Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

ANESTESI BLOK SUBARAKNOID PADA TINDAKAN


DEBRIDEMENT DAN INCISI DRAINAGE PASIEN DENGAN ABSES
REGIO PEDIS DEXTRA

Oleh : Frans R Sihombing


Pembimbing : dr Duma Siahaan, Sp.An KIC
ANESTESI UMUM
Keadaan tidak sadar tanpa nyeri yang reversible akibat
pemberian obat-obatan, serta menghilangkan rasa sakit
seluruh tubuh secara sentral

ANESTESI REGIONAL
Anestesi pada sebagian tubuh, keadaan bebas nyeri tanpa
kehilangan kesadaran. terbagi atas spinal anestesi
(anestesi blok subaraknoid), epidural anestesi dan blok
perifer.
Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk
dimana didalamnya terdapat nanah yang terbentuk
sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri
berbahaya yang menyebabkan infeksi.
Abses terbentuk jikalau tidak ada jalan keluar
nanah/pus sehingga nanah/pus tadi terperangkap
dalam jaringan dan terus membesar
TINJAUAN PUSTAKA

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah


(netrofll yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing
(misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Manifestasi Klinis
Nyeri
Nyeri Tekan
Teraba Hangat
Pembengkakan
Kemerahan
Demam.
PATOFISIOLOGI

Organisme atau benda asing membunuh sel-sel


lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan
sitokin.
Sitokin memicu sebuah respon inflamasi
(peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah
besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut
dan meningkatkan aliran darah setempat.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan
tubuh dapat melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi
rongga tersebut
PENATALAKSANAAN

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk


mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila
disebabkan oleh benda asing, karena benda asing
tersebut harus diambil.
Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil
absesnya, bersamaan dengan pemberian obat
analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan
pembedahan diindikasikan apabila abses telah
berkembang dari peradangan serosa yang
keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
PENATALAKSANAAN ANESTESI

Definisi
Anestesi blok saubaraknoid atau biasa disebut anestesi
spinal adalah tindakan anestesi dengan memasukan
obat analgetik ke dalam ruang subaraknoid di daerah
vertebra lumbalis yang kemudian akan terjadi hambatan
rangsang sensoris mulai dari vertebra thorakal.
Indikasi
Untuk Pembedahan
Daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T4 kebawah
(daerah papila mamae kebawah). Dengan durasi
operasi yang tidak terlalu lama, maksimal 2-3 jam.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada teknik anestesi
subaraknoid blok terbagi menjadi dua
yaitu kontraindikasi absolut dan relatif.
Kolumna Vertebralis
Susunan Anatomi ligament vertebra
PERSIAPAN ANESTESI SPINAL

Informed consent

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium
anjuran
PERSIAPAN YANG DIBUTUHKAN SETELAH PERSIAPAN PASIEN
ADALAH PERSIAPAN ALAT DAN OBAT-OBATAN

Satu set monitor untuk memantau tekanan darah, Pulse oximetri,


EKG.
Peralatan resusitasi / anestesia umum.
Jarum spinal. Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing, quincke bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil
(pencil point whitecare), dipersiapkan dua ukuran. Dewasa 26G
atau 27G
Betadine, alkohol untuk antiseptic.
Kapas/ kasa steril dan plester.
Obat-obatan anestetik lokal.
Spuit 3 ml dan 5 ml.
Infus set.
OBAT-OBATAN PADA ANESTESI SPINAL

Terdapat dua golongan besar pada obat anestesi local


yaitu golongan amida dan golongan ester.
Mekanisme kerja anestesi local ini adalah menghambat
pembentukan atau penghantaran impuls saraf. Kerjanya
adalah mengubah permeabilitas membrane pada kanal
Na+ sehingga tidak terbentuk potensial aksi yang
nantinya akan dihantarkan ke pusat nyeri.
TEKNIK ANESTESI SPINAL

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan


tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan.
Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa di pindah
lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.
Tusukan Medial dan Paramedial
MASALAH KLINIS PADA ANESTESI SPINAL

Jarum terasa sudah menembus bagian yang


seharusnya tetapi belum ada cairan yang keluar
Terdapat darah yang keluar melalui jarum
Pasien merasa nyeri tajam di kaki
Jarum terasa menusuk tulang
KOMPLIKASI TINDAKAN ANESTESI SPINAL
Komplikasi Kardiovaskular
Blok Tinggi atau Total
Komplikasi Sistem Respirasi
Komplikasi Gastrointestinal
Nyeri Kepala (Puncture Headache)
Komplikasi Traktus Urinarius
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. I.G.N.S


Umur : 36 tahun
Alamat : Skyland
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Agama : Hindu
Pekerjaan : PNS
Suku Bangsa : Bali
Ruangan : Kelas I
Tanggal masuk rumah sakit : 03 Januari 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri di telapak kaki kanan
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan luka tertusuk paku pada telapak
kaki sebelah kanan yang di alami kurang lebih 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri (+), bengkak (+) darah (-),
pus (+), merah (+). Menurut keterangan pasien saat pertama
kali tertusuk paku pasien tidak langsung datang ke rumah sakit
untuk membersihkan luka, tetapi pasien hanya kompres luka
dengan air hangat di rumah.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat penyakit kardiovaskular : Disangkal
Riwayat penyakit pernapasan (asma, TBC) : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita sakit seperti pasien
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan : Disangkal

Riwayat alergi minuman : Disangkal

Riwayat alergi obat : Disangkal


PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 170 kg
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, teratur, kuat angkat, terisi penuh.
Respirasi : 20 x/menit
Suhu badan : 36,8 C
Kepala : Normocephali, jejas (-), Oedema (-)
Mata : Sekret (-/-), Conjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-)
Telinga : Deformitas (-/-), perdarahan (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
JVP dalam batas normal,
trakea ditengah, malampati score 1
Thoraks
Paru - Paru
Inspeksi : Gerak dada simetris (+/+),
retraksi dinding dada (-/-), jejas (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri simetris.
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri.
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
Suara ronki (-/-), suara wheezing (-/-).
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 1 cm ke medial linea
mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
Perkusi :
Batas atas : ICS II alinea parasternalis sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V 2 cm ke lateral linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, jejas (-).
Auskultasi : Bising usus (+) 2-4 kali/menit.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit normal,
massa (-).
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Perkusi : Tympani, Shifting dullnes (-).
Ekstrimitas

Superior : Akral teraba hangat (+/+), sianosis (-/-),


oedem (-/-)
Inferior : Akral teraba hangat (+/+), sianosis (-/-),
oedem (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 03 Januari 2016

Pemeriksaan Hasil
Hb 15,5 g/dl
Leukosit 14.08 x103 /ul
Trombosit 269.000/ul
CT 0200
BT 0900
STATUS ANESTESI

PS.ASA : PS ASA 1 (pasien dalam keadaan normal dan


sehat)
Hari/Tanggal : Rabu, 06 januari 2016
Persiapan operasi : inform consent (+), SIO (+)
Makan terakhir : 9 jam sebelum operasi
Berat badan : 80 kg
Tanda tanda vital : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, regular,
kuat angkat, terisi penuh
SpO2 : 100 %
Airway : Bebas, O2 nasal 2-3 lpm
Look : Terlihat gerak dada sesuai irama nafas
Feel : Terasa hembusan nafas pasien
Listen : Terdengar hembusan nafas pasien, pasien bicara spontan.
Gerak otot nafas tambahan (-)
B1
Breathing : Nafas spontan, RR : 20 kali/menit, pergerakan dada simetris,
retraksi (-), perkusi sonor, suara napas vesikuler (+/+), suara ronkhi (-/-),
suara wheezing (-/-).

B2 Perfusi : Hangat, Kering, Merah. Capillary refill time < 2 detik,


TD : 120/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat, terisi penuh,
BJ I-II regular, Murmur (-).
B3 Kesadaran: Compos mentis, GCS: 15 (E4V5M6),
pupil : Bulat, isokor, ODS 3 mm, refleks cahaya (+/+),
riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-).
B4 Terpasang DC, produksi urin pre operasi 50 cc, warna
kuning jernih
B5 Abdomen : Perut tampak datar, Palpasi : nyeri tekan (-),
Perkusi : tympani, Auskultasi : BU (+) 2-4 kali/menit.
B6 Akral hangat (+), edema (+) pada regio pedis dextra,
fraktur (-)
LAPORAN ANESTESI
Ahli Anestesiologi : dr. D.S, Sp.An KIC
Ahli bedah : dr. B.P, Sp.B
Jenis Pembedahan : Incisi drainage + debridement
Lama operasi : 09.00 09.30 (30 menit)
Jenis anestesi : Blok subaraknoid (blok spinal)
Anestesi dengan : Bupivacain 0,5 % 20 mg
Teknik anestesi :
Pasien duduk di meja operasi dan kepala menunduk.
Dilakukan aseptic di sekitar daerah tusukan yaitu di regio
vertebra lumbal 3-4.
Dilakukan blok subaraknoid (injeksi Bupivacain 0,5% 15 mg)
dengan jarum spinal no. 27 pada regio vertebra antara
lumbal 3-4, cairan serebrospinal keluar (+) jernih, darah (-)
dilakukan blok.
Pernafasan : Spontan
Posisi : Tidur terlentang
Infus : Pada tangan kanan, IV line abocath 18 G,
Cairan RL 500 cc.
Penyulit pembedahan : -
Obat yang digunakan :
Premedikasi : -
Induksi dan maintenance :
Bupivacain 0,5 % ( 15 mg)
Pengakhiran anestesi : -
Medikasi :
Durante operasi :
Efedrin 5 mg
Ranitidine 1 ampul (50 mg)
Ondansentron 1 ampul (4 mg)
Antrain 1 ampul (1 g)
LAPORAN PEMBEDAHAN

Ahli bedah : dr. B P, Sp.B


Ahli anestesi : dr. D S, Sp.An KIC
Diagnosa pre bedah : Abses regio pedis dextra
Diagnosa pasca bedah : Post incisi drainage +
debridement abses regio pedis
dextra
Tanggal operasi : 06 januari 2016
Laporan operasi : - Pasien terlentang dalam anestesi spinal.
- Antiseptic dan antisepsis daerah operasi.
- Dilakukan debridement pada plantar pedis
dextra.
- Dilakukan kuretase
- Cuci dengan betadine + H2O2 3 %.
- Bilas dengan NaCl 0,9 %.
- Tutup luka, pasang drainage kasa.
- Operasi selesai.
DIAGRAM OBSERVASI
Chart Title
160

140

120

100

80

60

40

20

0
8.5 8.55 9 9.05 9.1 9.15 9.2 9.25 9.3
Nadi Sistole Diastole
Terapi cairan
Pre Operatif
Kebutuhan cairan harian : 40 50 cc/KgBB/hari
40 x 80 = 3200 cc/hari - 50 x 80 = 4000 cc/hari

Kebutuhan cairan per jam :


3200 cc : 24 = 133,3 cc/jam 4000 cc : 24 =166,6 cc/jam

Kebutuhan cairan untuk pengganti 9 jam puasa :


133,3 cc x 9 jam = 1199,7 cc 166,6 cc x 9 jam = 1499,4 cc
Input = replacement cairan pre-op = 1000 cc (RL 2 kolf).
Durante Operasi

Estimate Blood Volume (EBV) : 70 cc x KgBB


70 cc x 80 Kg = 5600 cc

Jumlah perdarahan 300 cc

Estimate Blood loss (EBL) 300 cc : 5600 x 100 % = 5,35 %

(perdarahan kelas 1 = < 15 %)


Maintanance (Operasi kecil)
Prediksi cairan yang hilang selama operasi dapat
dihitung dari jenis operasi x BB.
Operasi kecil : 4 - 6 ml x BB
Operasi sedang : 6 - 8 ml x BB
Operasi besar : 8 - 10 ml x BB
4 6 cc/KgBB/jam = 320 cc/jam 480 cc/jam
Kebutuhan cairan selama operasi berlangsung (30 menit)
160 cc 240 cc/30 menit.
REPLACEMENT
Perdarahan 300 cc jika di gantikan kristaloid
2 4 x kristaloid = 600 cc 1200 cc
Jadi total kebutuhan cairan durante operasi :
30 menit ( 4 cc/80kg/jam ).
160 cc + 600 cc = 760 cc
160 cc + 1200 cc = 1360 cc
30 menit ( 6 cc/80kg/jam ).
240 cc + 600 cc = 840 cc
240 cc + 1200 cc = 1440 cc
Input :
RL 1500 cc

Output :
Urine : 50 cc
Perdarahan : 300 cc
Post Operatif
Kebutuhan :
Tanggal 06 januari 2016 jam 09.30 wit s/d 07 januari
2016 jam 09.30 wit :
Volume : 40 50 cc/kgBB/hari
= 3200 4000 cc/hari
Actual diberikan :
Cairan RL 3000 cc
Tanda - tanda vital pada akhir pembedahan :
Tekanan darah : 110/59 mmHg
Nadi : 81 x/menit, reguler,
kuat angkat, terisi penuh
Respirasi : 18 x/menit.
Suhu Badan : 36.6C
SpO2 : 100 %
Instruksi Post Operasi
IVFD RL 3000 cc/24 jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr
Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Ranitidine 3 x 50 mg
Inj. Antrain 2 x 1 gr
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang preoperatif, sehingga
ditentukan status fisik pasien yaitu, pasien
ditetapkan pada klasifikasi PS ASA I yaitu pasien
sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
Pada pasien ini kemudian dilakukan operasi
debridement + incise drainage pada tanggal 06
januari 2016 dan dilakukan anestesi blok
subaraknoid dengan bunascan 0,5 % pada posisi
duduk antara vertebra L3-L4.
Isi dari obat Bunascan 0,5 % adalah bupivakain HCL.
Bupivakain lebih dipilih untuk induksi karena lama
kerjanya lebih panjang 2-3 kali dibanding mepivacaine
yaitu selama 3-8 jam
Pemilihan jenis anestesi pada pasien ini dianggap sudah
tepat karena relatif murah, pengaruh sistemik minimal,
menghasilkan analgesi adekuat dan memiliki kemampuan
mencegah respon stress.
Juga memiliki beberapa keuntungan antara lain komplikasi
terhadap jantung, otak dan paru minimal, serta relaksasi
otot dapat maksimal pada daerah yang terblok sementara
pasien dalam keadaan sadar.
Pada pre operasi pasien diberikan terapi cairan RL
sebanyak 1000 cc guna resusitasi pre operatif. Saat
durante operasi selama 30 menit dengan perdarahan
sebanyak 300 cc, pada pasien diberikan terapi
cairan RL 500 cc.
Pada kasus ini pemberian cairan belum mengikuti
protokol dikarenakan belum memenuhi kebutuhan
cairan pasien.
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda-tanda
hipotensi saat observasi selama tindakan
operasi. Sehingga, monitoring tekanan darah
setiap 5 menit harus dilakukan.
Mengetahui penurunan tekanan darah yang
bermakna sangat dibutuhkan dan harus
dilakukan saat durante operasi.
Selain hipotensi salah satu komplikasi anestesi
spinal adalah mual-muntah, pada pasien ini
diberikan ranitidin dan ondansentron.
Ranitidin merupakan golongan obat antihistamin
reseptor 2 (AH2).
Mekanisme kerja ranitidin yaitu menghambat
reseptor histamin 2 secara selektif dan reversibel
sehingga dapat menghambat sekresi cairan
lambung.
Setelah operasi pasien dipindahkan ke ruangan
recovery room, selama di ruangan tersebut
pasien diberikan cairan infus dengan melihat
kebutuhan volume cairan dan terapi cairan
yang diberikan pada pasien ini, maka
kebutuhan volume cairan per hari terpenuhi
dengan jumlah cairan yang diberikan post
operatif.
KESIMPULAN

Pasien laiki-laki berumur 36 tahun, dilakukan operasi


debridement + incise drainage dengan anestesi blok
subaraknoid.
Pasien digolongkan pada PS ASA I karena pasien dalam keadaan
normal dan sehat.
Pada penatalaksaan anestesi dalam kasus ini, digunakan jenis
anestesi regional berupa sub araknoid blok (anestesi spinal)
kerana memberiakn kondisi operasi yang sangat baik untuk
operasi di bawah umbilicus.
Bupivacaine 0,5% 15 mg digunakan dalam
kasus ini karena lama kerjanya lebih panjang
dari lidokain serta mula kerjanya lebih cepat
dibanding tetrakain.
SARAN
Penatalaksanaan anestesi perlu dilakukan
dengan baik mulai dari pre anestesi,
tindakan anestesi hingga observasi post
operasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai