prosedur
perawatan luka yang kurang steril, sumber daya manusia yang kurang memadai dan
berbagai faktor masuknya mikroorganisme kedalam luka pasien. (Potter & Perry,
2005).
Masuknya mikroorganisme atau port d entry pada luka post operasi dapat
dicegah salah satunya dengan kesterilan alat ganti verband. Pada penelitian AORN
Amerika tahun 2010 yang dilakukan Hidron AI, Edwards JR, Patel J, National
Healthcare Safety Network Team (NHSN) telah membentuk Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, dan Pengendalian infeksi epidemik Rumah Sakit 2006-2007
yang merekomendasikan penggunaan set instrumen paska operasi yang meminimalkan
resiko kontaminasi. Instrumen tersebut dapat dikemas dalam satu packaging. NHSN
menyebutkan bahwa alat yang terbuka terlalu sering dan terlalu lama akan beresiko
terhadap infeksi.
Infeksi luka operasi berdampak sangat merugikan. Selain kerugian fisik, psikis,
kerugian materi pun akan terjadi. Berdasarkan hal tersebut sangat penting menjaga
Pembahasan dalam pendahuluan sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang
sterilitas untuk mencegah infeksi tersebut. Salah satunya dengan penggunaan alat
baik hal ini didasarkan pada, terdapat prevalensi yang menyatakan kejadian infeksi
steril dalam perawatan luka post operasi. Dressing set adalah suatu wadah steril yang
nosokomial baik di dunia maupun di Indonesia dan juga dampak infeksi nosokomial di
berisi alat- alat ganti verband yang dibuat menjadi satu paket steril. (CSSD Kamar
rumah sakit.

C.

Pernyataan Masalah Penelitian


Pada Jurnal ini tidak dicantumkan pernyataan masalah penelitian, seharusnya dalam
sebuah jurnal dicantumkannya masalah penilitian untuk mengetahui fenomena dan masalah
yang diteliti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca.

D. Studi Literatur / Tinjauan Pustaka

Kekurangan
Dalam penulisan tinjauan pustaka jurnal ini masih terdapat kekurangan seperti :
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu
dan Infeksi yang terjadi pada daerah insisi yang meliputi jaringan dibawah fasia
(termasuk organ dalam rongga), seharusnya diakhir kalimat diberi tanda baca titik (.).
penelitian ini adalah kuantitatif.Desain penelitian. Seharusnya diberi spasi satu
ketukan setelah tanda baca titik (.).
Sumber literatur bacaan yang terdapat dalam jurnal ada yang tidak dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Kelebihan
Tinjauan pustaka yang digunakan mendukung dan berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
E. Kerangka Konsep dan Hipotesis
Pada jurnal perbedaan alat ganti verband antara dressing set dan dressing trolley
terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka post operasi di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung, dengan uji Mann-Whitney, kerangka konsep dan hipotesis tidak di
cantumkan. Seharusnya hipotesis ditampilkan agar lebih mudah di pahami dengan Ha : ada
perbedaan yang signifikan alat ganti verband antara dressing set dan dressing trolley
terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka post operasi. Begitu juga dengan
kerangka konsep, seharusnya ditampilkan untuk memudahkan para pembaca jurnal
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Desain
memahami bagaimana konsep perawatan luka dengan menggunakan dressing set dan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non randomised post test two group
dressing trolley.
desain menggunakan quasieksperiment. Variabel dalam penelitian adalah : Variabel independen

F.

adalahperbedaan
Metode
Penelitianalat ganti verband antara dressing set dan dressing trolley.Variabel dependen
adalah resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka `post operasi. Populasi pada penelitian
ini adalah 450 pasien post operasi per bulan diruang rawat inap Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung.
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah pasien post operasi laparatomie
apendictomie,

laparatomie,

hemicholecystectomie,

operasi

nefrectomy,

sphlenectomy,

kistectomie salpingectomi total, cholecystectomie, debulking, HTSOB, pada bulan April 2013
sampai Juni 2013 di ruang rawat inap Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung ruangan Yosef 3
Dago, Yosef 3 Suryakencana, Maria 4, Carolus 5. Penelitian ini memakai sampel 10 pasien
untuk dressing set, dan 10 pasien untuk dressing

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
(Dahlan, 2011). Oleh sebab itu di dalam metode penelitian seharusnya tercermin langkahlangkah teknis dan operasional yang akan dilakukan. Di dalam metodologi penelitian
mencakup beberapa hal yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, teknik pengolahan data dan analisa data. Di dalam jurnal yang
berjudul Perbedaan Alat Ganti Verband Antara Dressing Set Dan Dressing Trolley Terhadap
Resiko Infeksi Nosokomial Dalam Perawatan Luka Post Operasi digunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experimental dengan pendekatan non
randomized post test two group.
G. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang menjadi sasaran penelitian


(Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah 450 pasien post operasi per bulan
diruang rawat inap Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah atau
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini yang menjadi
sampel adalah pasien post operasi laparatomie apendictomie, laparatomie,
hemicholecystectomie, operasi nefrectomy, sphlenectomy, kistectomie salpingectomi total,
cholecystectomie. Penelitian ini memakai sampel 10 pasien untuk dressing set, dan 10
pasien untuk dressing. Teknik pengambilan sampel digunakan non random sampling.
Kekurangannya adalah peneliti tidak menjelaskan kriteria eksklusi dan inklusi dalam
penelitian.
H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan


data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian (Nursalam,
2013). Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dengan
cara checklist .Checklist dalam penelitian ini untuk mengobservasi perbedaan alat ganti
verband antara dressing set dengan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial
dalam perawatan luka post operasi. Item yang dichecklist dalam form checklist adalah
keadaan luka, resiko infeksi, kelengkapan alat dan kondisi alat.
I.

Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga


karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat
untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian (Dahlan,
2011). Penelitan ini menggunakan teknik pengolahan dan analisa data digunakan uji mannwhitney (uji non parametrik) yaitu uji alternatif dari uji t tidak berpasangan (uji parametrik)
2. Analisa
univariat syarat.
(dressing trolley)
yang
tidak memenuhi
J.

Distribusi frekuensi Dressing Tolley (n=20) Juni 2013


Hasil Penelitian
Dressing Trolley
Frekuensi
%
Tidak
Infeksi
(1)
4
40%
1. Analisa univariat (dressing set)
frekuensi
Set
Tanda infeksiDistribusi
positif, kultur
negatifDressing
(2)
1 (n=20) Juni 2013
10%
Dressing Set
Frekuensi
%
Tanda
infeksi
negatif,
0
0% 80%
Tidak
Infeksi
(1) kultur positif (3)
8
Tanda
infeksi
positif,
kulturkultur
positif
(4) (2) Tanda
5
50%0%
Tanda
infeksi
positif,
negatif
0
Jumlah
10
100 0%
infeksi negatif, kultur positif (3)
0
HasilTanda
padainfeksi
penelitian
ditemukan
kejadian
positif, ini
kultur
positif (4)bahwa gambaran
2
20% infeksi
Jumlah
10tanda infeksi
100
nosokomial menggunakan
dressing trolleyadalah 50% (5 orang
dan kultur
positif. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan 1 trolley untuk sejumlah pasien
yang penelitian
menyebabkan
buka bahwa
tutup gambaran
alat secarakejadian
terus menerus,
sehingga
Hasil
ini proses
ditemukan
infeksi nosokomial
meningkatkandressing
kejadiansetinfeksi
Adanya
intrinsik
dan
menggunakan
adalahnosokomial.
20% (2 orang
denganfaktor
tandaekstrinsik,
infeksi positif
dan kultur
faktor lain
juga dapat
mengakibatkan
nosokomial.
positif).
Dimana
tingkat
infeksi yang infeksi
ditimbulkan
jauh lebih kecil daripada dressing
trolley. Berdasarkan teori dressing set adalah suatu wadah steril yang berisi alat- alat
3. Analisa bivariat
ganti verband yang dibuat menjadi satu paket steril. waterproof yang digunakan untuk
Perbedaan Dressing Set dan Dressing TrolleyTerhadap kejadian infeksi Nosokomial
perawatan luka tiap 1 pasien memakai 1 dressing set disposable.
(n=20)
Variabel

Mean ranks Sum

Dressing Set
Dressing Trolley

10
10

8,60
12,40

Total

20

ranks
86,00
124,00

of P value
0,096

Hasil penelitian pada analisa bivariat didapatkan hasil bahwa nilai p value = 0,096 >
0,05. Karena nilai p value >0,05, maka dapat dikatakan bahwa pada 5% secara
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan significant antara dressing set dan dressing
trolley terhadap kejadian infeksi nosokomial.

Pada bagian pembahasan hasil, pada bagian analisa univariat sudah dijelaskan secara
rinci tentang
hasil yang
selama dan
penelitian.
Pada bagian
analisa bivariat
sudah
Simpulan
dari diperoleh
hasil penelitian
pembahasan
menunjukkan
bahwa juga
kejadian
dijelaskan
secara rincimenggunakan
tentang hasil dressing
yang diperoleh
infeksi nosokomial
trolley selama
adalah penelitian.
5 orang (50%), kejadian infeksi
nosokomial menggunakan dressing set adalah 2 orang (20%). Hasil penelitian
K. Simpulan/Diskusi
didapatkan data p value = 0,096 > 0,05, karena nilai p value> 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa pada 5% terlihat tidak ada perbedaan signifikan kejadian infeksi
nosokomial menggunakan dressing set dan dressing trolley.
Saran yang dapat peneliti berikan bagi Rumah Sakit adalah mengadakan in house
trainingwound care secara berkala pada perawat serta mengadakan sosialisasi Standar
Operasional Prosedur Perawatan Luka secara berkala. Bagi STIKes Santo Borromeus
diharapkan

penelitian

ini

dapat

dijadikan

sebagai

bahan

referensi,

serta

dapat

memfasilitasidressing trolley untuk praktek laboratorium. Bagi peneliti selanjutnya perlu


penelitian lebih lanjut untuk menganalisa faktor ekstrinsik dan intrinsik yang mempengaruhi

Kesimpulan tentang hasil penelitian diuraikan dalam bentuk narasi bukan dalam
bentuk penjelasan per poin. Di dalam kesimpulan dijelaskan hasil penelitian dan saran.
Dalam kesimpulan sudah tercantum saran penelitian. Saran yang peneliti berikan bagi
Rumah Sakit adalah mengadakan in house trainingwound care secara berkala pada perawat
serta mengadakan sosialisasi Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka secara berkala.
Bagi STIKes Santo Borromeus diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi, serta dapat memfasilitasidressing trolley untuk praktek laboratorium. Bagi peneliti
selanjutnya
perlu
penelitian
lanjut untuk
menganalisa
faktor Analisis
ekstrinsikData.
dan intrinsik
Aziz Alimul.
2009.
Metodelebih
Penelitian
Keperawatan
dan Tehnik
Jakarta.
yang mempengaruhi
kejadian infeksi nosokomial.
Salemba Medika
Baratawidjaja, K.G., & Rengganis. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta. FKUI
Black &Dan
Hawks,
2005. Medical
L. Implikasi
Penggunaan
Hasil Surgical Nursing, Clinical Management for Positive
Outcomes 7th
Edition.
2008. Set
Infeksi
Berdasarkan
telaah
jurnal Missioneri.
Perbedaan Elsevier
Alat GantiSaunders
Verband Darmadi.
Antara Dressing
Dan
Nosokomial:
Problematika
Pengendaliannya.
Jakarta
Dressing
Trolley Terhadap
Resiko dan
Infeksi
Nosokomial Dalam
Perawatan Luka Post Operasi
Eni Kusyati.
2012.
dan signifikan
Prosedur Laboratorium
Keperawatan
Dasar trolley
Edisi
didapatkan
tidak
adaKeterampilan
perbedaan yang
antara dressing
set dan dressing
Jakarta.infeksi
EGC. nosokomial, maka dressing trolley tetap dapat digunakan dalam
terhadap2. resiko
Notoatmodjo,
S. 2005.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Rinekaaspek
Cipta
perawatan
luka post
operasi
dengan tetap
menjaga
kesterilanJakarta.
dari berbagai
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika\
PotterPustaka
& Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta : EGC\
M. Daftar
Price & Wilson. 2001. Patofisiologi. Jakarta, EGC Setiyawati. 2009. Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Infeksi Nosokomial. Jakarta. FKUI
Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Ajar Bedah Edisi 2. Jakarta. EGC Stillman, Richard M, 2010.
Wound Care. New Jersey
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung. Alfabeta
Syaifuddin. 2008. Anatomi Fisiologi. Jakarta. EGC.
Petrisilio, et al. 2008. Surgical Site Infection in Italian Hospital : A Prospective
Multicenter Study.http://www.biomedcentral.com/1471-2334/8/34/ diunduh 21/4/13
pukul 23.00 WIB.

Penulisan daftar pustaka yang digunakan dalam jurnal ini adalah tidak menggunakan
gaya penulisan daftar pustaka menurut APA (American Psychological Association) adalah
gaya yang mengikuti format Harvard. Beberapa ciri penulisan daftar pustaka dengan APA
style yaitu :
1 Tahun publikasi dituliskan setelah nama pengarang.
2 Referensi di dalam isi tulisan mengacu pada item di dalam daftar pustaka dengan cara

menuliskan nama belakang (surname) pengarang diikuti tanggal penerbitan yang


dituliskan di antara kurung.
3 Urutan daftar pustaka adalah berdasarkan nama belakang pengarang. Jika suatu referensi
tidak memiliki nama pengarang maka judul referensi digunakan untuk mengurutkan
referensi tersebut di antara referensi lain yang tetap diurutkan berdasarkan nama belakang
pengarang.
4 Daftar pustaka tidak dibagi-bagi menjadi bagian-bagian berdasarkan jenis
pustaka,misalnya buku, jurnal dan sebagainya.
5 Judul referensi dituliskan secara italic. Jika daftar pustaka ditulis tangan maka judul
digaris bawahi.
Kekurangan : Sumber dari jurnal lain ada tetapi tidak dicantumkan di daftar pustaka

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tidak ada perbedaan yang signifikan antara
dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial, maka penggunaan
dressing trolley tetap dapat digunakan dalam perawatan luka post operasi dengan tetap
menjaga kesterilan dari berbagai aspek.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan bagi Rumah Sakit adalah mengadakan in house
trainingwound care secara berkala pada perawat serta mengadakan sosialisasi Standar
Operasional Prosedur Perawatan Luka secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai