Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI

RUANGAN BEDAH SENTRAL DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PADANG


TAHUN 2012

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL


DI RUANGAN BEDAH SENTRAL DI RUMAH SAKIT
ISLAM IBNU SINA PADANG
TAHUN 2012

Oleh: JONDRI AKMAL


(Bimbingan Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M. Kes dan
Dr. Rahmi Fahmi, SE, MBA)

ABSTRAK
Infeksi luka operasi akibat pembedahan merupakan masalah kesehatan yang sering
ditemukan di rumah sakit. Infeksi luka operasi merupakan salah satu penyebab
utama infeksi nosokomial dan jumlahnya meningkat secara global Meskipun dewasa
ini terdapat peningkatan cara sterilisasi di kamar operasi, metode sterilisasi instrumen,
serta teknik operasi. Rumah sakit harus melakukan pengendalian infeksi nosokomial
secara serius dan terintegrasi. Pelaksanaan pengendalian infeksi nosomomial di
rumah sakit Islam Ibnu Sina Padang sudah lama dilaksanakan. Permasalahan yang
ditemui dalam pelaksanaan pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah
sentral RSI ini adalah prosedur mencuci tangan bedah, aturan penggunaan baju OK
serta pembersihan kamar operasi yang belum maksimal. Tujuan penelitian ini
menganalisis implementasi pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral
RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan memakai teknik observasi,
analisis dokumen dan wawancara mendalam. Jumlah informan penelitian sebanyak 9
orang yang paham dan ahli dibidangnya. Data diolah dengan metode content
analysis.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengendalian infeksi nosokomial yang dilakukan di
ruangan bedah sentral RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012 belum dilakukan secara
maksimal. Pengendalian infeksi nosokomial terhadap tata ruang dan bangunan belum
maksimal, karena ada tata ruang dan bangunan belum standar. Pengendalian sistem
zonasi di OK sentral belum maksimal, karena zonasinya hanya tiga tingkat.
Pengendalian infeksi nosokomial pada tahap pre operasi belum maksimal karena
pembersihan lingkungan OK, persiapan instrumen dan linen belum standar, lama
waktu cuci tangan bedah singkat.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka disarankan kepada manajemen
RSI Ibnu Sina Padang dalam jangka pendek merenovasi ruangan dan bangunan OK
sentral dan jangka panjang membangun OK sentral yang baru sesuai dengan
standar, mengoreksi sistem zonasi menjadi 4 zona serta meningkatkan
pengawasan, membuat SOP seluruh kegiatan pre operasi, penjadwalan kegiatan
operasi, pengadaanspoelhoek dan mesin laundry, meningkatkan sosialisasi cuci
tangan bedah.
Kepustakaan; 47 ( 1993-2012)
Kata Kunci ; Pengendalian infeksi nosokomial, ruangan bedah sentral
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai sarana perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Dampak negatifnya itu adalah tertular atau terinfeksinya orang yang
dirawat atau yang berada di lingkungan rumah sakit tersebut. (Depkes, 1993; Azwar,
1996)

Infeksi yang didapat di rumah sakit lebih dikenal dengan infeksi nosokomial
merupakan masalah kesehatan sejak ratusan tahun yang lalu. Seorang peneliti, dr.
Ignaz 150 tahun yang lalu memperhatikan tingginya angka kematian pada ruang
persalinan yang ditangani oleh mahasiswa kedokteran dibandingkan dengan yang
ditangani bidan. Dia menduga bahwa itu terjadi akibat infeksi yang dibawa oleh
mahasiswa dari ruangan otopsi. Oleh karena itu diperintahkan mahasiswanya untuk
mencuci tangan sebelum melakukan persalinan dan ternyata hasilnya angka
kematian turun jadi 3%. (Mardan, G, 2001)
Pasien yang terinfeksi nosokomial bisa mendapatkan infeksi tersebut selama
perawatan dirawat inap, di ruangan intensif, bisa juga pasien terinfeksi saat dilakukan
tindakan operasi di kamar bedah. Infeksi luka akibat pembedahan lebih dikenal
dengan infeksi luka operasi. (Depkes, 1992)
Infeksi luka akibat pembedahan merupakan masalah kesehatan yang serius
dan masih sering ditemukan terutama di rumah sakit yang memiliki pelayanan
perawatan dan tindakan pembedahan yang belum memadai. Infeksi luka operasi
adalah penyebab utama morbiditas, mortalitas dan peningkatan biaya rumah sakit.
Tujuh persen kematian pasien bedah berhubungan dengan terjadinya infeksi luka
operasi. (Mangram, 1999) Pada tahun 1999 Kirkland dkk juga memperkirakan sekitar
2,2% penyebab kematian berhubungan dengan infeksi luka operasi yang
dibandingkan dengan pasien bedah tanpa infeksi. (Soeparman, 2001) Di Amerika
Serikat insiden ILO diramalkan 7,5% dan menambah biaya perawatan lebih dari 10
milyar dolar pada setiap tahunnya. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
selama tahun 1996 angka kejadian ILO 12% pada semua kasus akut abdomen yang
mengalami tindakan pembedahan dengan kriteria operasi bersih dan bersih
terkontaminasi. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya, angka
kejadian ILO untuk operasi bersih 3,21%, bersih. Sedangkan kejadian ILO pada tahun
2001 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito untuk operasi bersih
terkontaminasi 5,6%. (Ria, RW, 2009; Andry, 2009)
Kejadian infeksi luka operasi merupakan suatu hal yang dihindari pada setiap
tindakan pembedahan. Hal – hal yang perlu dilakukan pada upaya pengendalian dan
pencegahan infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral yaitu kebijakan tentang
pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial, disain ruangan yang adekuat
terutama mengenai ventilasi, tata ruangan, pendidikan dan pemahaman petugas
tentang bagaimana pelayanan medik yang baik (cuci tangan), pembersihan peralatan
yang adekuat, sterilisasi dan penyimpanan instrumen serta pengendalian
penggunaan antibiotik. (Andry. S, 2009)
Hasil observasi awal oleh peneliti di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina
Padang dua tahun terakhir ini terlihat pada tabel 1.1. Pada tahun 2010 terdapat angka
kejadian infeksi nosokomial 2,1% dan pada tahun 2011 didapatkan angka kejadian
infeksi nosokomial sebesar 2,6 %. Sementara dari besaran angka infeksi nosokomial
tahun 2011 itu, didapatkan angka infeksi luka operasi bersihnya berkisar sebanyak
2,1%. (Profil RSI Ibnu Sina, 2011)
Berdasarkan pengamatan peneliti di ruangan bedah sentral yang terkait
dengan upaya pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh
petugas adalah cara mencuci tangan belum maksimal. Perawat tidak memperketat
pemakaian baju apron sewaktu memasuki ruangan bedah sentral, kemudian
frekuensi pembersihan dinding dan lantai ruangan operasi masih belum maksimal.
Sementara upaya pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial sudah lama
dilakukan.
Pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan,
pekarya, perawat, dokter sampai dengan jajaran direksi. Kegiatannya dilakukan
secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit. Pada peralatan medis dan non
medis, ruang perawatan termasuk di kamar operasi atau kamar bedah sentral.
(Pandalin RSI Klaten, 2007)
Hal itu sejalan dengan SK Menkes No 270/MENKES/2007 tentang pedoman
manajemen pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainya. Bahwasanya setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya harus melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Dalam
implementasinya manajemen harus membuat tim pengendalian dan pencegahan
infeksi yang terdiri dari dokter dan perawat, dimana salah satu tugas pokoknya adalah
mengendalikan infeksi nosokomial, baik sebagai perencana, pelaksana maupun
sebagai pembina dan survailans. (SK Menkes 270, 2007)
Menurut RSBL, (2008) menyatakan prosedur pengendalian infeksi
nosokomial di ruangan operasi atau ruangan bedah sentral antara lain; 1)
Pengendalian pada tata ruang dan bangunan kamar operasi. 2) Pengendalian pada
sistem zonasi. 3) Pengendalian pada tahap pra operasi. 4) Pengendalian pada tahap
intra operasi. 5) pengendalian pada tahap paska operasi. 6) Pengendalian
penggunaan antibiotika. (RSBL, 2008 )
Penelitian ini fokus melihat bagaimanakah implementasi pengendalian infeksi
nosokomial di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012?
Bagaimana pengendalian infeksi nosokomial terhadap tata ruangan dan bangunan
ruangan bedah sentral? Bagaimana pengendalian infeksi nosokomial terhadap zonasi
di OK sentral? Bagaimana pengendalian infeksi nosokomial pada tahap pre operasi?
Bagaimana pengendalian infeksi nosokomial pada tahap intra operasi dan bagaimana
pengendalian infeksi nosokomial pada tahap paska operasi? Sementara bagaimana
pengendalian pemakaian antibiotik di kamar operasi tidak diteliti karena keterbatasan
personal dan dana penelitian.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum Diketahuinya implementasi pengendalian infeksi nosokomial di
ruangan bedah sentral RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012.
Tujuan khususnya adalah;
a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengendalian infeksi nosokomial
terhadap tata ruang dan bangunan di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina
Padang tahun 2012.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengendalian infeksi nosokomial
terhadap sistem zonasi di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina Padang tahun
2012.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengendalian infeksi nosokomial
pada tahap pre operasi di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina Padang tahun
2012.
d. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengendalian infeksi
nosokomial pada tahap intra operasi di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina
Padang tahun 2012.
e. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengendalian infeksi nosokomial
pada tahap paska operasi di ruangan bedah sentral di rumah sakit Ibnu Sina
Padang tahun 2012.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena fokus penelitiannya
adalah mencari informasi bagaimana implementasi pengendalian infeksi nosokomial
di ruangan bedah sentral di RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012. Yang dilaksanakan
dalam periode waktu Juni-September 2012. Pemilihan informan dalam penelitian ini
dilakukan secara Purpossive Sampling yang berjumlah 9 orang. Yakni; Direktur RSI
Ibnu Sina Padang, 1 orang.. Dokter Anestesi, 1 orang dari 3 orang dokter anestesi.
Pemilihan dokter anestesi ini dari 3 orang dokter anestesi di RSI Ibnu Sina disamping
berpengalaman juga dia bersedia untuk diwawancarai. Dokter Bedah, 1 orang dari 11
dokter bedah. Alasan pemilihan dokter ini disamping berpengalaman masa kerja dan
masa jabatan sekitar 8 tahun, juga dia adalah dokter bedah yang paling banyak
menggunakan kamar operasi kurang lebih 20-25 kali perbulan serta bersedia untuk
diwawancarai. Dokter Mata, 1 orang dari 4 dokter mata. Alasan pemilihan dokter ini
disamping berpengalaman masa kerja dan masa jabatan sekitar 12 tahun diantara 4
dokter mata, dia juga adalah dokter mata yang paling banyak menggunakan kamar
operasi kurang lebih 60-65 kali perbulan serta bersedia untuk diwawancarai. Ketua
panitia pengendali infeksi nosokomial, 1 orang. Kepala ruangan kamar bedah sentral,
1 orang. Perawat pelaksana di kamar operasi, 1 orang dari 13 orang perawat OK.
Alasan pemilihan perawat ini disamping berpengalaman masa kerja dan masa jabatan
sekitar 12 tahun diantara 13 perawat OK, dia juga adalah perawat yang sudah
mendapatkan pelatihan OK dan pelatihan sterilisasi serta bersedia untuk
diwawancarai. Petugas UPRS, 1 orang dari 4 orang, Selain menjadi ketua seksi UPRS
, masa kerja dan lama jabatannya sudah sangat lama dari yang lainnya. Petugas
rumah tangga, 1 orang dari 4 orang. Petugas ini masa kerjanya adalah yang paling
lama.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara
mendalam, pedoman check list, telaah dokumen, catatan laporan serta alat perekam.
Instrumen penelitian ini disusun secara sistimatis, agar mudah dipahami dan
menghasilkan data yang akurat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri
dari; data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode
wawancara mendalam (Indepth Interview) dan observasi Data Sekunder diperoleh
dari dokumen serta data-data pendukung yang ada di RSI Ibnu Sina Padang.
Validitas data dilakukan melalui triangulasi. Triangulasi yang peneliti lakukan
adalah: triangulasi sumber data yaitu memilih berbagai sumber yang sesuai. Sumber
data utama diperoleh dari kepustakaan selanjutnya sumber data dari informan atau
hasil wawancara, serta dokumen. Triangulasi metode yaitu dengan melakukan uji
silang terhadap hasil wawancara, hasil observasi, serta dokumentasi, Triangulasi
analisis yaitu melakukan analisis melalui diskusi dengan pembimbing dan sumber lain
yang dianggap mampu.
Analisis data kualitatif adalah kegiatan yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat
dikelola, mencari dan menemukannya apa yang penting, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut: membuat transkrip data, yaitu memindahkan/menyalin
informasi dari bentuk pembicaraan lisan yang direkam dari berbagai informan yang
ada menjadi bentuk tulisan. Setiap informasi yang ditulis diberi kode sumber data
agar tetap dapat ditelusuri apabila informasi yang didapat dirasa kurang lengkap. Data
Reduction (reduksi data) yaitu mengumpulkan, memilah-milah dan
mengklasifikasikan data sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Display
Data (penyajian data) yaitu peringkasan data yang ditampilkan dalam bentuk matriks
data kualitatif. Conclution drawing and verifikastion yaitu membuat kesimpulan dan
menafsirkan data, menemukan pola dan hubungan serta membuat temuan-temuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengedalian infeksi nosokoial di
ruangan bedah sentral belum maksimal Pada pengendalian infeksi nosokomial
terhadap tata ruang dan bangunan kamar bedah sentral belum maksimal karena
ditemukan; lokasi tidak sentral karena terjadi penambahan bangunan baru, sudut
kamar OK lancip , lantainya berpori retak akibat gempa gempa,jendela tidak
transparan, pintu sering terbuka saat operasi oleh karena petugas runner rangkap
tugas, ventilasi AC tidak sentral.seharusnya berdasarkan pedoman pengendalian
infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan ketentuan kepmenkes
1204 tahun 2004, Tata ruang OK sentral yang standar adalah lokasinya ditengah,
dindingnya tidak bersudut, lantainya tidak berpori bahannya dari vinyl, tahan api,
kedap air, tidak mudah kotor, tidak licin, warnanya terang, ukurannya minimal 30-40
m2, pintunya berbentuk swing/sliding dan harus tertutup, jendelanya
transparan, ventilasinya menggunakan AC sentral dan dilengkapi filter dengan
sistem ultraclean luminary airflow.
Pada pengendalian infeksi nosokomial terhadap zonasi di OK sentral belum
maksimal karena ditemukan; Pada zona kuning orang yang berpakaian luar OK
masuk lebih dalam ke zona merah tanpa baju skor, oleh karena pintu masuk ruangan
persalinan sangat dekat dengan pintu OK zona merah. Zona orange tidak ditemukan,
karena zona ini didempetkan dengan zona merah. Pada zona merah bed pasien
ternyata dimasukan ke OK oleh karena agar tidak dua kali mengangkat
pasien.seharusnya berdasarkan pedoman pengendalian infeksi nosokomial di
ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan ketentuan kepmenkes 1204 tahun 2004,
Sistem zonasi di OK dimaksudkan agar kesucihamaan OK terjaga, dengan membuat
aturan yang sangat ketat, baik pakaian, sandal, bed pasien. zonasi OK itu seyogyanya
terdiri dari 4 zona, yakni zona bebas, hijau, zona bersih, kuning, zona semi steril,
orange dan zona steril, merah. Setiap zona diatur tata cara memasukinya
Persiapan pasien sudah dilakukan maksimal, pemeriksaan fisik, pencukuran,
pemberian antiseptik area operasi.seperti dalam ketentuan misalnya Pemeriksaan
fisik pasien sebelum dioperasi tentu wajib dilakukan mengingat banyak kondisi pasien
yang akan menyebabkan potensi munculnya infeksi luka operasi, begitu juga dengan
persiapan area operasi pasien , dengan pencukuran serta pemberian anti septik
sangat signifikan mempengaruhi potensi infeksi
Pengendalian dan persiapan lingkungan kamar operasi dengan pembersihan
OK belum maksima karena ditemukan;Pemeriksaan alat OK tidak dilakukan setiap
hari, UV tidak terus menerus hidup sampai dibersihkan keesok harinya, UV
dinyalakan 0,5 jam, Dinding dan lantai tidak dibersihkan dengan air mengalir,
Permukaan lampu, kabel, tabung O2, AC, tidak didesinfeksi, SOP pembersihan tak
ada, jadwal hanya ditetapkan dengan kesepakatan tentu seharusnya berdasarkan
pedoman pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan
ketentuan kepmenkes 1204 tahun 2004 Pengendalian lingkungan OK sentral
dilakukan dengan pembersihan, pembersihan bisa dengan jadwal rutin setiap hari,
mingguan dan bahkan bulanan, dengan segala perlakuannya begitu juga dengan
pembersihan sebelum dan sesudah operasi
Pengendalian dan persiapan instrument/ linen belum maksimal karena
pencucian alat masih dilakukan di tempat pencucian tangan bedah, alat yang sudah
disusun di atas trolley tidak ditutupi dengan duk steril. seharusnya berdasarkan
pedoman pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan
ketentuan kepmenkes 1204 tahun 2004 Pencucian alat harus dilakukan di tempat
pencucian khusus alat, begitu juga langkah persiapan alat yang akan digunakan
disaat operasi sewaktu disusun diatas trolley harus ditutup dengan duk steril, sebab
bisa memungkinkan potensi kuman
Pengendalian dan persiapan personil terutama tentang cuci tangan bedah
belum taat prosedur, dimana lama waktu cuci tangan masih dibawah ketentuan,
pemasangan jas OK, dan handscund sudah standar seharusnya berdasarkan
pedoman pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan
ketentuan kepmenkes 1204 tahun 2004, Langkah pencucian tangan bedah harus
ketat dan taat prosedur, begitu juga dengan teknik pemasangan baju
serta handscund, sedikit saja tidak taat prosedur akan berdampak pada infeksi luka
operasi yang sangat merugikan
Pengendalian infeksi nosokomial pada tahap intra dan paska operasi telah
maksimal karena sudah dilakukan sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi
nosokomial di ruangan bedah sentral, RSBL, 2008 dan ketentuan kepmenkes 1204
tahun 2004.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Pengendalian infeksi nosokomial di OK Sentral Rumah Sakit Ibnu Sina Padang
tahun 2012 belum maksimal.
2. Pengendalian infeksi nosokomial terhadap tata ruang dan bangunan OK sentral
RSI Ibnu Sina Padang tahun 2012 belum maksimal, dimana lokasi OK sentral
tidak ditengah rumah sakit, dan jauh dari Unit IGD, radiologi dan laboratorium. Hal
ini disebabkan penambahan pelayanan dan bangunan IGD, radiologi dan
laboratorium menjauhi bangunan OK sentral. Lantai OK bukan
berbahan vinyl dan banyak mempunyai pori dan retak akibat gempa. Dinding OK
juga banyak pori dan sudutnya lancip. Jendelanya tidak transparan. Salah satu
pintu OK I sering dibuka saat operasi berlangsung karena petugas runner
OK diberi tugas juga di ruangan pemulihan.
3. Pengendalian infeksi nosokomial terhadap zonasi di OK sentral RSI Ibnu Sina
tahun 2012 belum maksimal. Zona OK sentral RSI Ibnu Sina terdiri dari tiga
tingkat, yakni zona hijau, zona kuning dan zona merah karena zona orange
didempetkan saja menjadi zona merah agar keluarga pasien tidak lagi bisa masuk
ke OK tanpa baju apron. Masih terdapat keluarga pasien kebidanan yang masuk
zona merah OK dengan melanggar aturan OK karena pintu kamar bersalin dekat
dengan pintu OK.
4. Pengendalian infeksi nosokomial ditahap pre operasi di OK sentral RSI Ibnu Sina
Padang tahun 2012 belum maksimal. Pada pengendalian lingkungan kamar
operasi yang dilakukan dengan pembersihan belum dilakukan sebagaimana
semestinya. Langkah pembersihan belum sesuai dengan SOP. Jadwal
pembersihan tidak ketat dan tidak teratur. Lama waktu penyalaan UV terlalu
pendek karena jadwal operasi padat. Pada pengendalian tindakan persiapan
instrumen dan linen masih terhambat dengan fasilitas tempat cuci alat dan alat
pengering linen yang kurang serta ada langkah prosedur yang belum dilakukan.
Pada persiapan personil, dimana tindakan cuci tangan bedah masih belum
maksimal, karena lama waktu cuci tangannya masih pendek disebabkan tindakan
buru-buru petugas.
5. Pengendalian infeksi nosokomial ditahap intra operasi di OK sentral RSI Ibnu Sina
Padang tahun 2012 dengan pencucian luka operasi sudah sesuai dengan
standar.
6. Pengendalian infeksi nosokomial ditahap paska operasi di OK sentral RSI Ibnu
Sina Padang tahun 2012 dengan pemebersihan pasien sudah sesuai dengan
standar.

SARAN
1. Bagi Rumah sakit
a) Perlu menetapkan dan menggerak semua elemen yang terkait dengan
pengendalian Infeksi Nosokomial di OK sentral, mulai dari pasien, Tim bedah,
petugas OK, petugas Kebersihan, petugas UPRS dan Panitia PIN.
b) Perlu melakukan evaluasi terhadap tata ruang dan bangunan OK
sentral sesuai dengan standar kepmenkes sehingga mampu mengendalikan
infeksi nosokomial dengan cara membuat program jangka pendek, misalnya
merenovasi material bangunan yang tidak sesuai dengan syarat OK yang
standar dan membuat program jangka panjang dengan
membuat ruangan bangunan OK sentral yang baru sesuai standar dan terkait
dengan prilaku membuka pintu OK maka disarankan pemisahan tugas
perawat runnerdengan tugas petugas ruangan pemulihan.
c) Perlu mengoreksi tingkatan zonasi Ok sentral dari tiga tingkat menjadi 4 tingkat
sehingga sesuai dengan persyaratan zonasi OK sentral dengan cara
menetapkan zona merah di depan pintu OK I dan OK II, menetapkan zona
orange di depan pintu masuk kedua OK sentral. Perlu memperketat aturan
masuk OK. Perlu memindahkan pintu masuk kamar bersalin ke sisi lain
sehingga tidak berdekatan dengan pintu masuk OK.
d) Perlu pembatasan jadwal operasi sehingga jadwal pembersihan OK dapat di
lakukan satu hari penuh. Perlu menyalakan UV diatas 3 jam. Dalam melakukan
persiapan instrumen dan linen perlu penambahan tempat cuci tangan dan
mesin pengering. Perlu dilakukan pengawasan dan sosialisasi cuci tangan
bedah bagi petugas OK agar proses cuci tangan bedah sesuai standar yang
ditetapkan. Perlu dilakukan kembali sosialisasi cuci tangan bedah dengan
program lomba cuci tangan yang benar.
e) Perlu mempertahankan pengendalian infeksi nosokomial pada tahap
intra operasi dan paska operasi sehingga tidak dimungkinkan mempengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial.
f) Perlu penelitian kuantitatif untuk membandingkan biaya yang dikeluarkan dan
manfaat yang didapatkan dari usulan perbaikan atau pembuatan OK baru.
2. Bagi pascasarjana Ilmu Kesehtan Masyarakat
a) Perlu penelitian secara kualitatif dan kuantitatif terhadap implementasi
pengendalian infeksi nosokomial di ruangan bedah sentral RSI Ibnu Sina Padang
sehingga dimungkinkan terjawab faktor-faktor yang berpengaruh.
b) Perlu penelitian lebih jauh tentang sikap, pengetahuan dan motivasi petugas
terhadap cuci tangan bedah di OK sentral RSI Ibnu Sina.
c) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut hubungan sterilisasi instrument dengan
fasilitas di OK sentral RSI Ibnu Sina Padang.
d) Perlu penelitian lebih jauh efektifitas penggunaan UV di OK sentral RSI Ibnu Sina
Padang.
e) Perlu penelitian lebih jauh hubungan tingkat zonasi di OK sentral RSI Ibnu Sina
dengan sterilisasi ruangan OK.

KEPUSTAKAAN
Andry, S, Murany, A, Burhanuddin, 2009, Patern and prevalence of nosocomial
microbial infection from intensive care unit patient Wahidin Sudirohusodo
hospital Makasar, the Indonesian journal of medical science vol.2.no.2, 2009.
Jakarta
Arisanti, 2004, Efektifitas sterilisasi menggunakan sinar ultra violet terhadap
penurunan angka kuman udara di ruangan operasi IBS RSUD Tugu Rejo
Semarang, thesis. FKM. Undip. Semarang diunduh dari
http;//www.fkm.undip.ac.id
Ariyani, 2008, Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi
sikap mendukung penerapan program patient safety di instalasi perawatan
intensif RSUD dr.Moewardi Surakarta, thesis, PSIKM. Undip. Semarang
A Azwar, A, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ketiga, Binarupa
Aksara, Jakarta
Bungin, B, 2006, Metodologi penelitian kualitatif Komunikasi ekonomi dan kebijakan
publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. edisi I, cetakan ke 3. Kencana, Jakarta
Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial problematika dan pengendaliannya. Salemba
Medik, Jakarta
Delay, 2005, infeksi luka operasi, (online),
(http;//dr.Suparyanto.blogspot.com/2011/03/Konsep_infeksi_luka-
operasi.html. diunduh tangal 20 juli 2012
Dep. Kes. RI. Direktorat jenderal Pelayanan Medik, 2001, Pedoman pengendalian
infeksi nosokomial di rumah sakit, Jakarta
Dep. Kes. RI, 2004, Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit, Jakarta
Dep. Kes. RI, 2007, Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
RS dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Jakarta
Direktorat Jenderal PPM dan PL. Departemen Kesehatan RI, Kepmenkes RI nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.Jakarta, 2004
Ducel, G, 2002, Prevention of hospital acquired infection a practical guide, 2nd edition,
world Health Organization. departement of communicable disease, survailance
and response,
Ginting, M, 2001, Infeksi nosokomial dan manfaat pelatihan ketrampilan perawat
terhadap pengendaliannya di ruangan rawat inap penyakit dalam RSUP H
adam malik Medan tahun 2011,Jurnal Ilmiah PANMED, vol.1.no.1, 2006,
Jakarta
Hasbullah, T, 1993, Pengendalian infeksi nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta,
Cermin Dunia Kedokteran. 82, 9-12
Herlina, AP, Basirun, AU, Tri, S, 2011, Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
operasi SC, jurnal Ilmiah kesehatan masyarakat vol.1.nomor 1. 1 feb
2011. Diunduh dari http;// digilib.stikesmuhgombong.ac.id. tanggal 10 juli 2012
http//spesialisbedah.com/2012/04/Persyaratan kamar operasi, diakses tanggal 12 Juli
2012
Idayanti, 2008, Hubungan pengetahuan dengan sikap perawat terhadap penerapan
standar operasional prosedur tekhnik menyuntik dalam upaya pencegahan
infeksi di RSUD Arifin Ahmad Pekan Baru.Thesis,PSIK,USU, Medan
Kemenkes. RI. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
2012, Pedoman teknis ruang operasi rumah sakit, Jakarta
Light, RW, Infection disease, nosocomial infection.Horison’s princip of internal
medicine,15 edition-CD room;2001
Lindawati, 2008, faktor yang berhubungan dengan persepsi perawat pelaksana
tentang upaya pencegahan infeski nosokomial di ruangan rawat inap RS Pusat
Pertamina Jakarta. thesis. PSIKM. UI diunduh dari http;//www.digilib.ui.ac.id.
Moleong, LI, 2010, Metodologi penelitian kualitatif, Rosadkarya, Bandung
Muslih, 2006, Faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial pada pasien pasca
operasi bersih di bangsal bedah RSUD Brebes, thesis. FKM, Undip.
Muzakar, 2005, Pengaruh lama waktu sterilisasi sinar Ultra Violet terhadap angka
kuman udara di ruangan operasi IBS RSUD dr.Moewardi. Surakarta. thesis.
FKM. Undip di unduh dari http;//www.fkm.undip.ac.id
Pandalin RSI Klaten, 2007, Buku panduan pedoman pengendalian infeksi nosokomial
di RSI Klaten, di unduh tanggal 12 Juli 2012, http://isniawahib.blogspot.com
Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit RSCM., Petunjuk Teknis Pengendalian
lnfeksi Nosokomial RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Edisi 2, 1999
Potter, P.A., Parry, A.G., 1993. Fundamental of Nursing, St Louis mosby Year Book.
Potter, 2006, Fundamental keperawatan, Jakarta, EGC
Ria, RW, 2009, Perbedaan Kejadian Infeksi Luka Operasi Berdasarkan
kategori Operasi pada Pasien Bedah yang diberikan Antibiotika Profilaks di
RS PKU Muhammadiyah KarangAnyar periode 1 Januari-31 Desember 2008,
skripsi, FK UMS, Surakarta
Rodhianto, 2008, infeksi luka operasi, (online),
(http;//dr.Suparyanto.blogspot.com/2011/03/Konsep_infeksi_luka-
operasi.html. diunduh tanggal 20 juli 2012
Roeshadi, DJ, Winarti, A, 1993, Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD
dr.Soetomo, Surabaya. Cermin Dunia kedokteran 82, 13-15
Roper Nancy, 1996, Prinsip-prinsip keperawatan, Yayasan Essential Medika dan
Andi, pertama, Yogyakarta, 1996
RSBL 2008, Buku pedoman pengendalian infeksi nosokomial di ruangan
operasi RSUD Cirebon,Cirebon. diunduh tanggal 12 Juli 2012
RSUD dr.Soetomo FK Unair, 1998, Naskah lengkap seminar nasional infeksi
nosokomial, Surabaya
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang, Profil Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang
2011, Padang
Setiardjo, 2009, Pengaruh penerapan SOP perawatan luka terhadap kesembuhan
luka operasi di RSUP dr.Kariadi Semarang. Tesis. FKM.Undip
Setiawati, 2009, Analisis faktor yang mempengaruhi ketaatan petugas kesehatan
melakukan hand higien dalam mencegah infeksi nsokomial. Tesis FIKUI,
Jakarta
SK Menkes no 270/MENKES/2007 tentang pedoman manajerial PPI di RS dan
fasilitas lainnya
Soeparman, dkk, 2001, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta,2001
Spiritia, 2006, Infeksi nosokomial dan kewaspadaan universal, diakses tanggal 10 juli
2012, http;//spiritia.or.id
Utama, HW, 2008, Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi
nosokomial. Diakses 2 juli 2012.http;//kliharry.wordpress.com
Utji, R, 1993, Pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit dr.Cipto Mangunkusumo
dengan sumber daya minimal. Cermin dunia kedokteran. 82, 5-7
WHO, 2002, Prevention of hospital acquired infection, a practical guide, 2nd edition
diunduh dari http;//www.who.int/emc
WHO, 2004 Prevention of hospital acquired infection, a practical guide, 2nd edition
diunduh dari http;//www.who.int/emc
Wiwik, Supratman, 2008, faktor yang berhubungan dengan prilaku kepatuhan perawat
dalam pencegahan infeski luka operasi di ruangan rawat inap RSUD
dr.Moewardi. Surakarta diunduh dari http;//www.fkm.undip.
www. spiritia. Or .id / Pencegahan infeksi nosokomial, diakses tanggal 12 Juli 2012
www.scribd. com / Ruangan kamar operasi, diakses tanggal 22 Juli 2012
Zulkarnain, H. I, 1999, Infeksi Nosokomial, Edisi Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi
ke III Jakarta, Fakultas Kedoktaran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai