Anda di halaman 1dari 27

Pencemaran Air yang disebabkan

oleh Agen fisikokimia


PENCEMARAN AIR…
Definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air,


pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1, ayat 2).

Fisiko kimia adalah nama sifat yang mengacu ke sifat fisik dari
sebuah senyawa kimia atau Physical Chemistry. Hal ini berarti
sifat sifat fisika dalam senyawa Kimia, bahasa lainnya
adalah sebuah ilmu mengenai sifat fisika di ilmu
kimia seperti macroscopic, sub atomi, atom, dan fenomena
khusus di sistem kimia dalam kaitannya dengan hukum dan
konsep di fisika
Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat
kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar
(tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar
(kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas).
Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air.

Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3


terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat,
harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang
persyaratan kualitas tettuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan
No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air.

Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari


parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam
PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001). Air yang aman adalah air
yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut.
Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

• Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa.

• Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


zat kimia yang terlarut, perubahan Ph.

• Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan


mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Parameter Fisika-Kimia baku mutu air
1. Parameter Fisik
minum /bersih
.1. Bau
Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat. Bau air
dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh
adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi
manusia adalah tidak berbau.
2. Jumlah Zat Padat Terlarut
Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan pengeringan pada suhu 103oC
– 105 oC. Residu atau zat padat yang tertinggal selama proses pemanasan pada
temperatur tersebut adalah materi yang ada dalam contoh air dan tidak hilang atau
menguap pada 105 oC. Dimensi zat padat dinyatakan dalam mg/l atau g/l, % berat (kg zat
padat/kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat/liter larutan).
.3. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat
anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam,
sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat
dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
4. Rasa
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan
terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat
air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
5. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi pelarutan zat kimia pada
saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksireaksi biokimia di
dalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila
diminum dapat menghilangkan dahaga.
6. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah keracunan
dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya
partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal
7. Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus
listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu,
semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relatifnya.
2. Parameter Kimia
1. Besi
Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat
dibentuk. Pada umumnya, besi di dalam air dapat bersifat :
Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)
Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, seperti Fe2O3,
FeO, FeOOH, Fe(OH)3, dan sebagainya
Tergabung dengan zat organis atau zat padat inorganis (seperti tanah liat)
2. Fluorida (F)
Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor adalah
halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa. Unsur ini
ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F–). Fluor yang berikatan dengan kation
monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang
berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.
3. Kesadahan
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam bervalensi banyak
(terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr). Kation-kation logam ini
dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-anion yang
terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada peralatan logam. Kation-kation
utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+.
Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain HCO3 –, SO42-, Cl–,
NO3 –, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang dibutuhkan oleh sabun untuk
membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat menimbulkan kerak pada pipa air
panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang menyebabkan temperatur air naik.
4. Klorida (Cl)
Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan. Unsur klor dalam air
terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl–). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang
ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida
biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium
klorida (CaCl2). Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan
mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian
besar klorida bersifat mudah larut.
5. Mangan
Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang memiliki karakteristik kimia
serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam
tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan
mengandung karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik dengan
kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat
larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air. Mangan dan besi valensi dua
hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Jika
perairan mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya
mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).
6. Natrium
Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan di perairan dan merupakan kation
penting yang mempengaruhi kesetimbangan keseluruhan kation di perairan. Natrium elemental sangat
reaktif, sehingga bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Hampir semua senyawa
natrium mudah larut dalam air dan bersifat sangat reaktif.
7. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat merupakan proses yang penting
dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob
8. Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung
pada kondisi anaerob. Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi
(2.15) (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003).
9. pH
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa
dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering
digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta
dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam
atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen.
Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada
proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH
harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
10. Sulfat
Ion sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air. Jumlah ion sulfat yang berlebih
dalam air minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut pada manusia. Sulfat mempunyai
peranan penting dalam penyaluran air maupun dalam penggunaan oleh umum
11. Kalium
Kalium (K) atau potasium yang menyusun sekitar 2,5 % lapisan kerak bumi adalah salah satu unsur
alkali utama di perairan. Di perairan, kalium terdapat dalam bentuk ion atau berikatan dengan ion
lain membentuk garam yang mudah larut dan sedikit sekali membentuk presipitasi. Cole (1988)
dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kalium cenderung membentuk micas yang bersifat tidak
larut. Kondisi ini mengakibatkan kadar kalium di perairan lebih sedikit daripada kadar natrium.
12. Zat Organik
Zat organik (KMnO4) merupakan indikator umum bagi pencemaran. Tingginya zat organik yang
dapat dioksidasi menunjukkan adanya pencemaran. Zat organik mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Oleh sebab itu, bila zat organik banyak terdapat di badan air, dapat
menyebabkan jumlah oksigen di dalam air berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka
jumlah oksigen akan semakin menipis sehingga kondisi menjadi anaerob dan dapat menimbulkan
bau.
13. CO2 Agresif
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan merupakan gas yang
mudah larut dalam air. CO2 di alam terdiri dari CO2 bebas dan CO2 terikat yang tergantung pada pH
air. CO2 bebas terdiri dari CO2 yang berada dalam kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara
ion bikarbonat (HCO3–) dan CO2 agresif yang dapat melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif.
CO2 terikat hadir dalam bentuk bikarbonat (HCO3–) dan karbonat (CO32-). CO2 agresif merupakan
CO2 yang berada dalam keseimbangan dan diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat dalam air.
14. Daya Pengikat Chlor (DPC)
Dalam pengolahan air diperlukan pembubuhan senyawa desinfektan yang bertujuan
mencegah penyebaran waterborne disease (penyakit bawaan air). Bermacam-macam
zat kimia seperti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (ClO2), dan proses fisik seperti
penyinaran dengan UV dan pemanasan digunakan untuk desinfeksi air. Dari berbagai
macam zat, klor merupakan zat kimia yang sering digunakan karena harganya murah
dan masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya
(residu klor).
15. Asiditas
Asiditas adalah kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga
menstabilkan pH hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH– untuk
mencapai pH 8,3 dari pH asal yang rendah. Semua air yang memiliki pH < 8,5
mengandung asiditas.
16. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan
pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas merupakan hasil
reaksi terpisah dalam larutan dan merupakan analisa makro yang menggabungkan
beberapa reaksi. Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mengikat ion positif
hingga mencapai pH 4,5.
• Studi kasus pencemaran air fisikokimia Sungai siak
• DAS Siak termasuk DAS kritis, yang diakibatkan oleh adanya
buangan limbah industri baik industri besar, menengah, mau-
pun kecil yang berada di sepanjang daerah aliran Sungai Siak.
Selain itu adanya limbah domestik berupa limbah rumah tangga
dapat juga menjadi penyebab turunnya kualitas air Sungai Siak
(Departemen Pekerjaan Umum, 2005). Pencemaran air oleh
limbah yang mengandung polutan yang dapat menimbul-kan
penyakit, bakteri patogen dan sebagai-nya dapat menyebabkan
wabah atau pe-ledakan jumlah penderita penyakit di suatu
wilayah dalam waktu singkat.
• Penurunan kualitas air sungai dapat ditentukan oleh parameter
fisika, kimia, dan mikrobiologi yang meliputi: suhu, kekeruhan,
daya hantar listrik (DHL), derajat keasaman (pH), oksigen
terlarut, nitrat, fosfat, dan mikroorganisme. Pertumbuhan
bakteri mau-pun mikroorganisme dalam suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh keberadaan nutrien, seperti nitrat dan fosfat
(Sukadi, 1999).
• Keberadaan nitrat di dalam air berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik
baik limbah dari aktivitas manusia maupun tum-buhan yang telah mati yang
mengandung unsur N, sedangkan fosfat terdapat dalam air limbah sebagai
senyawa ortofosfat, poli-fosfat, dan fosfat organik. Nitrat dan fosfat merupakan
unsur hara yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup mikroba
di dalam air. Kedua nutrien ini merupakan faktor pembatas bagi pertumbuh-an
dan kehidupan mikroorganisme (Klaus-meier, 2004). Penurunan kualitas air
Sungai Siak juga dapat disebabkan oleh bakteri golongan Coliform yang
diakibatkan oleh kepadatan penduduk, buruknya sistem pem-buangan limbah
masyarakat, pembuatan wc, dan septic tank yang kurang memenuhi per-syaratan
dengan baik. Salah satu contoh bakteri Coliform adalah Escherichia coli,
Kuantifikasi Parameter Fisikokimia dan Total Mikroba 16 Ind.Che.Acta Vol. 5 (1)
November 2014
• yang merupakan bakteri indikator keberada-an bakteri patogen dimana bakteri ini
dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi
oleh patogen atau tidak (Widiyanti dan Ristanti, 2004).
• Penelitian ini bertujuan untuk melaku-kan analisis parameter fisikokimia (suhu,
konduktivitas/daya hantar listrik, Total Dissolved Solid (TDS), turbiditas (kekeruh-
an), pH, oksigen terlarut/Dissolved Oxygen (DO), parameter kimia (nitrat dan
fosfat), serta parameter mikrobiologi (total bakteri, angka lempeng total jamur,
Coliform) serta ada tidaknya kontaminasi Escherichia coli pada air sungai Siak
daerah Perawang dan
• Parameter fisikokimia
• Hasil analisis parameter fisikokimia sampel air DAS Siak yang diamati pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 1. Pengukuran suhu menunjukkan bahwa se-lisih antara suhu
air dan udara pada delapan titik sampling berada di atas nilai ambang batas baku
mutu yang ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001. Hal ini disebabkan adanya per-bedaan
intensitas energi (panas) matahari yang diterima pada air dan udara. Air dengan suhu
yang berada di atas atau di bawah suhu udara biasa mengandung zat-zat terlarut yang
cukup banyak di dalam air atau sedang terjadi dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan atau menyerap energi dalam air (Hartanto, 2007).
• Hasil pengukuran turbiditas di perairan DAS Siak berkisar antara 64-81,5 NTU. Hal ini
menunjukkan nilai kekeruhan yang tinggi dan berada di atas ambang batas baku mutu
kekeruhan berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu ke-
keruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU. Tinggi-nya kekeruhan tersebut dapat
disebabkan karena adanya kayu-kayu olahan yang mengalami pelapukan dan tumbuhan
air yang melayang-layang di lokasi sampling. Hal ini diperkuat simpulan Effendi (2003)
yang mengatakan bahwa adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kekeruhan di
sungai antara lain dekomposisi batu-batuan, tanah, dan tumbuhan yang terbawa dari
daratan ke perairan oleh hujan. Selain itu kekeruhan juga dipengaruhi oleh adanya
partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut,
bakteri, plankton, dan organisme lainnya (Mahida, 1986). Kekeruhan yang tinggi akan
mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan air karena inten-sitas
cahaya yang masuk ke dalam badan perairan akan dipantulkan kembali oleh partikel-
partikel tersuspensi, sehingga secara langsung dapat mempengaruhi laju partum-buhan
mikroorganisme.
• Hasil penelitian pada Tabel 1. Mem-perlihatkan bahwa konsentrasi nitrat
dari sampel air DAS Siak menunjukkan nilai yang bervariasi mulai dari
0,155-0,752 mg/L. Konsentrasi total nitrat tertinggi terdapat di titik
sampling 1, sedangkan nilai konsentrasi total nitrat terendah terdapat di
titik sampling 8. Tingginya kandungan nitrat di titik sam-pling 1 disebabkan
kawasan ini merupakan perumahan penduduk yang padat dengan aktivitas
manusia sehingga memungkinkan terjadi pencemaran limbah domestik
rumah tangga ke badan sungai. Senyawa organik terdapat dalam limbah
dan buangan sisa-sisa rumah tangga, seperti protein, karbohidrat dan
lemak. Menurut Gower (1980), senyawa tersebut dapat dimanfaatkan oleh
bakteri sebagai sumber makanan. Di dalam proses-nya, molekul yang
besar dipecah oleh enzim menjadi senyawa yang berat molekulnya lebih
rendah. Misalnya protein diurai menjadi asam-asam amino dan kemudian
didegra-dasi lebih lanjut menjadi amonia, yang pada akhirnya akan
menghasilkan nitrat. Hasil ini masih memenuhi standar baku mutu ber-
dasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu batas Kuantifikasi Parameter
Fisikokimia dan Total Mikroba 18 Ind.Che.Acta Vol. 5 (1) November 2014
• minimum kadar nitrat dalam perairan sungai adalah 10 mg/L. Konsentrasi
total nitrat yang masih tergolong rendah ini dipengaruhi oleh faktor pH
yang rata-rata pH sampel berada pada kisaran 6, nilai ini sesuai dengan
pernyataan Pratiwi (2008) bahwa pada tingkat pH pada kisaran 6
kandungan unsur hara nitrat dalam perairan relatif rendah.
• Adanya proses kimia dan biologi juga memberikan kontribusi yang
signifikan ter-hadap peningkatan konsentrasi nitrat seperti adanya
pengikatan nitrogen bebas dari udara oleh mikroorganisme dan proses
nitrifikasi yang sempurna oleh mikroorganisme yaitu bakteri . Menurut
Williams (2001) keberada-an nitrogen di dalam air tidak terlepas dari
peran kerjasama mikroorganisme yang saling terintegrasi. Bakteri-bakteri
yang berperan dalam proses pembentukan nitrogen dikenal sebagai
chemoautotroph. Bakteri ini merubah amonia menjadi nitrit dan nitrat
melalui proses nitrifikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardayono
(1987) yang menyata-kan nitrogen diperairan terdapat dalam bentuk
nitrat. Pencemaran pada daerah tersebut dapat juga dikarenakan jarak
yang dekat dengan pabrik kertas sehingga limbah dari pabrik akan masuk
ke dalam perairan dan memperkaya ketersediaan nitrat yang kemudian
dapat memberikan kontribusi pen-cemaran perairan. Secara umum
perairan DAS Siak dikategorikan perairan yang kurang subur karena nilai
kandungan nitratnya berkisar antara 0,155-0,752 mg/l. Hal ini merujuk
pada Effendi (2003) yang menyatakan bahwa kandungan nitrat 0,0-1,0
mh.l dikategorikan perairan kurang subur. Imbasnya adalah potensi
terjadinya ledakan populasi (blooming) alga sangat besar. Hal ini sangat
merugikan karena dapat ber-pengaruh terhadap kesehatan dan bio-
diversitas ekosistem perairan setempat
• Hasil pengukuran konsentrasi fosfat pada semua titik lokasi sampling perairan DAS
Siak berkisar antara 0,116-2,356. Nilai fosfat tersebut telah berada diatas nilai
ambang batas baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 yakni sebesar 0,2 mg/L.
Tinggi-nya konsentrasi fosfat di titik sampling 1, 3, dan 6 disebabkan adanya
pengaruh dari aktivitas penduduk. Limbah domestik rumah tangga misalnya
deterjen, produk-produk pembersih, dan kotoran manusia. Partikel-partikel dari
limbah yang tersuspensi pada perairan tersebut dapat berasal dari daratan. Hal ini
mengakibatkan pelarutan fosfat oleh beberapa bakteri pelarut fosfat semakin besar
sehingga ketersediaan fosfat dalam perairan juga relatif besar. Disamping itu
lokasinya dekat dengan industri pabrik kayu lapis yang dapat mengandung limbah
fosfat
• Konsentrasi fosfat yang berada di bawah ambang batas baku mutu menurut PP No.
82 Tahun 2001 diperoleh pada titik sampling 11 dan 12 dengan nilai berkisar antara
0,116-0,147 mg/L. Rendahnya kon-sentrasi fosfat yang terdapat di titik sampling 11
dan 12 di-sebabkan oleh faktor kecilnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam
perairan. Faktor lainnya karena terhalang oleh vegetasi mangrove dan banyaknya
partikel-partikel tersuspensi yang melayang-layang pada permukaan perairan yang
dapat meng-halangi penetrasi cahaya yang masuk. Hutagalung dan Rozak (1997)
mengatakan bahwa kosentrasi fosfat di perairan akan berkurang seiring dengan
rendahnya peng-ambilan fosfat untuk sintesis bahan organik melalui proses
fotosintesis. Boyd (1982) me-nambahkan kosentrasi fosfat di dalam air dapat
berkurang karena penyerap-an oleh mikroorganisme seperti bakteri.
• KESIMPULAN
• Pengukuran parameter fisikokimia (pH, TDS, DO, DHL, dan
total nitrat) dari kedelapan titik sampling masih berada di
bawah nilai ambang batas baku mutu air kelas I yang
ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001. Pengukuran fisikokimia
lainnya (suhu, kekeruhan dan total fosfat) berada di atas
ambang batas baku mutu air kelas I yang ditetapkan PP No.
82 Tahun 2001. Pengukuran konsentrasi total nitrat berkisar
antara 0,155-0,752 mg/L, sedangkan konsentrasi total fosfat
berkisar antara 0,116-2,356 mg/L. Hasil perhitungan mikroba
menunjukkan bahwa titik sampling 7 relatif lebih tinggi
terhadap titik sampling lainnya. Mengacu pada parameter
kualitas air menurut PP No. 82 Tahun 2001, hasil ALT maupun
MPN berada di atas ambang batas baku mutu air kelas 1 yang
ditetapkan. Secara keseluruhan baku mutu menunjukkan DAS
Siak Perawang telah tercemar dengan kondisi cemaran
ringan.
Dampak Pencemaran Air
A. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah
akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
Terlarut dalam air tersebut sehingga akan
mengakibatkan kehidupan dalam air yang
membutuhkan oksigen terganggu serta
mengurangi perkembangannya. Selain itu
kematian dapat pula disebabkan adanya zat
beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada
tanaman dan tumbuhan air.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses


penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan
air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari
industri juga akan membawa dampak bagi
kematian organisme, apabila air limbah tidak
didinginkan dahulu.
Dampak Pencemaran Air
B. Dampak Terhadap Kualitas Air Tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi
dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

C. Dampak Terhadap Kesehatan


Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
• air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
• air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
• jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri
• air sebagai media untuk hidup vector penyakit

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-
daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain,
bakteri, protozoa dan metazoa.
Dampak Pencemaran Air

D. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang


dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan
tersebut akan semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat disamping
tumpukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak
juga dapat mengurangi estetika. Selain bau,
limbah tersebut juga menyebabkan tempat
sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah
detergen atau sabun akan menyebabkan
penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun
dapat mengurangi estetika.
Penanggulangan Pencemaran Air
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di
Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini
meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-
instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan
Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah
melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini
merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair
khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-
sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk
menata pemukiman di bantaran sungai dengan
melibatkan masyarakat setempat.
Penanggulangan Pencemaran Air
ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.
• Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi
sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini
hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan
industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan
dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
• Penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri
terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses,
mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran.

Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita


sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air
dengan cara mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita
hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle)
dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.
Penanggulangan Pencemaran Air
• Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran
air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air
limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu
menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari
segi kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air
ini telah ada. Bila kita ingin benar-benar hal tersebut dapat
dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus dilaksanakan
pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi
ataupun social (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar
maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran
dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah
pencegahan lebih efektif dan bijaksana.

• Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa


pencemaran akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan
lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang
aman, bersih dan sehat.
Soal
1. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati pada :

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat


kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau
dan rasa.
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut, perubahan Ph.
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen
d. Benar semua
e. Salah semua

2. Di bawah ini yang mana termasuk Parameter Kimia baku mutu air Minum/ bersih
a. Besi, Fluorida (F), Kesadahan
b. Rasa, Suhu, Warna
c. A dan b benar
d. A saja yang benar
e. Salah semua
Di bawah ini yang mana termasuk
Parameter Kimia baku mutu air
Minum/ bersih
Di bawah ini yang mana termasuk Parameter Kimia
baku mutu air Minum/ bersih
a. Besi, Fluorida (F), Kesadahan
b. Rasa, Suhu, Warna
c. A dan b benar
d. A saja yang benar
e. Salah semua
Rasa, Suhu, Warna

Anda mungkin juga menyukai