Anda di halaman 1dari 24

Trigger 3

TUTORIAL III
Fasilitator : dr. Yasril Hasan, MQIH
Anggota :
Vinna Veronica
Melda Sari
Helma Firdinia
Harbela Geliem
Tefra Ferlian
Ryan Aidil H
Mutiari Rizki
Avinda Novia Corpaliza
Fuji Rahma Yedi
Nur Eliza
Raissa Talitha
Trigger 3 : “ anak – anak yang malang”
Pada suatu hari seorang pemulung sampah menemukan mayat
bayi didalam kotak air mineral, dia melaporkan temuan itu kepada
masyarakat setempat. Masyarakat melaporkan kasus ini ke polisi.
Polisi datang dan membawa mayat bayi tersebut ke rumah sakit
untuk dilakukan otopsi. Polisi mencurigai kematian tersebut adalah
kasus PAS. Hasil pemeriksaan dokter didapatkan tes apung paru
positif, talipusat belum terpotong. Beberapa hari sebelum kejadian
ini, seorang dokter ditangkap polisi karena ketauan telah melakukan
praktek aborsi, hal ini terungkap setelah salah satu korban meninggal
akibat tindakan aborsi. Mayat korban dibawa ke rumah sakit untuk
dilakukan otopsi dengan tehnik khusus. Seminggu sebelum kejadian
ini juga di laporkan seorang ibu yang melakukan kekerasan terhadap
anaknya, sang ibu saat ini ditahan polisi.
Keadaan diatas sangat bertentangan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan yang berusaha untuk melakukan usaha
reproduksi untuk pasangan yang sulit mendapatkan anak
serta usaha rekayasa genetik.
Isu yang sangat heboh juga di rumah sakit saat ini adalah
tingginy kasus HIV/AIDS. Rumah sakit berusaha untuk
membut aturan supaya ODHA tidak merasa dikucilkan serta
membuat aturan tatalaksana pasien ODHA dan penyakt
menular lainya guna melindungi tenaga kesehatan. Semua
aturan dibuat dengan mempertimbangkan aspek hukum dan
etika yang terkait dengan ODHA ini. Bagaimana anda
menjelaskan tentang kasus diatas ?
Step 1 Clarify Unfamiliar Terms
1. PAS : pembunuhan anak sendiri
2. Tes apung paru : pemeriksaan yang dilakukan
untuk menentukan ada atau tidknya udara
dalam paru
3. ODHA : orang dengan HIV/AIDS
4. Rekayasa genetika : suatu proses manipulasi
gen untuk mendapatkan organisme unggul
Step 2 Define the Problem
1. Pasal berapa yang mengatur kasus-kasus pada trigger
?
2. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada kasus-
kasus tersebut?
3. Bagaimana pemeriksaan otopsi dengan tehnik khusus
pada ibu yang meninggal karena aborsi ?
4. Apa undang – undang yang mengatur tentang
perlindungan anak ?
5. Bagaimana tanda – tanda peraatan tali pusat ?
6. Aturan apa saja yang dibuat rumah sakit terhadap
pasien ODHA ?
Step 3 Brainstorm possible hypothesis
or explanation
1. Regulasi yang mengatur kasus pada trigger ;
- Kasus abortus :
Pasal 346-350 KUHP
- Kekerasan pada anak
Pasal 80 UU No. 35 Tahun 2014
- PAS :
 Pasal 341 KUHP  tidak terencana
 Pasal 342 KUHP  terencana
- ODHA :
 Tatalaksana perawatan :
Pasal 4 UU Kesehatan Tahun 2009
 Hak pelayanan kesehatan
Pasal 5 UU kesehatan tahun 2009
2. Pemeriksaan
- Kasus aborsi
- Tes apung paru
- Pemeriksaan tali pusat
- PAS
- Otopsi
3. Pemeriksaan otopsi dengan tehnik khusus;
- Penentuan TFU
- Vaginal swab
- Pemeriksaan payudara
- Pemeriksaan serviks
- Pemeriksaan uterus
4. Pelindungan anak :
UU No. 23 tahun 2002
5. Perawatan tali pusat :
- Tali pusat terpotong rata
- Tali pusat sudah diikat
- Sudah diberi antiseptik dan perban
- Vernix kaseosa tidak ada lagi
6. LO
Step 4 Arrange Explanation Into A
Tentative Solution

Kekerasan Rekayasa
PAS ABORSI ODHA
Pada Anak Genetika

Aspek Etika dan


Hukum
Step 5 Learning Objective
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Regulasi yang mengatur tentang :
- PAS
- Aborsi
- Kekerasan pada Anak
2. Pemeriksaan otopsi dengan tehnik khusus pada
ibu dan otopsi pada anak
3 . Regulasi yang mengatur tentang pelayanan
pasien ODHA
Step 7 Share The Result of Information
Gathering and Private Study
1. Regulasi yang mengatur tentang :
a. PAS
Pasal – pasal dalam KUHP yang mengancam kesehatan ini :
- Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahun
melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian, dengan cara sengaja merampas nyawa
anaknya. Diancam karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
- Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat
yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya. Diancam
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
- Pasal 343 : kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341
dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta
melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana
- Pasal 181 : menyembunyikan kelahiran / kematian.
Pidana penjara sembilan bulan
- Pasal 305 : membuang ( menelantarkan ) anak dibawah
usia tujuh tahun. Pidana penjara paling lama 5 tahun 6
bulan.
- Pasal 306 : bila berakibat luka berat /mati. Pidana
penjara maksimal tujuh setengah tahun s/d sembilan
tahun
- Pasal 308 : ibu membuang anaknya yang baru lahir .
Pidana penjara seperduan dari pasal 305 dan 306 KUHP
b. Kasus Aborsi
Pasal KUHP terkait abortus :
- Perempuan yang sengaja menggugurkan kandungannya atau
menyuruh orang lain melakukannya ( KUHP pasal 346, hukuman
maksimal 4 tahun penjara)
- Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seisizinnya
( KUHP pasal 347, hukuman maksimal 12 tahun, jika wanita tersebut
meninggal hukuman maksimal 15 tahun)
- Seseorang yang menggugurkan kandungan perempuan dengan
seizin perempuan tersebut (KUHP pasal 348, hukuman maksimal
lima tahun enam bulan dan bila wanita tersebut meninggal
maksimal tujuh tahun)
- Dokter, bidan, atau juru obat yang melakukan kejehatan diatas
(KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan
pencabutan hak pekerjaannya)
- Barang siapa mempertunjukkan alat/ cara menggugurkan
kandungan kepada anak dibawah usia tujuh tahun atau dibawah
umur (KUHP pasal 283, maksimal hukuman sembilan bulan)
- Barang siapa menganjurkan/ merawat/
memberi obat kepada seorang perempuan
dengan memberi harapan agar gugur
kandungannya (KUHP pasal 299 hukuman
maksimal 4 tahun)
- Barang siapa mempertunjukkan secara
terbuka alat /cara menggugurkan kandungan
(KUHP pasal 535, hukuman maksimal tiga
bulan)
c. Kekerasan pada anak
Pasal 13 ayat 1, UU no 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak,yang menyatakan bahwa tiap
anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali
/pihak lain yang bertanggung jawab atas
pengasuhan berhak mendapat perlindungan dan
perlakuan:
Diskriminasi, eksploitasi, penelantaran,
kekerasan, penganiayaan, ketidak adilan dan
perilaku salah lainnya
Pasal yang menjerat pelaku penganiayaan :
Pasal 76 C UU 35/2014, yang bebunyi:
“setiap orang dilarang membiarkan melakukan atau
turut serta melakukan kekerasan terhadap anak”
Sanksi bagi pelaku kekerasan / penganiayaan ditentukan
dalam pasal 80 UU 35/2014:
1. Tiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dalam pasal 76 C, dipidana paling lama tiga tahun
enam bulan atau denda Rp. 72.000.000
2. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
luka berat maka pelaku dipidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak Rp.
1.000.000.000
3. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mati, maka pelaku dipidana paling lama 15 tahun
denda pali banyak tiga miliyar rupiah.
2. Pemeriksaan korban abortus :
yang perlu diperiksa antara lain :
- Tanda kehamilan ( perubahan payudara, pigmentasi, hormon,
mikroskopis misalnya tes tropoblas )
- Usaha penghentian kehamilan ( kekerasan pada genetalia interna
dan eksterna, serta perut bagian bawah)
- Toksikologi (untuk mengetahui obat/ zat yang menyebabkan
abortus)
- Pemeriksaan intra- uterin fetal death ( pemeriksaan mikroskopis
sisa jaringan)
- Kaitan genetik janin dengan tersangka
Pemeriksaan pada jenazah ibu :
- Pemeriksaan luar seperti biasa
- Autopsi : dianjurkan pembukaan abdomen sebagai langkah
pertama. Periksalah pembesaran uterus, krepitasi, luka
atau perforasi. Lakukan tes emboli udara pada vena cava
inferior dan jantung kemudian periksa genetalian interna,
pengambilan darah dari jantung dan urin untuk uji
toksikologi, urin untuk pemeriksaan kehamilan.
- Mikroskopis, untuk menentukan sel PMN sebagai tanda
intravital
- Kaitan genetik janin /jaringan aborsi ibu
Pemeriksaan pada jenazah bayi :
1. Bayi lahir hidup atau mati
- Tanda bayi lahir hidup : dada sudah mengembang, dan
diafragma turun sampai sela iga 4-5,secara mikroskopik,
paru sudah mengisi rongga dada, berwarna merah muda
tidak merata dengan pleura tegang , teraba derik udara,
dan tes apung paru positif.
- Tanda bayi lahir mati : adanya tanda pembusukan
intrauterin yang terjadi 8-10 hari in-utero, vesikel dan bula
berisi cairan kemerahan( kematian in-utero 3-4 hari)
perlunakan tubuh, dada belum mengembang, paru ungu
kelabu, padat, tidak teraba derik udara, tes apung paru
negatif.
2. Ada tidaknya tanda perawatan
Antara lain pemotongan dan perawatan tali
pusat, pembersihan lemak bayi dan bekas darah,
serta adanya pakaian penutup bayi.
3. Menetukan sebab kematian
Penyebab tersering pada kasus PAS adalah
asfiksia, selain itu dapat juga disebabkan trauma
lahir pada proses persalinan.
Tanda asfiksia (sianosis, bintik – bintik perdarahan
pada jaringan ikat longgar, lebam mayat yang
lebih gelap dan luas, busa halus dari lubang
hidung/mulut)
3. Regulasi yang mengatur tentang pelayanan
pasien ODHA
Dalam pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009
dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kesehatan. Permasalahan HIV dan AIDS sangat
terkait dengan hak atas kesehatan. Hak atas
kesehatan adalah aset utama keberadaan
umat manusia karena terkait dengan
kepastian akan adanya pemenuhan atas hak
yang lain, seperti pendidikan dan pekerjaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2013 Tentang Penanggulangan HIV/AIDS . Pada Bagian Kelima Pasal 30 dan 31
menjelaskan tentang pengobatan dan perawatan bagi ODHA sebagai berikut :
Pasal 30 ayat 1 : setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak
pengobatan dan perawatan ODHA.
 Pasal 30 ayat 2 : dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud ayat (1) tidak mampu memberikan pengobatan dan perawatan,
wajib merujuk ODHA ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang mampu atau
ke rumah sakit rujukan ARV.
 Pasal 31 ayat 1 : setiap orang terinfeksi HIV wajib mendapatkan konseling
pasca pemeriksaan diagnosis HIV, diregistrasi secara nasional dan
mendapatkan pengobatan.
 Pasal 31 ayat 2 : registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi
pencatatan yang memuat nomor kode fasilitas pelayanan kesehatan, nomor
urut ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan stadium klinis saat
pertama kali ditegakkan diagnosisnya.
 Pasal 31 ayat 3 : registrasi sebagaiman dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 harus
dijaga kerahasiaannya seuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan
Beberapa kasus yang masih sering terjadi dikalangan
masyarakat seperti PAS, aborsi, kekerasan terutama yang
menimpa anak-anak perlu menjadi perhatian pemerintah,
terutama penerapan sanksi terhadap pelaku yang telah
diatur dalam regulasi yang mengatur tertang kasus tersebut
seperti KUHP, UU Kesehatan dan regulasi lainnya
Selain kasus kriminal diatas, ada lagi yang juga perlu
mendapat perhatian pemerintah salah satunya tentang
pelayanan pasien ODHA di Rumah Sakit. Rumah Sakit perlu
membuat SOP untuk pelayanan pasien ODHA berdasarkan
aspek hukum dan etika pelayanan pasien ODHA yang telah
diatur oleh pemerintah seperti dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Penanggulangan HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai