Oleh:
Mawar Rahmah Anggraini
Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dari sisi budaya, etnis, bahasa, dan
agama.
Dari sisi agama, di negara ini hidup berbagai agama besar di dunia, yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Pada Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 menunjukkan angka yaitu 88.5%
pemeluk islam, 5.79% Kristen, 3.08% Katolik, 1.73% Hindu, 0.60% Buddha, 0.10%
Konghucu, dan 0.12% lainnya. Sensus demographi keagamaan terakhir yang dilakukan
pada tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa dari total
237.641.326 penduduk Indonesia mayoritas 87.8% adalah muslim diikuti Kristen-
Katolik 10%, Hindu 2%, Buddha 0.72%, Konghucu 0.05% dan lainnya 0.50%.
Pengertian Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan
kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai
pengakuan hak-hak asasi manusia.
Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan
kelembutan.
Pluralisme secara istilah adalah suatu sikap yang mengakui dan sekaligus menghargai,
menghormati, memelihara dan bahkan mengembangkan atau memperkaya keadaan
yang bersifat plural, jamak dan banyak itu.
Secara filosofis, istilah pluralisme beragama menunjukkan pada suatu teori dengan
hubungan antar berbagai konsepsi, persepsi dan respon tentang ultim yang satu, realitas
ketuhanan yang penuh dengan misteri.
Konsep Pluralisme menurut Alwi Shihab:
Oleh karena itu pluralisme agama diakui sebagai dasar pijakan pengakuan
eksistensial pluralitas agama bagi pencarian titik temu antar agama berdasarkan adanya
kesamaan melalui nilai kemanusiaan universal dalam setiap agama.
Tiga temu yang berkaitan dengan tantangan Pluralisme menurut Harold Coward:
1. Pluralisme dapat dipahami dengan baik dan paling logis, jika dapat memakai yang
satu terwujud dalam yang banyak, pada hakekatnya Tuhan hanya satu dan sama
bagi semua agama.
3. Spiritualitas dikenal dan diabsahkan melalui pengenaan kriteria sendiri pada agama-
agama lain. Sebab bagaimanapun, pluralisme akan selalu menuntut saling membagi
pemahaman particular kita dan ini akan memperkaya rohani serta memperkuat
keyakinan terhadap agama sendiri.
Toleransi Umat Beragama Dalam Masyarakat
Pluralisme
Di Indonesia dalam peraturan undang-undang disebutkan pada pasal 29 ayat 2 yang
berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya
itu". Hal ini jelas bahwa negara sendiri menjamin penduduknya dalam memilih dan
memeluk agama atau keyakinannya masing-masing serta menjamin dan melindungi
penduduknya di dalam menjalankan peribadatan menurut agama dan kepercayaan
masing-masing.
Dua kelompok masyarakat beragama dalam masyarakat pluralisme:
1. Toleransi beragama pasif, yakni sikap menerima perbedaaan sebagai sesuatu yang
bersifat faktual.
2. Toleransi beragama aktif, yakni toleransi yang melibatkan diri dengan yang lain di
tengah perbedaan dan keragaman. Toleransi aktif merupakan ajaran semua agama.
Hakekat toleransi adalah hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai di
antara keragaman. Secara teknis pelaksanaan sikap toleransi beragama yang
dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan kebebasan dan
kemerdekaan menginterprestasikan serta mengekspresikan ajaran agama masing-
masing.
Kesimpulan
1. Secara garis besar toleransi berarti pemberian tempat yang luas bagi keberagaman
dan perbedaan yang ada pada individu atau kelompok-kelompok lain. Oleh sebab
itu, perlu ditekankan bahwa tidak benar bilamana toleransi dimaknai sebagai
pengebirian hak-hak individu atau kelompok tertentu untuk disesuaikan dengan
kondisi atau keadaan orang atau kelompok lain, atau sebaliknya mengorbankan
hak-hak orang lain untuk dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi kelompok
tertentu.
2. Toleransi beragama tidak berarti bahwa seseorang yang telah mempunyai
keyakinan kemudian berpindah atau merubah keyakinan-nya untuk mengikuti dan
berbaur dengan keyakinan atau peribadatan agama-agama lainnya (sinkretisme); tidak
pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua agama/ kepercayaan; melainkan
bahwa ia tetap pada suatu keyakinan yang diyakini kebenarannya, serta memandang
benar keyakinan orang lain, sehingga dalam dirinya terdapat kebenaran yang
diyakininya sendiri menurut suara hatinya sendiri yang tidak diperoleh atas dasar
paksaan orang lain atau diperoleh dari pemberian orang lain.
3. Masyarakat pluralisme terpola oleh keragaman budaya termasuk keragaman agama.
Di dalam perjalanannya, agama-agama yang muncul dalam masyarakat multikultural
kemudian dipahami oleh umatnya. Di antara mereka, ada yang memahaminya secara
rasional an sich dan ada pula yang memahami-nya secara irrasional atau mistis.
Dampak heterogenitas agama ini bisa menmunculkan konflik di antara umat berbeda
agama. Toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakn keseimbangan dan kohesi sosial
dalam masyarakat pluralisme.
Saran
Saya sebagai penulis, menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk
meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama dalam masyarakat plural di
Indonesia. Perbedaan agama dan keyakinan adalah suatu anugerah dari Tuhan yang
menjadikan Indonesia luar biasa dan jangan disalah gunakan sebagai alasan untuk
perpecahan. Maka dari itu, sifat toleransi terutama toleransi beragama dalam
masyarakat perlu ditanamkan tak terkecuali pada penulis sendiri agar terciptanya
kedamaian dalam bermasyarakat.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH...