Anda di halaman 1dari 24

Telaah Jurnal

IRON DEFICIENCY ANEMIA IN


INFANTS AND TODDLERS

Oleh:
Rafenia Nayani, S. Ked
Tiara Putri Ramadhani, S. Ked

Pembimbing: dr. Dewi Rosariah A., Sp.A


OUTLINE
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Diskusi
Telaah kritis
PICO VIA
Pendahuluan
Prevalensi anemia dan WHO: prevalensi anemia ADB pada bayi masih
anemia defisiensi besi kurang terdiagnosis
(ADB) tetap tinggi: usia 15% usia prasekolah pengambilan darah yang
lanjut dan masa kanan- di Korea (usia 6-59 dibutuhkan untuk
kanan bulan) pemeriksaan sulit

Tujuan mendeteksi ADB


ADB gg. fungsi pada usia dini, mengurangi Peneliti menyelidiki
neurokognitif dan dampak buruk defisiensi besi,. distribusi ADB sesuai usia
menilai karakteristik klinis
intoleransi olahraga bayi dan anak-anak dengan
(bulan) dan jenis kelamin
pentingnya deteksi dini dan menganalisis faktor
ADB yang berkunjung ke RS risiko ADB yang buruk
defisiensi besi Univ Inha dalam 17 tahun
terakhir
Bahan dan Metode
Total 1.782 pasien Data uji laboratorium dicatat Anemia didefinisikan dan
untuk pasien rawat inap yang dikelompokkan menurut
berkunjung ke kriteria WHO, tingkat
akan keluar pada hari
Departemen Anak RS tersebut dan untuk pasien
keparahan anemia
Univ Inha antara Jan didefinisikan menurut
rawat jalan pada kunjungan tingkat Hb pasien (ringan,
1997 Des 2013 kedua mereka sedang, berat)

Inklusi: 1.330 pasien Dari sampel darah vena, uji Parameter ADB: Elevasi
ADB berusia 6-23 bulan laboratorium untuk Hb, Ht, RDW 15%, kadar
Eksklusi: anak-anak MCV, MCH, RDW, feritin, dan feritin serum <12
dengan tingkat C- saturasi transferrin (besi / ng/mL, dan/atau
reaktif protein 5 kapasitas pengikatan besi saturasi transferrin (TS)
mg/dL total 100) dilakukan <16%.

Analisis statitstik: SPSS IBM versi


Dilakukan juga survei 19. perbandingan kelompok
Meninjau rekam medis berbasis kuesioner unpaired T-test. Analisis regresi
secara restrospektif terhadap pasien ADB di dan regresi berganda
Poliklinik Rawat Jalan stratifikasi faktor risiko anemia
berat. P< 0,05 signifikan
Hasil
Cont..
Cont..
Cont..
Diskusi
Karakteristik klinis ADB pada bayi dan anak kecil
ADB pada bayi lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan (M: F = 2.14: 1; usia <2
tahun).
Domellf dkk. pada usia 9 bulan, bayi laki-laki memiliki
tingkat Hb yang jauh lebih rendah dan menunjukkan risiko 10
kali lipat lebih tinggi untuk didiagnosis dengan ADB daripada
bayi perempuan.
alasan peningkatan risiko ADB pada bayi laki-laki adalah
tingkat pertumbuhan pra dan pasca kelahiran yang lebih
tinggi, peningkatan aktivitas eritropoietik janin yang
mengakibatkan keadaan penyimpanan zat besi rendah,
penyerapan zat besi lebih rendah, kehilangan zat besi usus
yang lebih besar, dan lebih sering terjadi infeksi pada anak
laki-laki dibanding perempuan
Prevalensi ADB tertinggi tercatat pada bayi berusia 9-12
bulan.
Hal ini disebabkan oleh pasokan besi yang tidak memadai
meski memiliki kebutuhan besi tinggi pada usia ini. Perkiraan
kebutuhan zat besi terserap selama tahun pertama bayi
berkisar antara 0,55 mg / hari dan 0,75 mg / hari. Namun,
setelah usia 6 bulan, mendapatkan cukup zat besi melalui
menyusui saja menjadi sulit.
Selain itu, karena sup beras mengandung besi rendah
biasanya diberikan pada bayi Korea pada tahap awal
penyapihan, bayi dapat dengan mudah mengalami defisiensi
zat besi.
Bayi BBLR umumnya dianggap sebagai kelompok risiko ADB
karena persediaan besi rendah saat lahir.
suplemen zat besi direkomendasikan untuk mereka
Bayi-bayi ini memiliki persyaratan zat besi yang lebih tinggi untuk
pertumbuhan tangkapan, dan bayi prematur harus menerima
suplemen unsur besi (2 mg / kg / hari) dari 1 bulan sampai 12
bulan.
Terkait dermatitis atopik (DA), karena banyak ibu dengan
bayi yang terkena DA ini cenderung menyusui, dengan
demikian terjadi kertebatasan dalam pilihan makanan.
Namun, terlepas dari prevalensi dermatitis atopik di Korea
(26,5% di antara 12-23 anak usia lanjut), hasil penelitian
menunjukkan bahwa dermatitis atopik bukanlah faktor
penyebab total ADB dan tidak berpengaruh pada risiko
anemia berat (OR, 1,38; 95% CI, 0,39-4,90).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prevalensi
ADB di Korea:
tingkat pemberian ASI meningkat dari 10,2% di tahun 2000
menjadi 45,6% pada tahun 2012, sementara penerapan
suplementasi zat besi belum mencukupi.
47% bayi yang disusui secara eksklusif membutuhkan waktu 2
bulan atau lebih untuk beradaptasi dengan penyapihan, dan
banyak makanan sapih buatan sendiri mengandung zat besi
rendah.
di Korea, kejadian BBLR meningkat dari 2,7% di tahun 1993
menjadi 5,6% di tahun 2010.
kepatuhan terhadap suplementasi zat besi rendah pada bayi
BBLR.
Asupan susu sapi yang tidak tepat tinggi (0,7 L / hari) setelah
bayi juga dapat menyebabkan ADB.
Keterbatasan penelitian:
studi pada rumash sakit berbasis tersier, mungkin ada
pilihan yang menjadi bias, dan keparahan penyakit
mungkin telah dibesar-besarkan.
studi ini didasarkan pada survei retrospektif catatan
medis, ada kekurangan informasi mengenai status
anemia ibu hamil prenatal, waktu penyapihan untuk
makanan, dan tingkat kenaikan berat badan
pascakelahiran.
Kehilangan tindak lanjut cukup besar, terutama pada
kelompok anemia ringan, dan dengan demikian,
evaluasi respons pengobatan bisa tidak akan selesai
dalam banyak kasus.
Kesimpulan:
sebagian besar anak-anak dengan ADB tidak ditindaklanjuti karena
banyak dokter tidak mempertimbangkan ADB menjadi masalah
kesehatan yang nyata. Dengan demikian, dokter harus
merekomendasikan suplementasi zat besi yang tepat kepada anak-
anak, terutama pada bayi dengan risiko lebih tinggi terkena
kekurangan zat besi.
Khususnya, bayi BBLSR perlu mendapat perhatian khusus untuk
memastikan kepatuhannya terhadap suplementasi zat besi. Dokter anak
harus mengumpulkan riwayat praktik pemberian makanan bayi yang
akurat (pemberian jenis makanan , waktu inisiasi penyapihan, dan isi
makanan yang disapih) selama kunjungan pemeriksaan kesehatan untuk
memungkinkan deteksi dini ADB, dan sebaiknya merekomendasikan tes
darah untuk bayi berisiko tinggi.
Selain itu, penilaian risiko studi prospektif dan terorganisir dengan baik
pada bayi dan anak kecil perlu ditingkatkan mengenai status gizi zat
besi dan untuk mengendalikan angka kejadian ADB.
Telaah Kritis
Evaluasi Jurnal
Latar Belakang: cukup memenuhi komponen-komponen yang
harusnya terpapar dalam latar belakang. Dalam latar
belakang dipaparkan prevalensi anemia dan ADB di
Korea. Tujuan penelitian juga sudah dituliskan dalam latar
belakang.
Tujuan Penelitian: peneliti telah memaparkannya secara
jelas, yakni untuk mendeteksi ADB pada usia dini dan
mengurangi dampak buruk kekurangan zat besi, penelitian
ini juga menilai karakteristik klinis bayi dan anak-anak
dengan ADB yang mengunjungi Rumah Sakit Universitas Inha
dalam 17 tahun terakhir.
Metode Penelitian: terdiri dari populasi dan subjek,
desain penelitian, sampel, tetapi tidak ada intervensi
karena penelitian menggunakan data rekam medis pasien
dan survei berbasis kuesioner. Analisis statistik pada
penelitian ini menggunakan IBM SPSS statistik software
versi 19. Unpaired t-test digunakan untuk perbandingan
kelompok, analisis regresi logistik dan regresi multipel
digunakan untuk mencari tau faktor risiko dari anemia
berat.
Hasil Penelitian: telah memenuhi komponen-komponen
yang harus ada dalam hasil penelitian jurnal. Pada hasil
penelitian disajikan dalam bentuk paragraf, tabel, dan
grafik.
PICO VIA
Population
Dari 1.782 pasien dengan anemia defisiensi besi yang
berkunjung ke Departemen Anak di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Inha antara bulan Januari 1997 dan Desember
2013, 1.332 pasien berusia 6 bulan 23 bulan dimasukkan
ke dalam penelitian.
Intervention
Penelitian ini hanya menggunakan data rekam medis
dan bersifat deskriptif, sehingga tidak dilakukan
intervensi pada subyek penelitian.
Comparison
Penelitian ini melakukan survei berbasis kuesioner terhadap
pasien anemia defisiensi besi rawat jalan di klinik hematologi
dan onkologi anak untuk mengumpulkan informasi mengenai: (1)
inisiasi pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang
terlambat usia pemberian MPASI awal > 6 bulan; (2)
penggunaan MPASI yang yang tidak mengandung besi-
fortifikasi; (3) pemilih soal makanan, atau bayi yang
membutuhkan lebih dari 1 bulan untuk penyapihan yang berhasil;
(4) riwayat minum susu sapi saat bayi (infant) (> 700 mL/hari) (5)
Gejala dan tanda ADB seperti pucat, pica atau pada malam
hari anak menangis dua kali atau lebih pada malam hari; dan
(6) tidak ada suplementasi zat besi pada bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR). Sehingga dengan pengisian kuesioner
tersebut dapat dilakukan penyelidikian faktor resiko apa yang
paking sering menyebabkan anemia defisiensi besi pada anak.
Outcome
ADB dominan pada anak laki-laki (2.14 : 1) selama masa
kanak-kanak dan anak usia dini. Kejadian ADB puncak
tercatat di antara bayi berusia 9-12 bulan. Hanya 7%
pasien yang menunjukkan gejala ADB, sementara 23,6%
pasien dengan ADB parah menunjukkan gejala / tanda
klasik ADB. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dengan
ADB menunjukkan kepatuhan rendah terhadap suplementasi
zat besi. Dalam analisis multivariat, pemberian ASI
berkepanjangan tanpa besi-fortifikasi (odds ratio [OR]
5.70), dan BBLR (OR 6.49) diidentifikasi sebagai faktor
risiko anemia berat.
Study validity
Is the research question well-defined that can be answered using this study design?
Ya. Penelitian dengan menggunakan desain penelitian retrospektif ini dapat menjawab
tujuan utama dari dilakukannya penelitian, yaitu untuk mendeteksi ADB pada usia dini
dan mengurangi dampak buruk kekurangan zat besi, penelitian ini juga menilai
karakteristik klinis bayi dan anak-anak dengan ADB yang mengunjungi Rumah Sakit
Universitas Inha dalam 17 tahun terakhir.
Research Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
questions Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dari 1.782 pasien yang
berkunjung ke Departemen Anak Rumah Sakit Universitas Inha antara bulan Januari
1997 dan Desember 2013, 1.330 pasien anemia defisiensi besi berusia 6 23 bulan
dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and researchers?
Ya, pada penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang sesuai dengan
Randomization
kriteria inklusi yaitu anak berusia 6 bulan hingga 23 bulan dengan ADB.

Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by others?


Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of treatment?
Tidak ada intervensi pada subyek penelitian ini karena peneliti menggunakan data
Interventions and
co-interventions rekam medis.
Importance

Is this study important?


Ya, penelitian ini penting untuk dilakukan. Telah diketahui
penyakit ADB dikaitkan dengan gangguan fungsi
neurokognitif dan intoleransi olahraga, dan hubungan
tersebut terjadi bahkan setelah pengobatannya berhasil.
Oleh sebab itu perkembangan defisiensi besi sangat penting
selama masa infantil dan masa kanak-kanak ketika tingkat
perkembangan mengalami perkembangan yang pesat,
terutama pada otak, dapat meningkatkan kerentanan
terhadap kerusakan akibat ADB. Penelitian ini penting untuk
mengetahui faktor resiko apa saja yang dapat
menyebabkan ADB pada anak sehingga dapat membantu
dalam alur diagnosis ADB di kemudian hari.
Applicability

Are your patient so different from these studied


that the results may not apply to them?
Tidak. Pasien pada penelitian ini cukup menggambarkan
populasi pasien di Indonesia. Penjelasan mengenai sampel
penelitian dijelaskan dengan baik di dalam jurnal. Oleh
karena itu penelaah berkesimpulan bahwa hasil penelitian
ini dapat digeneralisasikan.
Is your environment so different from the one in
the study that the methods could not be use there?
Tidak, penelitian dengan metode penelitian ini dapat
diterapkan di Indonesia.
Kesimpulan:
Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan
sehingga jurnal ini dapat digunakan sebagai
referensi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai