Anda di halaman 1dari 31

Assalamualaikum wr.

wb
epistaksis

Suatu keadaan pendarahan dari hidung yang


keluar melalui lubang hidung akibat sebab
kelainan lokal pada rongga hidung ataupun
karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari
tubuh.
Bukan merupakan suatu penyakit tetapi
merupakan gejala dari suatu penyakit.
epistaksis

By :Kelompok 1
Epistaksis dibagi menjadi 2 :

Epistaksis anterior (mimisan depan)


terutama berasal dari bagian depan
hidung dengan asal perdarahan berasal
dari pleksus kiesselbach.
Menunjukkan gejala klinik yang jelas
berupa perdarahan dari lubang hidung.
Mimisan depan lebih sering mengenai
anak-anak
Penyebab :

Mengorek-ngorek hidung.
Terlalu lama menghirup udara kering,
misalnya pada ketinggian atau ruangan
ber-AC.
Terlalu lama terpapar sinar matahari.
Pilek atau sinusitis.
Membuang ingus terlalu kuat
Penanganan :

Penderita duduk di kursi atau berdiri,


kepala ditundukkan sedikit ke depan.
Tekan seluruh cuping hidung, tepat di
atas lubang hidung dan dibawah tulang
hidung.
Beri kompres dingin di daerah sekitar
hidung.
Setelah mimisan berhenti, tidak boleh
mengorek-ngorek hidung dan
menghembuskan napas lewat hidung
terlalu kuat sediktinya dalam 3 jam.
Epistaksis posterior umumnya berasal
dari rongga hidung posterior melalui
cabang arteri sfenopalatina.
Menunjukkan gejala yang tidak terlalu
jelas seperti mual, muntah darah, batuk
darah, anemia.
Mimisan belakang kebanyakan
mengenai orang dewasa.
Penyebab :
Hipertensi.
Demam berdarah.
Tumor ganas hidung atau nasofaring.
Penyakit darah seperti leukemia,
hemofilia, thalasemia dll.
Kekurangan vitamin C dan K, dll.
Penanganan :

Perdarahan pada mimisan belakang


lebih sulit diatasi. Oleh karena itu,
penderita harus segera dibawa ke
puskesmas atau RS.
faktor yang paling penting
dari epistaksis pada anak-
anak :
Trauma minor : mengorek hidung,
menggaruk, bersin, batuk atau
mengedan.
Mukosa hidung yang rapuh : terdapat
infeksi saluran napas atas,
pengeringan mukosa, penggunaan
steroid inhalasi melalui hidung.
Etiologi Epistaksis
Etiologi lokal

Trauma lokal misalnya setelah


membuang ingus dengan keras,
mengorek hidung, fraktur hidung atau
trauma maksilofasia lainnya.
Idiopatik yang merupakan 85% kasus
epistaksis, biasanya ringan dan
berulang pada anak dan remaja.
Tumor, baik tumor hidung maupun
sinus yang jinak dan yang ganas.
Tersering adalah tumor pembuluh
darah seperti angiofibroma dengan ciri
perdarahan yang hebat dan karsinoma
nasofaring dengan ciri perdarahan
berulang ringan bercampur lendir atau
ingus.
Etiologi lainnya

Iritasi gas atau zat kimia yang merangsang ataupun


udara panas pada mukosa hidung.
Keadaan lingkungan yang sangat dingin.
Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan
tekanan atmosfir yang tiba tiba.
Iatrogenik akibat operasi.
Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama.
Benda asing atau rinolit dengan keluhan
epistaksi ringan unilateral disertai Ingus berbau
busuk.
Etiologi sistemik
Hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler lainnya seperti
arteriosklerosis. Hipertensi yan
disertai atau anpa arteriosklerosis
rnerupakan penyebab epistaksis
tersering pada usia 60-70 lahun,
perdarahan biasanya hebat berulang
dan mempunyai prognosis yang kurang
baik.
Kelainan perdarahan misalnya
leukemia, hemofilia, trombositopenia
dll.
Infeksi, misalnya demam berdarah
disertai trornbositopenia, morbili,
demam tifoid dll.
etiologi sistemik lain
Lebih jarang terjadi adalah gangguan
keseimbangan hormon misalnya pada
kehamilan, menarke dan menopause.
Kelainan kongenital misalnya
hereditary hemorrhagic Telangieclasis
atau penyakit Rendj-Osler-Weber.
Peninggian tekanan vena seperti pada
ernfisema, bronkitis, pertusis,
pneumonia, tumor leher dan penyakit
jantung.
Pada pasien dengan pengobatan
antikoaglansia.
patofisiologis
Pada epistaksis anterior, perdarahan
berasal dari pleksus kiesselbach (yang
paling sering terjadi dan biasanya pada
anak-anak) yang merupakan anastomosis
cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri
sfeno-palatina, arteri palatine ascendens
dan arteri labialis superior.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal
dari arteri sfenopalatina dan arteri
ethmoidalis posterior.
Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien
usia lanjut yang menderita hipertensi,
arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler.
Perdarahan biasanya hebat dan jarang
berhenti spontan.
Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan
syok dan anemia, akibatnya dapat timbul
iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark
miokard, sehingga dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu pemberian infuse
dan tranfusi darah harus cepat dilakukan.
Pemeriksaan Diagnostik :

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi lengkap.
Fungsi hemostatis.
EKG.
Tes fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan foto hidung, sinus
paranasal, dan nasofaring.
CT scan dan MRI
Penatalaksanaan
Epistaksis
Kolaborasi Mandiri
a. Terapi simptomatis a. Tindakan mandiri
Umum perawat
b. Terapi Lokal b. Perawatan
c. Medika Mentosa
d. Pembedahan
Komplikasi
Sinusitis.
Septal hematom (bekuan darah pada sekat
hidung).
Deformitas (kelainan bentuk) hidung.
Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas
bawah).
Kerusakan jaringan hidung infeksi.
Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia,
anemia, aspirasi pneumonia.
Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi
septum.
Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia,
rinosinusitis, sindrom syok toksik,
Perforasi septum, tuba eustachius
tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau
lidokain).
Komplikasi embolisasi : Perdarahan
hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas,
paralisis fasialis, infark miokard.
Komplikasi ligasi arteri : kebas pada
wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.
Prognosis

Follow up
Edukasi pasien
Menghentikan perdarahan
Wassalamualaikum wr. wb

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai