Anda di halaman 1dari 34

Rheumatoid Arthritis

komplikasi Gastritis

Meta Emilia Surya Dharma


1721012004
Pharmacist Pasien Database
Patient Description
Name SHK
Age 55 Years Old
Gender Female
Race Korean
RN 21012004
Ward B1-44
DOA 12/10/17

Chief Complient (CC)


mual, muntah, nyeri di ulu hati, nafsu makan berkurang dan perut
terasa kembung.
History of Present Illness
Pasien datang dengan keluhan nyeri di ulu hati
yang hebat, nyeri semakin terasa setelah sekitar
jam setelah meminum obat yang digunakan untuk
mengatasi gangguan sendi sejak 2 hari yang lalu.

Past Medical History


Natrium Diklofenak 50 mg tds

Social History
Farmer
Medical History Interview
Muscle and Bones: Arthritis
Gastrointestinal : Ulcer
Laboratory Data

Diagnose:
Chronic Ulcer induceed by NSAID
Patofisiologi
Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis merupakan suatu keadaan kronik


atau penyakit autoimun yang mengakibatkan inflamasi
dalam waktu yang lama pada sendi

Penyakit autoimun: penyakit yang terjadi ketika jaringan


tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri

Berdasarkan studi, lebih banyak terjadi pada wanita


dibandingkan pria dengan rasio 3 : 1.
EPIDEMIOLOGI
Rheumatoid arthritis di dunia penyebarannya sekitar 1-2 %.Meningkat
sesuai dengan umur, pada wanita yang berumur lebih dari 55 tahun sekitar
5 %. Rheumatoid merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan
kecacatan & ketidakmampuan. Kerusakan sendi sudah mulai terjadi pada
enam bulan pertama terserang, cacat terjadi setelah dua hingga tiga tahun
bila tidak diobati.
Patofisiologi
Tahap 1:
Antigen mempresentasikan phagocytes antigen

Tahap 2:
Antigen dipresentasikan pada limfosit T. Limfosit T menempel
pada antigen pada bagian kompleks histokompatibilitas utama
dinding sel yang menyebabkan aktivasi.

Tahap 3:
Sel T yang teraktivasi merangsang produksi limfosit T dan B,
menyebabkan peradangan.

Tahap 4:
Sel T yang diaktivasi dan faktor pelepasan makrofag yang
meningkatkan kerusakan jaringan, meningkatkan aliran darah,
dan mengakibatkan invasi seluler ke jaringan sinovial dan cairan
sendi. (Ag, antigen, PMN, leukosit polimorfonuklear).
Perbedaan Rheumatik Arteritis
dengan Osteoarteritis:
Lokasi Rheumatik Osteo
Nyeri Artritis arteritis
Leher Sering Sangat sering

Bahu Jarang Sering

Siku Sering Jarang

Pinggul Jarang Sangat sering

Pergelangan Sering Sering


tangan
Tangan Sangat sering Sangat sering

Lutut Sering Sangat sering

Kaki Sangat sering Jarang

Pergelangan kaki Sangat sering Jarang11


12
STADIUM RHEMATOID ARTHRITIS
Gastritis

adalah proses inflamasi pada mukosa dan


submukosa lambung atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Hirlan, 2009)
Ketika seseorang mengalami infeksi atau peradangan,
tubuh akan memberikan reaksi protektif.

Reaksi protektif diawali dengan asam arachidonat yang


merangsang pengeluaran prostaglandin melalui bantuan
enzim siklooksigenase (COX)

COX 1 akan mencegah kerusakan akibat asam lambung


yang meningkat ketika terjadi infeksi atau peradangan,
selain itu trombosit akan bergerak ke daerah peradangan
untuk mencegah terjadinya pendarahan

Sebaliknya, COX 2 akan mengaktivasi sel darah putih


yang mengekskresikan zat radang penyebab nyeri,
panas dan kemerahan pada lokasi infeksi.

Obat NSAID non selektif akan menghambat COX 1 dan


COX 2, sehingga ketika COX 1 dihambat, maka terjadi
efek samping ulkus atau pendarahan pada lambung.
Obat golongan NSAIDs bersifat sedikit asam, sehingga obat ini tidak
terion dalam lambung menyebabkan proses absorsi yang menghambat
produksi prostaglandin E-1. Sementara prostaglandin E-1 bermanfaat
dalam melancarkan aliran darah, menghasilkan mukus, dan
menghambat sekresi HCl.
Diagnosa
Diagnosa RA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


-Gejala klinis
-Rontgenologik
-Pemeriksaan Lab
-Anti Nuclear Antibody

Pemeriksaan Khusus :
-Faktor Rematoid (tes Rose Waaler)
-LED & C-reaktive protein
-Foto sendi yang terkena
22
Diagnosa RA
Faktor rheumatoid (RF) terdeteksi pada 60% sampai
70%. Rematoid Faktor (RF) bukan spesifik untuk
penyakit Rheumatoid Arthritis, tetapi merupakan marker
unt uk mem per kir akan ber at t idaknya penya kit
Rheumatoid Arthritis

Antibodi peptida anticyclic citrullinated (anti-PKC)


memiliki sensitivitas yang sama terhadap RF (50%
sampai 85%) namun lebih spesifik (90% sampai 95%)
dan hadir pada tahap awal.

Peningkatan laju sedimentasi eritrosit serta C-Reactive


Protein (CRP) yang meningkat.
Diagnosa Gastritis
Studi sekretensi asam lambung
Konsentrasi gastrin serum puasa hanya
direkomendasikan untuk pasien yang tidak
responsif terhadap terapi, atau untuk
orang-orang yang diduga menderita
penyakit hypersecretory
Hematokrit dan hemoglobin rendah
dengan perdarahan, dan tes hemotrofi
tinja positif
Tes Untuk Helicobacter pylori
Tes diagnostik lainnya
Endoskopi atas serat optik
(esophagogastroduodenoscopy) mendeteksi
lebih dari 90% ulkus peptik dan memungkinkan
pemeriksaan langsung, biopsi, visualisasi erosi
superfisial, dan lokasi pendarahan aktif
Barium tunggal rutin Teknik kontras mendeteksi
30% ulkus peptik; Radiografi kontras ganda
yang optimal mendeteksi 60% sampai 80%
ulkus
Farmakoterapi
DMARD
Obat -obat yang dapat digunakan untuk
gastritis, antara lain:
Pemberian obat yang dapat menghambat
sekresi HCl yaitu senyawa penghambat
reseptor H-2 seperti Ranitidin, femotidin
roxatidin dan nizatidin.
Obat obat yang dapat mencegah
terbentuknya ion H+ dibagian mukosa
lambung sehingga pembentukan HCl dapat
dicegah, contoh obatnya omebrazol dan
Lansoprazol.
H2 Bloker
Penggunaan obat antagonis reseptor H2 digunakan untuk
menghambat sekresi asam lambung yang dikatakan efektif bagi
menghambat sekresi asam nokturnal. Strukturnya homolog dengan
histamin.

Mekanisme kerjanya secara kompetitif memblokir perlekatan


histamin pada reseptornya sehingga sel parietal tidak dapat
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Inhibisi bersifat
reversibel (Finkel,2009).
Proton Pump Inhibitor
Lansoprazole
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H+ATPase
(pompa proton) yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan
energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCl dari
kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung sehingga
menyebabkan pengurangan rasa sakit.
Dosis : 30 mg
Frekuensi : 2x sehari
Durasi : 2 bulan
Kontraindikasi :
Interaksi :-
Efek samping :
COX -2 Inhibitor

Celecoxib (Celebrex)
Mekanisme aksi : menghambat enzim siklooksigenase
selektif pada COX -2 yang bertanggung jawab mengubah
asam arakidonat menjadi prostagandin yang menjadi
mediator nyeri/radang
Dosis : 200 mg
Frekuensi : 1x jika terasa nyeri.
Durasi : sampai rasa nyeri sudah teratasi.
Kontraindikasi : reaksi alergi terhadap sulfonamid,
aspirin, dan NSAID lain; asma, urtikaria.
Interaksi :-
Efek samping : gangguan kardiovaskular
Ternyata penghambatan secara selektif terhadap COX-2
juga memunculkan masalah lain.
Diketahui bahwa selain prostaglandin, COX-1 juga
mengkatalisis pembentukan tromboksan A2, suatu
senyawa dalam tubuh yang berperan dalam pembekuan
darah dan bersifat vasokonstriktor (menyebabkan
penyempitan pembuluh darah).
Ketika COX-1 dibiarkan tidak terhambat, maka
pembentukan tromboksan jalan terus, dan ini ternyata
dapat menyebabkan meningkatnya risiko terbentuknya
gumpalan-gumpalan darah kecil (blood clots) yang dapat
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah. sehingga
terjadi gangguan kardiovaskuler.
H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali,
Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800
mg/kali). Dikonsumsi 30-60 menit sebelum
makan.
PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali,
Lansoprazole 30 mg/kali).
Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan.

Anda mungkin juga menyukai