Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN DAN MASALAH PADA

PASIEN GERIATRI
CRESENTIA IRENE ISKANDAR
102014161 / B4
SKENARIO

• Perempuan 70 tahun diantar berobat ke poliklinik


dengan keluhan tidak dapat menahan kencing
sehingga sering ngompol sebelum sampai ke WC
sejak 3 minggu yang lalu.
IDENTIFIKASI ISTILAH

•-
RUMUSAN MASALAH

• Perempuan 70 tahun tidak dapat menahan


kencing
MIND MAP

Anamnesis

Tatalaksana Pemeriksaan fisik

Perempuan 70
tahun tidak dapat
menahan Pemeriksaan
Nutrisi geriatri kencing penunjang

Pedoman
pemberian obat Proses menua dan
Pengkajian
pada geriatri implikasi klinis
paripurna pada
pasien geriatri
HIPOTESIS

• Perempuan berusia 70 tahun menderita


inkontinensia urin
ANAMNESA

• Identitas : seorang perempuan berusia 70 tahun


• Keluhan utama : tidak dapat menahan kencing
• Riwayat penyakit sekarang : saat tertawa / batuk
suka ngompol karena tidak dapat menahan
kencing. Merasa tidak nyaman, malu dan tidak
mau keluar rumah padahal sebelumnya aktif.
Mengeluh tidak dapat berjalan cepat dan harus
pelan-pelan dan takut jatuh karena pernah jatuh.
Adanya nyeri sendi lutut ketika berjalan.
• Riawayat penyakit dahulu : DM, hipertensi, jantung
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum pasien : sakit ringan


• Kesadaran : Compos Mentis yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan mengenai keadaan
sekelilingnya.1
• Tinggi badan : 150 cm
• Berat badan : 60 kg
• Nadi : 85 kali/menit
• Pernafasan : 25 kali/menit
• Tekanan darah : 130/80
• Suhu : 37oC
INKONTINENSIA

• Ketidak mampuan seseorang untuk menahan


keluarnya urine.

• 4 penyebab pokok terjadinya inkontinensia urin :


• gangguan urologik
• Neurologis
• fungsional/psikologis
• iatrogenik/lingkungan.
• Inkontinensia akut terjadi secara mendadak,
baisanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau
problem iatrogenik yang menghilang jika bila
kondisi akut teratasi atau problem medikasi
dihentikan.

• Inkontinensia presisten(kronik) merujuk pada kondisi


urikontinensia yang tidak berkaitan dengan kondisi
akut/iatrogenik dan berlangsung lama
• Penyebab inkontinensia akut :
- Delirium
- Infeksi
- Atrophic vaginitis dan atrophic urethritis
- Pharmaceuticals
- Psychologic factors
- Excess urine output
- Restricted mobility
- Stool impaction
TIPE INKONTINENSIA

• Inkontinensia urgensi
Keadaan dimana tidak dapat menahan kencing
segera setelah timbul sensasi untuk berkemih.
Frekuensi miksi menjadi lebih sering dan disertai
dengan perasaan urgensi.
 Karena kelainan yang berasal dari buli-buli,
diantaranya adalah overaktivitas detrusor dan
menurunnya komplains buli-buli.
• Inkontinensia stress
Akibat tekanan intraabdominal yang meningkat seperti
tertawa, bersin, batuk atau mengejan, terutama pada
perempuan usia lanjut yang mengalami hipermobilitas
uretra dan lemahnya otot dasar panggul.

• Inkontinensia overflow
Keluarnya urin tanpa dapat dikontrol pada keadaan
volume urin di buli-buli melebihi kapasitasnya.
Manifestasi klinisnya berupa berkemih sedikit,
pengosongan kandung kemih tidak sempurna dan
nokturia.
• Inkontinensia fungsional
Akibat penurunan berat fungsi dan kognitif
sehingga pasien tidak dapat mencapai toilet pada
saat yang tepat.
PEMERIKSAAN FISIK INKONTINENSIA

• Pemeriksaan abdomen
• Rektum
• Genital
• Evaluasi persyarafan lumbosakral
• Pemerikaan pelvis perempuan penting untuk
menemukan beberapa kelainan seperti prolaps,
inflamasi, keganasan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
INKONTINENSIA
• Semua pasien
• riwayat penyakit termasuk kartu catatan berkemih
• urinalisis: untuk membuktikan adanya infeksi dan
hematuria
• pengukuran volume residu urin post-miksi
• Pasien dengan kondisi tertentu
• Laboratorium
• Kultur urin: untuk menyingkirkan infeksi.
• Sitologi urin
• Gula darah, kalsium darah
• Uji fungsi ginjal
• USG ginjal
• Pemeriksaan ginekologik
• Pemeriksaan urologic
• Cystouretroskopi
• Uji Urodinamik
• Simpel
• Observasi proses pengosongan kandung kemih
• Uji batuk
• Cystometri simple: menggambarkan kontaksi detrusor
• Kompleks
• Urine flowmetry: megukur kecepatan aliran
• Multichannel cystomegram
• Pressure-flow study
• Leak-point pressure
• Urethral pressure profilometry
• Sphincter electromyography
• Video urodynamics: menunjukan kebocoran urin saat mengedan
pada pasien dengan inkontinensia stress.
PENATALAKSANAAN INKONTINENSIA

• Non-farmakologis : edukasi, manipulasi lingkungan,


pakaian dan pads tertentu.
• Intervensi tingah laku : latihan otot dasar panggul,
latihan kandung kemih, penjadwalan berkemih,
latihan kebiasaan.
• Medikamentosa
• Operasi
• Kateter
• Bladder training
Bertujuan memperpanjang interval berkemih yang
normal dengan teknik distraksi atau teknik relaksasi.

• Latihan otot dasar panggul

• Latihan kontraksi berulang pada otot dasar


panggul
Diharapkan dapat meningkatkan kekuatan uretra
untuk menutup secara sempurna.
• Habit training
Memerlukan penjadwalan waktu berkemih.

• Prompted voiding
Mengajari pasien mengenali kondisi atau status
kontinensia

• Terapi biofeedback
Bertujuan agar pasien mampu
mengontrol/menahan kontraksi involunter otot
detrusor kandung kemihnya.
• Stimulasi elektrik
Menggunakan dasar kejutan kontraksi otot pelvis
dengan menggunakan alat-alat bantu pada vagina
atau rektum.

• Neuromodulasi
Menggunakan stimulasi saraf sakral.

• Penggunaan kateter menetap (indwelling catheter)


Sebaiknya tidak digunakan secara rutin dalam
pengelolaan inkontinensia urin karena dapat terjadi
infeksi saluran kemih bahkan sampai sepsisw,
pembentukan batu, abses dan bocor.
Jenis Obat Mekanisme Tipe Inkontinensia Efek Samping Nama Obat dan Dosis
Antikolirgenik dan Meningkatkan Urgensi atau stress Mulut kering, Oksibutinin : 2,5-5mg tid
antipasmodic kapasitas vesika dengan instabilitas penglihatan kabur, Tolterodine : 2 mg bid
urinaria. detrusor atau peningkatan TIO, Propanthelin : 15-30 mg tid
Mengurangi hiperrefleksia. konstipasi dan Dicyclomine : 10-20mg
involunter vesika delirium. Imipramine : 10-50 mg tid
urinaria.
α-Adrenergik agonis Meningkatkan Stress dengan Sakit kepala, takikardi, Pseudofedrin : 15-30mg tid
kontraksi otot polos kelemahan sphineter. peningkatan tekanan Phenylpropanolamine : 75mg bid
uretra. darah. Imipramine : 10-50mg tid

Estrogen agonis Meningkatkan aliran Stress, urgensi yang Kanker endometria, Oral : 0,625mg/hr
darah periuretra. berhubungan peningkatan tekanan Topical : 0,5-1gr/aplikasi
dengan vaginitis darah, batu kandung
atropi. kemih.

Kolinergilk agonis Menstimulasi kontraksi Overflow dengan Bradikardi, hipotensi, Bethanechol : 10-30mg tid
vesica urinaria. vesika urinaria atonik. bronkokontriksi, sekresi
asam lambung.

α-Adrenergik Merelaksasi otot polos Overflow, urgensi Hipotensi postural. Terasozine : 1-10mg/hr
antagonis uretra dan kapsul yang berhubungan
prostat. dengan pembesaran
prostat.
OSTEOARTRITIS (OA)

• Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan


kerusakan kartilago sendi.
• Vertebrata
• Panggul
• Lutut
• Pergelangan kaki
• Faktor resiko terjadinya OA :
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Genetik
Kegemukan dan penyakit metabolik
Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Kelainan kongenital dan pertumbuhan
Faktor lain : tingginya kepadatan tulang
• OA primer / OA idiopatik : OA tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi.

• OA sekunder : didasari oleh adanya kelainan


endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi
yang terlalu lama.
PEMERIKSAAN FISIK OA

• Hambatan gerak
• Nyeri sendi
• Krepitasi
• Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
• Tanda-tanda peradangan
• Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang
permanen
• Perubahan gaya berjalan
PEMERIKSAAN PENUNJANG OA

• Radiografis sendi yang terkena


• Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan
komplemen) normal. Pada OA yang diserta dengan
peradangan, mungkin didapatkan penurunan
vikositas, pleositosis ringan sampai sedang,
peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan
peningkatan protein.
PENATALAKSANAAN OA

• Terapi non-farmakologis
Edukasi
Terapi fisik dan rehabilitasi
Penurunan berat badan

• Terapi farmakologis
Analgesik oral non opiat
Analgesik topikal
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Chondroprotective Agent : obat-obatan yang
dapat menjaga atau meragsang perbaikan tulang
rawan sendi (tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide
dismutase, steroid intra-artikulas).

• Terapi bedah
Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus
Arthroscopic debridement dan joint lavage
Osteotomi
Artroplasti sendi total
WORKING DIAGNOSIS

• Pasien diduga menderika inkontinensia tipe


campuran yaitu urgensi-stress dan juga menderita
osteoartritis.
PROSES MENUA

Teori mengenai proses menua :


• Teori radikal bebas
• Teori glikolisasi
• Teori DNA repair
• Aging by program
• Teori gen dan mutasi gen
• Cross-linkage theory
• Cellular garbage theory
• Wear-and-tear theory
• Teori autoimun.
FISIOLOGI PROSES MENUA

• Homeostenosis yang merupakan karakteristik


fisiologi penuaan adalah keadaan penyempitan
(berkurangnya) cadangan homeostasis yang
terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap sistem
organ.
IMPLIKASI KLINIS
PENGKAJIAN PARIPURNA PADA
PASIEN GERIATRI
Persentase Penduduk Usia Lanjut Indonesia tahun 1990-2010
Tahun 1990 2000 2010
Presentase 5,8% 7,4% 8,0%
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2004

Karakteristik pasien geriatri :


• Multipatologi
• Menurunnya daya cadangan fisiologis
• Bertambahnya gejala dan tanda penyakit dari
yang klasik
• Terganggunya status fungsional pasien geriatri
• Terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi
buruk
• Berbagai model hubungan kerja antar disiplin :
Unidisiplin
Paradisiplin
Multidisiplin
Interdisiplin
Pandisiplin
Manfaat dari P3G yang dirukur :
lama rawat
perubahan status fungsional
perubahan kualitas hidup
biaya perawatan
sintasan yang lebih baik
perawatan ulang yang makin jarang
kepuasan pasien dan keluarga
PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PADA
PASIEN GERIATRI
• Farmakokinetik
1. Absorbsi
Setelah obat diabsorbsi, obat mengalami
metabolisme lintas pertama di hepar maka
bioavailabilitas obat yang masuk sirkuilasi mayor
akan lebih besar karena fungsi metabolisme hepar
sudah menurun.
2. Distribusi
Obat dipengaruhi oleh berat dan komposisi tubuh
yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran
darah berbagai organ, juga organ yang mengatur
ekskresi obat.
3. Metabolisme
Eliminasi obat menjadi lebih kecil dan lebih lambat.
Metabolisme obat di hepar berlangsung dengan
katalis/aktifitas enzim mikrosoma hepar. Aktivitas
enzim ini dapat dirangsang oleh obat dan dapat
pula dihambat oleh inhibitor.
4. Ekskresi
Konsekuensi dari penurunan fungsi ginjal adalah
eliminasi obat berkurang sehingga pada pemberian
obat dengan dosis/frekuensi lazim KOP dalam darah
akan menjadi lebih besar dan t1/2nya menjadi lebih
panjang.
• Farmakodinamik
Pengaruh obat terhadap tubuh menimbulkan rentetan
reaksi biokimiawi dalam sel mulai dari reseptor sampai
efektor. Respon selular pada lansia secara keseluruhan
menurun. Penurunan ini sangat menonjol pada
mekanisme respon homeostatis yang berlangsung secara
fisiologis. Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya
merangsang proses biokimiawi selular intensitas
pengaruhnya akan menurun. Sebaliknya obat-obat yang
cara kerjanya menghambat proses biokimiawi selular,
pengaruhnya akan menjadi nyata terlebih dengan
mekanisme regulasi homeostasis yang melemah, efek
farmakologi obat yang sangat menonjol sehingga toksik.
POLIFARMASI

• meresepkan obat melebihi indikasi klinis


• pengobatan yang mencakup paling tidak satu
obat yang tidak perlu
• penggunaan empirik 5 obat atau lebih

• Jenis-jenis interaksi :
• Obat-makanan
• Obat-penyakit
• Obat-obat
Polifarmasi susah untuk dihindari karena :
• Penyakit yang diderita dan biasanya kronis
• Obat diresepkan oleh beberapa dokter
• Kurang koordinasi dalam pengelolaan
• Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas
• Pasien meminta resep
• Untuk menghilangkan efek samping obat justru
ditambah obat baru
Prinsip pemberian obat yang benar untuk pasien usia
lanjut :
• Riwayat pengobatan lengkap
• Jangan memberikan obat sebelum waktunya
• Jangan menggunakan obat terlalu lama
• Kenali obat yang digunakan
• Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-lahan
• Obat sesuai patokan
• Beri dorongan supaya patuh berobat
• Hati-hati menggunakan obat baru
GIZI PADA LANSIA

Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ


tubuh akan memegaruhi konsumsi dan penyerapan
zat gizi besi. Defisiensi zat gizi termasuk zat besi pada
lansia akan mempunyai dampak terhadap
penurunan kemampuan fisik dan menurunkan
kekebalan tubuh. Masalah gizi pada lansia berupa
masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas
memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung coroner, hipertensi, DM,
batu empedu, gout, ginjal, sirosis hati dan kanker.
Sedangkan masalah gizi kurang seperti kurang energi
kronis (KEK), anemia juga sering terjadi.
KESIMPULAN

• Hipotesis diterima.
Perempuan berusia 70 thn dengan keluhan saat
tertawa / batuk suka ngompol karena tidak dapat
menahan kencing menderita inkontinensia urin tipe
campuran yaitu urgensi dan stress

Anda mungkin juga menyukai