Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

The Use of Chemoprophylaxis after Floods


to Reduce the Occurrence and Impact of
Leptospirosis Outbreaks

Pembimbing: Dr. Dasril Nizam,


Sp.PD-KGEH

Disusun Oleh :
Selvia Zurni Safitri 1102012268

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Periode 20 November 2017 – 23 Januari 2018


PENDAHULUAN
Leptospirosis adalah salah satu penyakit zoonosis paling
umum di seluruh dunia, biasanya ditularkan melalui kontak
dengan lingkungan yang terkontaminasi dengan urin hewan yang
telah terinfeksi.
Faktor Risiko

Studi di Amerika Tengah telah mengidentifikasi faktor


lingkungan dan sosioekonomi yang meningkatkan risiko
leptospirosis, seperti:
• tanah asal vulkanik,
• presipitasi,
• persentase penduduk pedesaan yang lebih tinggi,
• kebutuhan dasar yang kurang memuaskan untuk layanan
perumahan dan sanitasi yang lebih baik,
• serta tingkat kemiskinan yang tinggi, dan
• tingkat penderita buta huruf
METODE

Gambar 1
Diagram konseptual efek chemoprophylaxis potensial pada dinamika
wabah leptospirosis dan dampak kesehatannya.
HASIL
Tinjauan Literatur tentang Penggunaan Chemoprophylaxis untuk Leptospirosis
Simulasi Matematika Wabah dan Efek Chemoprophylaxis
Gambar 4
Dampak kemoprofilaksis dimulai pada hari ke 5 dan pada hari ke 10, dengan tingkat
yang bervariasi ( θ ) dan jangka waktu (∅), pada jumlah kasus leptospirosis.
Tabel 3
Proporsi kasus yang dicegah (sampai T = 30 hari) dibandingkan dengan tidak ada
kemoprofilaksis sebagai fungsi laju kemoprofilaksis ( θ ) dan hari mulai penerapan
( t 0 ).
Diskusi
Penelitian ini dilakukan untuk mendukung pengambilan keputusan di sektor
kesehatan dalam kemungkinan terjadinya wabah leptospirosis setelah terjadi banjir di
daerah berisiko tinggi.

Penggunaan doksisiklin oral (200 mg oral / minggu) adalah pengobatan


antibiotik profilaksis yang paling sering digunakan terhadap leptospirosis. Di antara studi
yang mengevaluasi profilaksis pasca paparan, yang akan terjadi dalam skenario wabah
terkait banjir, arah asosiasi tersebut menyarankan adanya efek perlindungan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas leptospirosis; Namun, bukti tidak
meyakinkan. Lebih jauh lagi, penting untuk ditekankan bahwa tinjauan sistematis dan
publikasi lainnya merekomendasikan agar bukti kuat masih diperlukan untuk
menginformasikan secara keseluruhan intervensi kemoprofilaksis massal.
Meskipun Leptospira dapat bertahan di air dan tanah dan berkontribusi
pada infeksi manusia dan hewan, telah sulit untuk mengukur parameter
epidemiologi yang diperlukan untuk tujuan pemodelan. Dengan perluasan
teknik polymerase chain reaction (PCR), semakin banyak penelitian yang
melaporkan pendeteksian dan kuantifikasi Leptospira pada sampel
lingkungan.
Kesimpulan

Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, terutama hujan deras dan banjir
diproyeksikan meningkat, dan kenaikan ini cenderung meningkatkan risiko wabah
leptospirosis. Dalam tinjauan sistematis literatur yang dipublikasikan tentang kemoprofilaksis
massa untuk mengurangi dampak kesehatan leptospirosis, kami menemukan bahwa doksisiklin
oral adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Meskipun bukti efektivitas profilaksis
pasca paparan dalam literatur tidak meyakinkan, arah asosiasi yang diamati mendukung efek
perlindungan terhadap morbiditas dan mortalitas. Namun, penelitian tambahan diperlukan untuk
memahami manfaat langsung kemoprofilaksis pada infeksi dan penyakit leptospirosis dan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan risiko pada situasi yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai