Anda di halaman 1dari 20

Stomatitis Apthosa

Minor Reccurent
Siti Ulfah Nesia
20164021074
Identitas Pasien
O Nama : Sulistia Khomariah
O JK : Perempuan
O Usia : 23 tahun
O Alamat : Bantul, Yogyakarta
O No.RM : 39642
Deskripsi Kasus
O Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan
pada lidah sebelah kanannya. Pasien merasa
sariawan tersebut sejak 3 hari yg lalu. Pasien merasa
sakit pada lidahnya apabila berbicara, makan dan
minum pada sisi lidah tersebut. Pasien sekarang
makan dan minum menggunakan sisi sebelah kiri.
Pasien sekarang dalam keadaan menstruasi. Pasien
belum pernah melakukan perawatan apapun pada
kondisinya tersebut. Pasien mengaku bahwa ibunya
juga sering mengalami hal yang sama yaitu
mengalami sariawan pada saat menstruasi. Pasien
tidak rutin mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
Pemeriksaan Objektif
O Terdapat lesi ulceratif berwarna putih
kekuningan dengan batas hallow merah.
Berukuran < 1 cm, symptomatik, berjumlah
single.
Assesment
O Stomatitis Apthosa Reccurent Minor
Defenisi
O Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan ulser yang
terjadi berulang-ulang pada mukosa mulut, biasanya
berupa ulser putih kekuningan tanpa adanya tanda-
tanda suatu penyakit. Ulser ini dapat berupa ulser
tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang
selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam,
lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit ini
relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa
dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang
menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi
akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli
menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit
yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran
beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang
sama.
Etiologi
a. Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat
menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang
b. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa
menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa
c. Faktor psikologis (stress)
O Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh
tubuh sebagai reaksi terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan
tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk respon melawan.
Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga
dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri
berlebih (ada tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak
sel-sel yang sehat).
d. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah
menstruasi.Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase
luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.

e. Pada penderita yang sering merokok


Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit terutama
pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang
mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam
tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa sebagai
alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif
tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan
kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga
terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang
menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
f. Kekurangan vitamin C
Kekurangan vitamin C, mengakibatkan jaringan dimukosa
mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.

g. Kekurangan vitamin B dan zat besi.


Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat
menimbulkan sariawan.

h. Pada penggunaan obat kumur


Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering
(misalnya alkohol, lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat
seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang
pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam
menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh.
Patofisiologi
Stress Hormon Imun

SAR

Pemberian
KIE kortikosteroid
topical
Macam-macam SAR
a. SAR Tipe Minor
SAR tipe minor adalah penyakit yang paling sering ditemui,
sekitar 70 sampai 90 persen dibandingkan tipe SAR yang lainnya.
Pada stadium awal SAR tipe minor timbul rasa sakit dan terbakar
pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang-kadang
dapat diketahui adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa
jam terlihat papula kecil berwarna putih. Dalam 2 sampai 3 hari
terjadi ulserasi yang berangsur-angsur membesar dengan rasa yang
sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan.
Pasien mengalami demam ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi
bentuknya bundar atau oval dengan diameter < 1 cm. Permukaan
abu-abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous
menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan
kadang-kadang bisa sampai 8. Lokasi biasanya di daerah mukosa
bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat terjadi dalam
beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.
b. SAR Tipe Mayor
Stomatitis tipe ini disebut juga Recurrent
Scarring Aphthous Ulser, kira-kira berkisar 10 sampai
15 persen dari kasus SAR adalah stomatitis aftosa tipe
mayor. Pada stadium permulaan berupa nodul atau
plak yang kecil, lunak, merah dan sakit yang jika pecah
akan menjadi ulser yang sangat sakit. Lesi > 1 cm dan
dapat mencapai hingga 5 cm. Tepi lesinya meninggi dan
erythematous. Lesi berbentuk kawah warna abu-abu
dan keras jika di palpasi. Tipe ini sering diragukan
dengan squamus karsinoma. Masa penyembuhannya
sekitar 3-6 minggu. Lesi yang sembuh akan
meninggalkan parut.
c. SAR Tipe Herpetiformis
Stomatitis tipe ini sangat jarang terjadi,
biasanya sekitar 5-10 persen dari kasus SAR yang
terjadi. Ukurannya lebih kecil, sebesar ujung peniti
dan dapat terbentuk berkelompok-kelompok
bahkan dapat terbentuk 30 buah sekaligus pada
mulut. Selain ukurannya yang kecil, sariawan juga
terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut
penderita terasa sangat tidak enak karena
jumlahnya yang banyak dan dapat mencapai 50
sampai 100. Permukaannya berwarna abu-abu
dan tepinya tidak eritematous.
Perawatan
O Pemakaian kortokosteroid merupakan pengobatan
terbaik yang pernah digunakan. Pada pasien dengan
kasus ulser aftosa yang parah, pemberian steroid
secara sistemik dapat digunakan, tetapi pada pasien
dengan ulser aftosa yang ringan atau sedang, hanya
diperlukan terapi/ pengobatan secara topikal.
Pencegahan
O Dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin
C, tak kurang dari 60 mg per hari.
O Selalu lengkapi menu makanan sehari-hari
dengan sayur dan buah-buahan.
O Jangan terburu-buru ketika makan, hal ini untuk
menghidari tergigitnya lidah atau bibir saat
makan.
O Selalu menjaga kesehatan mulut dengan rutin
menggosok gigi dan berkumur, untuk
menghindari perkembangbiakan bakteri pada
mulut.
Kesimpulan
O Dapat disimpulkan bahwa etiologi dari
pasien adalah peningkatan hormonal dan
kondisi psikis (stress).
O Perawatan : pemberian kortikosteroid
topical.

Anda mungkin juga menyukai