Anda di halaman 1dari 77

PEDOMAN ETIKA PROFESI

KESEHATAN DAN HUKUM


KONSEP, PRINSIP, ETIKA DAN
KODE ETIK PROFESI
PENGERTIAN Etika, Moral

 Etika: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
 Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau ta etha
yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan
atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika
digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang
menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral,
perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. (E.Y. Kanter
2001:2)
 Etika dapat diartikan Pemikiran yang kritis tentang
moralitas
 Manusia yang baik tentu saja tidak hanya bermoral tetapi
juga juga harus beretika.
PENGERTIAN ETIK
 Etik menurut Encyclopedia Americana adalah usaha
manusia untuk mencari norma baik dan buruk. Etik
diartikan juga sebagai “the principles of morality” atau “the
field of study or morals or right conduct”.
 Etik pada hakikatnya merupakan pandangan hidup dan
pedoman tentang bagaimana orang itu seyogianya
berperilaku.
 Etik berasal dari kesadaran manusia merupakan petunjuk
tentang mana yang baik dan mana yang buruk.
 Etik merupakan penilain atau kualifikasi terhadap
perbuatan seseorang.
 Kata yang agak dekat dengan pengertian etika
adalah moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin
yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan cara
hidup. Secara etimologi, kata etika (bahasa Yunani)
sama dengan arti kata moral (bahasa Latin), yaitu
adat istiadat mengenai baik-buruk suatu
perbuatan. Namun demikian moral tidak sama
dengan etika.
 Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya
manusia sebagai manusia, menuntun manusia
bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan etika adalah ilmu, yakni pemikiran
rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-
ajaran moral. Etika menuntun seseorang untuk
memahami mengapa atau atas dasar apa ia harus
mengikuti ajaran moral tertentu. Dalam artian ini,
etika dapat disebut filsafat moral (E.Y. Kanter
2002:2).
 Etik: Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak; atau nilai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
 Etik dapat membentuk manusia yang idealis.
 Idealisme etis memandang manusia sebagai
makhluk etis, yang memiliki kesadaran moral.
Manusia adalah makhluk yang senantiasa
memberikan penilaian terhadap sikap dan
perilakunya. Oleh karena itu, nilai-nilai yang
dianggap baik itu kemudian dijadikan norma
untuk penuntun sikap dan perilaku manusia.
NILAI
SIFAT
BAIK MANUSIA BURUK

IDEAL
BERMORAL TIDAK BERMORAL
BERAKHLAK
BERETIKA TIDAK BERETIKA

KESADARAN ETIK TAKWA

SIKAP DANPERLIKAU
ETIKA PROFESI:
 Yang dimaksud etika profesi adalah norma-norma,
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut
kalangan profesional. Lalu siapakah yang disebut
profesional itu? Orang yang menyandang suatu
profesi tertentu disebut seorang profesional.
Selanjutnya Oemar Seno Adji mengatakan bahwa
peraturan-peraturan mengenai profesi pada
umumnya mengatur hak-hak yang fundamental
dan mempunyai peraturan-peraturan mengenai
tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan
profesinya yang dalam banyak hal disalurkan
melalui kode etik (Oemar Seno Adji 1991:8).
PROFESI:
 Yang dimaksud dengan profesi adalah
suatu moral community (masyarakat moral)
yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
Mereka membentuk suatu profesi yang
disatukan karena latar belakang pendidikan
yang sama dan bersama-sama memiliki
keahlian yang tertutup bagi orang lain.
Dengan demikian, profesi menjadikan suatu
kelompok mempunyai kekuasaan tersendiri
dan karena itu mempunyai tanggung jawab
khusus.
HAKIKAT MANUSIAN SECARA UMUM

SEBAGAI MANUSIA NILAI-NILAI


- MAKHLUK TUHAN
- PRIBADI
- ANGGOTA MASY.
- ZOON POLITICON ETIK

- KONTRAK SOSIAL
PROFESI

NORMA
MASYARAKAT

KESADARAN ETIKA BUDAYA


NILAI-NILAI

ASAS UNIVERSAL
MANUSIA
PEMEGANG HAK DAN
KEWAJIBAN
ETIK

NORMA/KAIDAH

SADAR/TIDAK SADAR
BUDAYA
SIKAP TINDAK/PERILAKU
MANUSIA
MENGAPA HARUS BERETIKA

ETIKA MASYARAKAT UMUM

PENILAIAN PENGETAHUAN

ETIKA PROFESI PPROFESIONAL

PERLU KEPERCAYAAN

SELAIN KEPERCAYAAN PERLU APA?


CIRI KHAS SUATU PROFESI
1. Suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang
terus-menerus, berkembang dan diperluas;
2. Suatu teknik intelektual;
3. Penerapan praktis dari teknis intelektual pada urusan
praktis;
4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi;
5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang
dapat diselenggarakan;
6. Kemampuan memberi kepemimipinan pada profesi
sendiri;
7. Asosiasi dari anggota-anggota profesi yang menjadi
suatu kelompok yang akrab dengan kualitas komunikasi
yang tinggi antar angota;
8. Pengakuan sebagai profesi;
9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang
bertanggung jawab dari pekerjaan profesi;
10. Hubungan erat dengan profesi lain. (International
Encyclopedia of Education).
HUBUNGAN ETIK DANHUKUM
 Etik sebaliknya ditujukan kepada manusia sebagai
individu, yang berarti hati nuraninya yang diketuk.
 Hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial,
atau alam ikatan dengan masyarakat oleh ikatan-ikatan
sosial.
 Apa yang menurut masyarakat demi ketertiban atau
kesempurnaan masyarakat baik, itulah yang baik. Hukum
adanya hanya dalam masyarakat manusia, sedangkan
masyarakat manusia itu beraneka ragam, maka dapatlah
dikatakan bahwa ukuran baik dan buruk dalam hal ini
tidak mungkin bersifat universal, karena hukum itu terikat
pada daerah atau wilayah tertentu.
SASARAN ETIK
 Sararan Etik semata-mata adalah perbuatan
manusia yang dilakukan dengan sengaja.
Perbuatan yang disengaja harus sesuai dengan
kesadaran etisnya.
 Kesadaran etis bukan hanya berarti sadar akan
adanya baik dan buruk, tetapi juga sadar pula
bahwa orang harus berbuat baik.
 Pelanggaran etik hukum bukanlah merupakan
kaedah hukum melainkan dirasakan sebagai
bertentangan dengan hati nurani.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu
Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1991, hlm. 37.
 “Profesionalisme tanpa etika menjadikannya
“bebas sayap” (vleugel vrij) dalam arti tanpa
kendali dan tanpa pengarahan. Sebaliknya,
etika tanpa profesionalisme menjadikannya
“lumpuh sayap” (vleugel lam) dalam arti tidak
maju bahkan tidak tegak,” (Soelaiman
Soemardi: 2001).
 Prinsip Kode Etik
1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Memberlakukan manisia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan
SISTEMATIKA ETIKA

 Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas


berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan
ilustrasi tentang tingkah laku manusia ditinjau dari
nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang
boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang
dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik
buruk tindakan manusia, yang biasanya
dikelompokkan menjadi:
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang
berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu
dan Etika Terapan.
- Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial
dan hubungan antar sesama manusia dalam
aktivitasnya,
- Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-
kewajiban manusia sebagai pribadi,
- Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada
profesi.
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan
dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan
mencegah tindakan yg merugikan/membahayakan
orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana
sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu
dapat diterima dan apa alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau
dalam menganalisis suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah
laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau
salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat
abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib
masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi
profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam
menjalankan tugas profesinya yg biasa disebut kode
etik profesi.
MAKSUD/YANG TERKANDUNG DALAM
PEMBENTUKAN KODE ETIK:

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;


2. Menjaga dan mengingkatkan kualitas
keterampilan teknis; dan
3. Melindungi kesejahteraan materiil dari para
pengemban profesi.
TUJUAN POKOK DARI RUMUSAN ETIK
YANG DITUANGKAN DALAM KODE ETIK

 Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan


tanggung jawab kepada klien, lembaga (institusi), dan
masyarakat pada umumnya;
 Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam
menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya;
 Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi
atau nama atau fungsi profesi dalam masyarakat melawan
kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-angota tertentu;
 Standar-standar etika mencerminkan/membayangkan
pengharapan moral-moral dari komunitas. Dengan
demikian, Standar-standar etika menjamin bahwa para
anggota profesi akan mentaati kitab Undang-undang
Etika (Kode Etik) profesi dalam pelayanannya;
 Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga
kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli
profesi.
BIOETIKA DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Etika Deontologi, (deon = kewajiban); apa yang harus
saya lakukan:
Etika Konsekuensialisme, menjawab pertanyaan apa
yang harus saya lakukan. Yang dipandang adalah hasil
perbuatan, konsekuensi2, serta situasi2. konsekuensi
yang menguntungkan.
Etika Hak, mecahkan dilema-dilema moral dengan
terlebih dahulu menentukan hak dan tuntutan moral
mana yang terlibat di dalamnya.
Etika Intuisionisme, memecahkan dilema etik dengan
berpijak pada intuisi, untuk mengetahui secara langsung
(baik dan buruk).
ETIKA UMUM

ETIKA EIKA INDIVIDUAL

ETIKA KHUSUS -ETIKA KELUARGA;


-ETIKA PROFESI;
-ETIKA POLITIK;
ETKA SOSIAL
-ETIKA LINGK. HIDUP;
-ETIKA KRITIK;
-ETIKA IDEOLOGI
BIOMEDIS

BISNIS
ETIKA PROFESI
HUKUM

PENGETAHUAN
HAK PASIEN
 Memperoleh informasi;
 Memberikan persetujuan;
 Hak atas Rahasia kebidanan/kedokteran;
 Memilih bidan;
 Memilih sarana kesehatan;
 Menolak perawatan/pengobatan;
 Menolak tindakan medis tertentu;
 Hak atas “second opinion”;
 Hak “inzage” rekam medis;
KEWAJIBAN DOKTER
 Bertindak sesuai standar profesi medik;
 Menghormai hak-hak pasien yang bersumber
dari hak-hak asasi manusia dalam bidang
kesehatan;
 Yang berhubungan dengan fungsi sosial
pemeliharaan kesehatan.
HAK DOKTER

• Bekerja sesuai dengan standar profesi medik;


• Menolak melakukan tindakan medik yang tidak
dapat dipertangungjawabkannya secara
pprofesional;
• Menolak melakukan tindakan medik yang
bertentangan dengan hati nuraninya;
• Mengakhiri hubungan dengan pasien apabila
kerja-sama sudah tidak memungkinkan lagi;
• Hak atas “privacy”;
• Hak atas etikad baik dari pasien untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penyakitnya;
• Hak atas suatu “fair play”;
• Hak untuk membela diri;
• Menerima honor;
• Meolak memberikan kesaksian mengenai
pasiennya di pengadilan.
KEWAJIBAN DOKTER BERDASARKAN KODE ETIK
KEDOKTERAN

• Setiap dokter harus menjujung tinggi, menghayati dan


mengamalkan sumpah dokter
• Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi
• Dalam melakukan pekerjaan kedokteranya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
• Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri
• Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien
• Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup Makluk insani
• Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri
• Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
• Setiap dokter hanya senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan
dan dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenaranya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat
• Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenaranya
• Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan
moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
• Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenaranya
• Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan
moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
• Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien
• Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien
• Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup Makluk insani
• Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
• masyarakat yang sebenar-benarnya.
• Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan
• dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati
• Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam
hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
• Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya
• Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien
KEDUDUKAN INFORMED CONSENT

Sebagai dasar (perikatan) pelaksanan


hubungan antara bidan dan pasien;
Merupakan hak pasien dan kewajiban
bidan untuk dilakukannya tindakan
medik.
KESALAHAN DALAM PROFESI
• Melalaikan kewajiban;
• Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh
dilakukan;
• Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan;
dan
• Melanggar suatu ketentuan dalam perundang-undangan.

Hal ini disebabkan karena berbagai faktor antara lain:


1. Kurang pengetahuan;
2. Kurang pengalaman;
3. Kurang pengertian.
BENTUK-BENTUK PELANGGARAN

• PELANGGARAN ETIK MURNI:


1. Menarik imbalan yang tidak wajar;
2. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan
sejawatnya;
3. Memuji diri sendiri di hadapan pasien;
4. Tidak pernah mengikuti pendidikan
kebidanan yang berkesinambungan;
5. Mengabaikan kesehatannya sendiri;
• PELANGGARAN ETIKOLEGAL:
1. Pelayanan di bawah standar;
2. Memberikan surat keterangan palsu
(rujukan tidak benar);
3. Membuka rahasia jabatan;
4. Abortus provokatus;
5. Pelecehan seksual;
TINGKAT KESALAHAN
 Kesalahan ringan; (pencabutan izin 3 bulan)
 Kesalahan sedang; (pencabutan izin 6 bulan)
 Kesalahan berat; (pencabutan izin
selamanya).
KESALAHAN DAN TANGGUNG JAWAB
 Kesalahan atau kelalaian akan selalu berkait
dengan sifat melawan hukumnya suatu
perbuatan yang dilakukan oleh orang yang
mampu bertangung jawab.
 Seseorang dikatakan mampu bertanggung
jawab apabila:
1. Dapat menginsyafi makna yang senyatanya
dari perbuatannya;
2. Dapat menginsyafi perbuatannya itu;
3. Dapat dipandang patut dalam pergaulan
masyarakat;
4. Mampu untuk menentukan niat/kehendaknya
dalam melakukan perbuatan tersebut.
STANDAR PROFESI

TENAGA KESEHATAN TINDAKAN MEDIS

HAK PASIEN
PRAKTIK DOKTER
KESALAHAN
TINDAKAN DISIPLIN
SARANA KESEHATAN KELALAIAN

MAJELIS DISIPLIN TENAGA KESEHATAN

Pasal 54
STANDAR PROFESI

TENAGA KESEHATAN TINDAKAN MEDIS

HAK PASIEN
PRAKTIK DOKTER
KESALAHAN
GANTI RUGI
SARANA KESEHATAN KELALAIAN

TUNTUTAN PASIEN

-FISIK;
-NON FISIK

Pasal 55
PENCABUTAN IZIN

TINDAKAN DISIPLIN
HUKUMAN LAIN
SAHNYA PERJANJIAN
 Pasal 1320 KUHPerdata:
1. Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan diri (de
toes femming);
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (de
belwaam heild);
3. Suatu hal tertentu (een bepald onderwerp);
4. Suatu sebab yang legal (eene geoorloof de oorzaak).

* Pasal 1338 KUHPerdata: “Semua perjanjian yang


dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.
AKIBAT HUKUM
 Sanksi Administrasi;
 Sanksi Perdata;
 Sanksi Pidana.
 Pasal 1365 KUH Perdata:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan
kerugian tersebut”,

 Khusus Pasal 55 UU Kesehatan:


(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
KEMBANGKAN!
 Profesi;
 Standar Profesi (Peraturan, Kode Etik); Dokter diatur
dengan Peraturan Menteri;
 Perbuatan Hukum (Bidan)/Tindakan Medis;
 Kecelakaan Medis (tanpa unsur kesengajaan), ada
faktor yang tidak dapat diduga/diagnosa sebelumnya!?
 Akibat Hukum (Akibat bertentangan dengan Etika,
Sandar Profesi Medis, Kode Etik);
 Sanksi [Sanksi Moral, (Sanksi Hukum: S. Administrasi,
S. Perdata, S. Pidana)].
 Denda dan Gugatan.
KECELAKAAN MEDIS

 Tidak diduga ada faktor lain;


 Tidak ada unsur kesalahan;
 Sudah melakukan standar etika profesi,
kode etik;
MALPRAKTIK

 Pengertian malpraktek.
 Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum
sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara
harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan
“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau
“tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan
atau tindakan yang salah”.
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi
dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar,
yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan
Administrative malpractice.
1. Criminal malpractice
 Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori
criminal malpractice manakala perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana
yakni :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act)
merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang
berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan
(reklessness) atau kealpaan (negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional)
misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP),
membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat
surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan
aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasien informed consent.
 Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai)
misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut
pasien saat melakukan operasi.

 Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal


malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh
sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice
apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
 Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil
malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan.
 Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau
korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle
ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya
(tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan
administrative malpractice manakala tenaga perawatan
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan
berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya
tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka
tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
a. Duty (kewajiban)
 Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan
pasien, tenaga perawatan haruslah bertindak
berdasarkan
1) Adanya indikasi medis
2) Bertindak secara hati-hati dan teliti
3) Bekerja sesuai standar profesi
4) Sudah ada informed consent.
b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
 Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan
keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau
tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
menurut standard profesinya, maka tenaga perawatan
tersebut dapat dipersalahkan.
c. Direct Causation (penyebab langsung)

d. Damage (kerugian)
 Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah
ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab
(causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh
karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela
diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan
jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar
menyalahkan tenaga perawatan.
2. Cara tidak langsung
 Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang
mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-
fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan
perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa
loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada
memenuhi kriteria:
a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga
perawatan tidak lalai
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung
jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien
dengan perkataan lain tidak ada contributory
negligence.
 Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan
mengganti/memperbaiki kedudukan jarum infus pasien
bayi, saat menggunting perban ikut terpotong jari pasien
tersebut . Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan
fakta yang secara tidak langsung dapat membuktikan
kesalahan tenaga perawatan, karena:
a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada
kelalaian tenaga perawatan.
b. Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada
pada tanggung jawab perawat.
c. Pasien/bayi tidak mungkin dapat memberi andil akan
kejadian tersebut.
 Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam
tanggung gugat, antara lain:
1. Contractual liability
 Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak
dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang
sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban
yang harus dilaksanakan adalah daya upaya maksimal,
bukan keberhasilan, karena health care provider baik
tenaga 15 kesehatan maupun rumah sakit hanya
bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak
sesuai standar profesi/standar pelayanan.
2. Vicarius liability
 Vicarius liability atau respondeat superior ialah
tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang
dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya
rumah sakit akan bertanggung gugat atas
kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian
perawat sebagai karyawannya
3. Liability in tort
 Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan
melawan hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan
hukum tidak terbatas haya perbuatan yang melawan
hukum, kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga
yang berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan
dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain
(Hogeraad 31 Januari 1919).
1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan
kesehatan:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan


keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk
daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan
berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan
informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam
medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada
senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan
memperhatikan segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga
dan masyarakat sekitarnya.
2. Upaya menghadapi tuntutan hukum
Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal
malpractice, maka tenaga perawatan dapat melakukan :
a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk
menangkis/menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan
tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin
yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa
yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan
risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan
bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea)
sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang
dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan
dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-
doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan
dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung
jawaban atau melakukan pembelaan untuk
membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan
mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh daya paksa.
MALPRAKTIK

 Unsur Mal-Praktik:
1. Lalai (perbuatan tidak sengaja);
2. Melanggar peraturan perundang-
undangan (tidak sama dengan undang-
undang).
3. Unsur kesengajaan dalam perbuatan
hukum.
TANGGUNG-JAWAB

 Tanggung jawab hukum: tidak dilihat dari


perbuatan tetapi pada unsur perbuatan.
PEMBUKTIAN

 Pembuktian berbalik;
 Pembuktian biasa;
KONSEP HAK ASASI MANUSIA DALAM UUD
1945

Pasal 28
 Setiap orang berhak hidup, mempertahankan
hidup dan kehidupannya;
Pasal 28B
 Setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah;
 Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta hak atas
perlindunagn dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
 Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya; dan
 berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.
 Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
Pasal 28D
 setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan hak kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yangsama di hadapan
hukum.
 setiap orang berhak untuk bekerja seta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
 Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
 Setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan.
PERLINDUNGAN HUKUM
 Perlindungan Hukum selalui dikaitkan dengan
konsep rechtstaat dan rule of law karena
lahirnya tidak dapat dilepaskan dari keinginan
memberikan pengakuan dan perlindungan HAM.
Philipus M Hadjon mengatakan, bahwa
perlindungan hukum bertumpu dan bersumber
pada pengakuan dan perlindungan hak-hak
asasi manusia serta berlandaskan prinsip Negara
Hukum[1]

[1] . Philipus M. Hadjon, Perlindungan
Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, Bina
Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 38.)
Negara Hukum Pancasila mempunyai ciri-ciri:
 Keserasian hubungan antara pemerintah dan
rakyat berdasarkan atas kerukunan;
 hubungan fungsional yang proporsiaonal antara
kekuasaan-kekuasaan dan Negara;
 prinsip penyelesaian sengketa secara
musyawarah, dan peradilan merupakan sarana
terakhir;
 keseimbangan antara hak dan kewajiban.[1]


[1]. Ibid., hlm. 90.
Perlindungan Hukum bagi rakyat terhadap pemerintah
diarahkan pada:
 usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa,
dalam hal ini sarana perlindungan hukum yang preventif
patut diutamakan dari pada perlindugan hukum yang
represif.
 uaha-usaha untuk menyelesaikan sengketa (hukum)
antara pemerintah dan rakyat dengan cara musyawarah;
 penyelesaian sengketa melalui peradilan merupakan
jalan terakhir, peradilan hendaklah merupkan “ultimum
remedium” dan peradilan bukan merupakan forum
konfrontasi, sehingga peradilan haruslah mencerminkan
suasana damai, dan tenteram, terutama melalui hukum
acaranya.[1]

[1]. Ibid.

Anda mungkin juga menyukai